Chap 16

45 9 0
                                    

Malam ini Sheya berencana untuk memberi kejutan pada suaminya. Ia sengaja menelpon agar Harry tidak mengirim makanan karena ia akan memasak menu makan malam sendiri.

Shawn tampak bosan memainkan legonya di depan perapian. Anak itu sudah merengek lebih dari tiga kali agar Sheya kembali mengantarnya untuk bertemu kakek dan nenek.

Sheya cemberut, melotot pada Shawn yang terlihat akan kembali merengek. Tepat pada saat itu pintu terbuka, Remy muncul dari sana dengan wajah lelah sepulang bekerja.

Melihat Papanya datang, Shawn berlari dan Remy segera mengangkatnya ke dalam gendongan. Ada tawa dari sepasang Ayah dan anak itu sebelum Remy menghampirinya dan menciumnya singkat.

"Apa ada perayaan?" Tanyanya sambil mengernyit melihat kekacauan yang Sheya sebabkan di pantry.

Menggeleng, Sheya menunduk dan mengaduk sup tomat yang hampir matang. "Aku hanya sedang ingin memasak."

Remy memilih tidak bertanya atau mengajak Sheya mengobrol lagi saat melihat wanita itu sibuk dengan apa-apa yang sedang di kerjakan. Ia menurunkan Shawn membiarkan anak itu kembali ke karpet di depan perapian dengan lego yang berserakan.

Setelah mandi dan berganti pakaian Remy kembali ke pantry. Sheya sudah meletakkan piring-piring di atas meja makan, tersenyum tampak puas dengan hasil masakannya.

"Jadi apa yang membuat nyonya Remy Damian rela sibuk memasak malam-malam begini?" Tanya Remy, memeluk Sheya dari belakang karena wanita itu masih sibuk dengan hidangan di meja.

Sheya merasakan hangat napas pria itu di sisi lehernya, "Untuk ucapan terimakasih karena aku punya suami yang super baik dan sangat bisa di andalkan."

"Wah, padahal saya pikir suami nyonya tidak ingin membuat nyonya repot. Cukup cium dia lalu semuanya impas." Ucapnya lalu menciumi pundak Sheya, sengaja menggeser tali gaun wanita itu dengan hidungnya.

Sheya tertawa, tapi masih berusaha mengabaikan pria yang sudah membuat suara-suara kecupan di sepanjang leher dan pundaknya itu. "Bisa lepaskan saya, Pak. Nanti suami saya marah." Ucapnya meladeni lelucon Remy.

Remy terkekeh, menggigit pelan sisi leher Sheya. "Saya bisa berkelahi untuk mendapatkan nyonya."

"Suami saya juga bisa berkelahi. Ia bahkan pernah melawan 20 orang sendirian."

Remy mendecak. "Jangankan 20 orang, 50 orang juga saya bisa lawan demi mendapatkan nyonya."

Sheya tertawa lagi, memukul punggung tangan Remy yang masih melingkari pinggangnya. "Tidak lucu dan tolong lepaskan aku."

Bukan melepas, Remy malah mengeratkan pelukannya. "Jawab dulu. Apa nyonya akan memilih saya?"

Sheya berbalik, menghadap pria yang masih dengan posesif melingkarkan tangan di pinggangnya. Dua tangannya terangkat, menangkup sisi wajah pria itu. "Karena kalian sama-sama tampan, aku akan memilih keduanya. Suamiku juga dirimu."

Remy mendengus terlihat kesal, padahal siapa yang pertama mengatakan lelucon yang tidak lucu ini. "Tidak boleh serakah, harus pilih salah satu."

"Hmm." Sheya tampak berpikir sebelum tersenyum sambil mengedipkan mata. Dua tangannya meninggalkan sisi wajah Remy ke pundak tegap pria itu, membuatnya menurunkan sedikit tinggi tubuhnya saat Sheya berjinjit hendak membisikkan sesuatu. "Itu semua tergantung performa anda." Ucapnya kemudian mengecup ringan rahang Remy.

Ada dehaman kencang sebelum Remy melepaskan Sheya. Ia menggaruk tengkuknya sendiri, tampak salah tingkah. "Bisa kita percepat makan malamnya."

Sheya tertawa sebelum berjinjit lagi dan mencium bibir pria itu. "Bagaimana, mau kita coba sekarang?" Tanyanya menggoda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang