Malam ini, ada Damian dan Radika yang sedang bersantai di ruang tengah.
Ah. Lebih tepatnya, awalnya hanya Radika, Damian sedang tidur. Lalu tiba-tiba terbangun dan turun kebawah untuk memanjakan tenggorokan nya yang kering. Tetapi dia malah melihat ada Radika, jadilah dia tiba-tiba teringat dengan rencana nya tadi sore.
Kini kakak beradik itu sedang mendebatkan suatu hal.
"Lo ga usah gila deh. Mas Nu juga ga ngajarin lo buat main-main sama perasaan cewe, otak lo pindah ke lambung ya?"
"Gue ga mainin perasaan cewe, tapi ini tentang perasaan gue, Dik."
"Mikir anjing. Lo liat Asyara cuma beberapa menit masa iya bisa langsung suka? Sedangkan kak Hanna yang suka sama lo bertahun-tahun, lo tetep ga suka dia?"
"Tolong lah, Dik. Bantu gue kali ini aja, dan ga usah bawa-bawa Hanna karna ini ga ada hubungan nya sama Hanna sama sekali."
Radika terdiam, menatap Abang nya dengan sinis dan penuh dengan kecurigaan.
Dia berfikir sejenak sebelum menghela nafas yang sangat panjang dan kasar.
"Bang, Asyara itu anak nya baik banget, dia ceria, dia juga paling anti sama yang kasar-kasar. Jadi, kalo lo deketin dia cuma buat main-main, mending ga usah."
Terdengar decihan pelan yang berasal dari mulut Damian.
"Lo ga usah sok tau, karna lo ga tau apa-apa tentang gue. Gue suka Asyara karna pure gue suka, bukan buat main-main doang."
Benar. Di lain sisi, Radika tahu Abang nya ini adalah tipikal pria yang sangat setia dan sangat menjaga pasangan nya jika sudah jatuh cinta.
Setelah berjam-jam berperang otak serta berperang mulut dengan Damian. Akhirnya Radika meraih ponsel nya dan mengirimkan sesuatu ke nomor Damian.
Damian sontak tersenyum lebar melihat yang dikirim oleh Radika adalah nomor kontak nya Asyara.
Damian menepuk pundak Radika cukup kencang membuat sang empu menghela nafas jengah. "Dik?! Sumpah, Dik. Makasih banyak, bro. Next time gue traktir bakso beranak alun-alun."
Dan setelah itu Damian ngibrit masuk kedalam kamar nya dengan wajah yang sangat gembira, seperti bocah yang baru saja dibeliin mainan baru.
"Tai amat, harga diri gue sebatas bakso beranak alun-alun."
Masa bodo dengan Abang nya yang mungkin sedang terjerat asmara itu, Radika kini hanya mau fokus menonton film sambil menyemil jajanan-jajanan yang dibelikan Damian untuk menyogok dirinya.
***
Esoknya, tepat sehabis Maghrib. Damian baru saja selesai sholat Maghrib, dia segera turun kebawah sebab mendengar suara Erzanu yang memanggil nya.
Masih dengan menggunakan sarung, Damian berjalan ke dapur.
"Kenapa, Mas–astaghfirullahalazim ya Allah! Woy kunaon aya awewe di die?! Ya gusti"
( Woy kenapa ada cewe di sini?! )Bagaikan habis melihat hantu, dengan dramatis nya Damian berpegangan pada tembok di sebelah nya serta tangan satu lagi yang memegang dada nya sendiri.
"Oh, hai. Um.. kalo ga salah, kamu Damian ya?"
Dengan was-was Damian mengangguk ragu, berjaga-jaga jika saja wanita di dapur nya ini bukanlah seorang manusia.
Lain hal dengan Damian yang ketakutan, wanita itu justru malah tertawa pelan melihat wajah Damian yang terlihat sangat lucu di mata nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Saudara Berkisah
Teen Fiction"Dari 3 bersaudara, siapa yang paling terbebani? Anak pertama? Anak tengah? Anak terakhir?" Tentang 3 bersaudara yang hanya akan mengikuti ego nya masing-masing, tanpa berfikir bahwa saling memahami adalah jalan terbaik. . . . Start : 14-06-2024 ...