10

33 3 0
                                    

tepat jam 4 sore Damian telah menyelesaikan seluruh kelas nya. Kini dia berjalan untuk keluar dari kampusnya. Tak ayal banyak mahasiswa dan mahasiswi yang menyapa nya, bahkan sesekali akan ada se-circle wanita yang berteriak kegirangan saat papasan dengan Damian.

Entahlah, Damian tak tahu mengapa mereka berteriak seperti itu, dia hanya seperti biasa memberikan senyuman terbaik nya, senyuman yang sangat di kagumi wanita-wanita kampus nya.

"Dam!"

Saat sedang berjalan di area halaman kampus, tiba-tiba saja ada suara yang memanggil nya, sontak Damian menoleh. Dan itu adalah Abim, salah satu teman kelas nya yang tadi tak datang kelas karna katanya kesiangan. Dia baru datang saat kelas sudah selesai.

"Nanti kayaknya gue ga bisa ke rumah lo deh, soalnya ada urusan mendadak. Gue bisa pinjem buku materi lo sekarang aja gak? Gak dipake kan? Besok gue balikan." Kalimat panjang yang diucap penuh kehati-hatian itu dapat dicerna dengan baik oleh Damian.

Lantas Damian pun mengangguk setuju. "Oh, gitu. Yaudah, bawa aja." Damian segera mengambil buku materi nya dari dalam tas dan memberikan nya pada Abim.

"Nah, makasih banyak, bro. Janji deh besok gue balikin. Kalo ingkar, bakar aja kosan gue. Duluan ya!"

Damian hanya tertawa dan menggeleng heran melihat kelakuan teman kelas nya itu yang kini tengah berlari seperti sedang dikejar begal.

Baru saja ingin melangkah pergi, tapi tiba-tiba ada seorang gadis yang menghampiri nya.

Damian akui, dia terlihat sangat cantik dengan rambut nya yang digerai, serta bando bermotif lucu di atas kepala nya, dan terkahir senyuman manis nya, membuat wanita itu terlihat sangat cantik dan lucu dalam waktu bersamaan.

Ah, bahkan kulit nya pun sangat halus dan seputih salju. Wangi perempuan itu juga masuk dalam indra penciuman Damian, wangi nya sangat manis dan lembut.

Sadar bahwa dirinya tengah mengagumi gadis di depannya ini, Damian segera menggeleng pelan untuk membawa kesadaran nya kembali.

"Kak? Kenapa? Kok ngelamun?"

'Kak' oke.. Damian menebak bahwa dia adalah adik tingkat nya.

"Hah? Oh.. itu, engga apa-apa kok. Anyway, kamu semester berapa?"

"Aku Asyara, kak. Semester 3 FK, sekelas sama Radika juga." Dengan nada yang begitu lembut gadis bernama Asya itu menjawab pertanyaan Damian dengan rinci.

Damian ber-oh ria dan mengangguk-angguk saja. Lalu dia refleks menggaruk belakang leher nya yang tidak gatal.

"Em.. ada apa ya? Kenapa tadi tiba-tiba nyamperin?"

"Oh! Iya, hampir lupa hahaha maaf, kak. Ini, cuma mau kasih ini aja. Tempat nya simpen aja, ga usah di balikin." Asyara menyodorkan sekotak makana yang.. cukup sedikit besar.

Dengan senyuman ramah nya Damian pun menerima kotak makan itu.

"Makasih, Asya...?" Damian tampak berfikir untuk kembali mengingat nama wanita itu.

"Asyara, kak. Hahaha, panggil Asya aja biar ga ribet."

Damian pun tertawa canggung. "Oke, Asya. Sekali lagi, makasih ya."

"Iya, kak. Sama-sama. Yaudah, kalo gitu aku duluan ya, masih ada kelas."

"Oh, iya. Silahkan, semangat belajar nya!"

Lagi-lagi, masih dengan senyuman manis yang terus terukir di bibirnya. Asyara melambaikan tangan nya sebelum melangkah pergi. Sontak Damian pun ikut melambaikan tangan nya.

Damian kembali melangkah kaki nya, tak lupa masih terukir sebuah senyuman juga di belah bibir nya itu.

Ah. Baru kali ini Damian merasa sebahagia ini di beri sesuatu oleh gadis-gadis yang mengagumi dirinya. Padahal biasanya, Damian tak merasakan apapun. Tapi entah mengapa kali ini dia merasa jantungnya berdegup kencang sekali.

3 Saudara BerkisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang