Bab 18 (Volume 3): Pembersihan Keraton

245 47 24
                                    

Agra POV

4 hari kemudian

Ibu Kota Trowulan

          Agra bersama 45 pengawalnya akhirnya tiba di depan gerbang Ibu kota. Dimana sangat berbeda sejak pertama kali Agra ke masa lalu. Awalnya gerbang kota hanya setinggi 5 m namun kini menjadi 12 m dengan penjagaan yang lebih ketat. 

"Hm? itu Pangeran kita!! Buka Pintunya!" Ujar kapten penjaga dan segera pintu setinggi 3 m itu mulai terbuka.

       Dengan segera Agra mulai memasuki gerbang kota dan semua penjaga menunduk hormat padanya. Bukan hanya para penjaga, tapi begitu pula dengan rakyat kota yang menyambutnya dengan hormat dan hangat.

"Selamat datang di Trowulan Raden!"

"Lihat!!! bukankah Raden kita berhasil bertahan dari serangan musuh di Solo Barat? berarti raden adalah pahlawan kerajaan kita!!!"

"Ya! dan pasukan apa yang bersama raden? mereka berjubah dan bertopeng." 

"Mungkin itu adalah pasukan organisasi Arkam yang juga hangat di bicarakan akhir-akhir ini"

"Padahal mereka pasukan terpisah, tapi mereka juga mengawal raden. Bukankah berarti...."

"Ya... Raden membuat mereka berpihak padanya AYO BERSORAK!!!"

"HIDUP RADEN!!! HIDUP RADEN!!! HIDUP RADEN!!!! SELAMAT ATAS KEBERHASILAN ANDA RADEN!!!"

        Saat Agra melewati mereka, sorak sorai dan sambutan terus membanjiri dirinya selama perjalanan. Dan ini menjadikan suasana Trowulan menjadi bersemangat bagi yang mendengar sorakan itu. Agra menanggapi dengan ramah dan senyuman pada rakyatnya, melihat pemandangan ini Abinaya tersenyum dari balik topengnya. Dan setelah 10 menit berjalan mereka tiba di Keraton Trowulan.

"Akhirnya aku pulang.... Ibunda" Gumam Agra yang menatap keraton dengan serius

       Agra turun dari kudanya dan para pasukan bhayangkara memasukan kuda ke kandang. untuk para pengawal, mereka diarahkan menuju sawung untuk beristirahat dari perjalanan panjang. Namun Abinaya mengikuti Agra menuju ruang tahta.

"Bersiaplah Abinaya, karena Adinata dan Dambi tidak ada di sini, kau yang perlu berbicara mengenai Arkam pada mereka" Ucap Agra

"Baik Raden" Jawab singkat Abinaya yang memikirkan apa yang ia akan ucapkan nanti

********

Beberapa waktu sebelumnya

Ruang Tahta

           Kondisi dalam ruang tahta saat ini cukup memanas, karena 2 fraksi yakni fraksi yang tetap setia pada Thribuwana dan Fraksi yang memihak Dyah Wiat sedang mempeributkan kondisi Majapahit saat ini.

"Sudah kukatakan pada kalian, Prabu Thribuwana saat ini sedang tidak dalam kondisi yang memugkinkan untuk memimpin kerajaan. Jadi, sebagai saudarinya aku dan suamiku berhak menggantikannya menjadi pemimpin kerajaan"Ujar Dyah Wiat dengan angkuh

"Apa-apaan kau ini?!! Gusti Prabu masih memiliki putra yang cakap!"

"Tapi ia masih terlalu muda!! terlebih kerajaan dalam masa krisis dan tidak stabil!!"

"Tapi bukan berarti kita langsung mengganti pemimpin dasar bodoh!. Kita seharusnya merayakan kemenangan dibandingkan ribut tentang politik!"

"Kau yang bodoh! ini bukan waktu kita untuk bersantai!"

"Memangnya siapa bilang kita akan bersantai?!"

       Perdebatan terus terjadi diantara para pejabat keraton, sedangkan Thribuwana hanya bisa melihat dan mendengar itu dengan tatapan kesal namun lemas. Ia masih terpukul akan kematian suaminya, tetapi ia juga merasa senang dengan perkembangan anaknya. Itulah kekuatan yang selama beberapa waktu ini tetap membuat Thribuwana tegar.

MENJADI PRABU HAYAM WURUK (Hiatus sementara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang