Chap 15

46 10 0
                                    

Sheya bangkit dari ranjangnya, memunguti pakaian dan memakainya sebelum bergerak keluar dari kamar. Ia sempat menoleh di ambang pintu, memastikan Remy masih tertidur. Langkahnya menjauh, membuka pintu kaca ke arah kolam renang dengan ponsel yang sudah menempel di telinga.

"Dia sudah kembali." Ucapnya setelah sambungan telpon terhubung.

Ada helaan napas di seberang sana, seperti sudah memperkirakan apa yang akan Sheya katakan.

"Aku harus bagaimana?" Sheya meraih besi pegangan di batas balkon, membuat tubuhnya yang gemetar tetap seimbang karena hampir limbung.

"Tenang. Biar aku yang mengurusnya."

"Bagaimana aku bisa tenang." Sheya mengusap wajahnya, menghapus jejak air mata dengan punggung tangan.

"Hei, Sheya. Dengar. Aku disini untuk melindungimu." Ucap pria itu menenangkan.

"Tapi Lukas, aku-"

"Aku akan mengurusnya, aku bersumpah si brengsek itu tidak akan bisa menyakitimu lagi. Kau percaya padaku kan?"

Sheya mengangguk sambil mengatur napasnya yang berantakan. "Jaga dirimu, aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu."

"Hmm tentu. Aku akan baik-baik saja."

"Oke. Kabari aku ya. Jangan menghilang lagi atau aku bersumpah akan membencimu seumur hidupku."

Lukas terkekeh kemudian menutup sambungan telpon tanpa menanggapinya lagi.

*

Remy membuka matanya saat wanita itu mengendap-endap keluar dari kamar. Ia bangkit, mengikuti Sheya yang sedang membuka pintu kaca yang menghadap ke kolam renang. Satu tangan wanita itu memegang ponsel, terlihat sedang menghubungi seseorang.

"Jaga dirimu, aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu." Ucap wanita itu dengan seseorang di seberang sana.

Luka? Tentu, siapa lagi yang akan wanita itu hubungi sambil bersembunyi seperti itu.

Ada perasaan tidak nyaman saat Remy mengetahui bahwa Sheya lebih mengkhawatirkan dan mempercayai orang lain. Tanpa wanita itu mengetahui, Remy sudah melakukan banyak hal untuk membuatnya tetap baik-baik saja.

Sheya seperti bersiap untuk kembali setelah sempat melamun beberapa menit. Remy berjalan lebih dulu ke kamar, berbaring tapi tidak untuk pura-pura tidur.

"Hei, sudah bangun?" Tanya wanita itu tampak terkejut namun menutupinya dengan tersenyum.

Remy mengangguk, bangkit untuk bersandar di headboard. Ia membuka tangannya dan Sheya mendekat, memeluknya erat.

"Kau sudah baik-baik saja?" Tanyanya setelah mencium puncak kepala Sheya.

"Aku akan baik-baik saja selama ada kau." Jawab wanita itu, bersandar di dada Remy, mendengar detak jantungnya yang menenangkan.

Bohong.

"Aku akan mengantarmu ke butik." Ucap Remy mencium pundak Sheya sebelum melepaskan pelukannya dan meninggalkan wanita itu sendiri.

Benar. Tindakannya sudah benar, asal wanita itu baik-baik saja, Remy bersedia menanggung dosa besar yang sudah ia lakukan.

***

Sheya meletakkan spidol warnanya di meja. Desainnya belum rampung, namun tidak ada ide apapun di dalam kepalanya. Ia mendesah, tubuhnya merosot, menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Memutar kursi, Sheya melihat jam digital di meja gambarnya yang sudah menunjukkan pukul 12 siang.

Tersenyum, Sheya mengotak-atik layar ponselnya sebelum menempelkannya di telinga. Ada nada monoton yang berulang tiga kali sampai sapaan di seberang sana membuatnya tersenyum.

The Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang