Malam nya, pukul 8. dirumah yang sederhana namun minimalis itu terdengar suara gaduh sebab Damian yang sibuk bekemas untuk berangkat ke Bandung.
Sial nya saat pulang tadi siang, dia ketiduran. Sehingga bersiap-siap dengan waktu seadanya.
"Mas, boong itu dia! Ke Bandung mau ngedate bukan ngerjain tugas. Mas, Abang loh cewek nya tigaaa." Ini nih si biang kerok yang sejak tadi terus saja nyerocos mengadu pada si sulung tentang apa yang dilihat teman nya.
"Gue udah bilang berkali-kali ga cuma cewe doang tadi tuh! Ada si Japi sama Willi, ga percaya banget." Ketus Damian seraya memakai ransel nya dan menghampiri Erzanu untuk salim.
"Jangan percaya, Mas! Dia–"
"Dik, berisik. Biarin aja mau cewek dia banyak kek, atau apa kek. Yang biayain juga dia."
Mendengar itu Damian memasang wajah mengejek nya pada Radika yang memasang wajah julid. Damian lalu menarik tangan Radika, memaksa bocah itu untuk mencium punggung tangan nya.
"Dah ya, gue pamit. Bye, guys~."
"HATI-HATI TUH PAS BALIK JANGAN AMPE BAWA ANAK!"
"SEMBARANGAN MULUT LO!" Sahut Damian yang sudah menjauh diselingi dengan tawa nya juga.
"TAPI OKE JUGA, GUE COBA YA, DIK!"
"DAMIAN!"
"HAHAHA OKE SIAP, MAS! CUMA BERCANDA!" Dan setelah nya terdengar suara pintu yang ditutup. Menandakan bahwa Damian sudah pergi.
Melihat Erzanu yang bangkit dari duduknya, lantas Radika bergerak menempati tempat yang tadi di duduki Erzanu.
"Berarti besok lo yang beberes rumah."
"Iya–Lah kok gue?!" Radika yang baru meraih toples kacang diatas meja sontak menatap sewot punggung Erzanu yang sudah berjalan menjauh.
"Terus kalo bukan lo, siapa lagi? Masa iya mau nyuruh tetangga? Dah gue mau tidur."
Radika hanya berdecak dan memakan kacang di dalam toples itu dengan kesal, namun setelah nya ia tertawa melihat acara komedi yang tayang di televisi.
Di dalam kamar, Erzanu mendudukkan diri di kursi kerja nya. Dia membuka laci sebelah kiri yang paling bawah, dan meraih benda persegi berwarna hitam.
Menatap benda itu dalam diam. Bahkan Erzanu sampai tak sadar bahwa ia tersenyum dan.. tanpa sadar pula ia menitikkan air mata nya, mengingat kejadian dimana mereka bisa foto bertiga seperti ini.
Ahh. Bukankah sekarang adik-adik nya itu sudah dewasa? Mereka sudah bisa menentukan jalan mereka sendiri.
Ya. Erzanu tadi tak sengaja membuka dokumen private di laptop Damian. Dia melihat beberapa baris kata yang ada di dalam sana.
Benar. Damian yang dulu paling manja diantara mereka bertiga. Kini Damian lah yang paling mandiri, bahkan untuk menyimpan perasaan nya pun Damian menyimpan nya sendirian.
Terkadang, Erzanu hanya berpikir. Sudahkah ia benar menjadi kakak yang baik? Sudahkah ia berhasil menjadi contoh sebagai kakak yang baik?
Terkadang Erzanu pun merasa lelah, dan terkadang seringkali pula Erzanu berpikir untuk melarikan diri sejauh mungkin tanpa meninggalkan jejak. Namun ia sadar bahwa adik-adik nya masih butuh pendamping dan dukungan dari dirinya.
Karna mau bagaimana pun juga, Damian dan Radika tetap akan menjadi adik kecil yang masih suka merengek di mata Erzanu.
Dan pada kenyataannya, Erzanu percaya bahwa usaha nya tidak akan pernah menjadi sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Saudara Berkisah
Teen Fiction"Dari 3 bersaudara, siapa yang paling terbebani? Anak pertama? Anak tengah? Anak terakhir?" Tentang 3 bersaudara yang hanya akan mengikuti ego nya masing-masing, tanpa berfikir bahwa saling memahami adalah jalan terbaik. . . . Start : 14-06-2024 ...