Hari libur sekolah telah tiba. Liburan semester atau libur kenaikan kelas kali ini keluarga Wiryadamara memutuskan untuk mengunjungi kampung halaman bapak. Silaturahmi bertemu sepupu yang jarang sekali mereka temui, sekaligus menjenguk mas Dion (kakak sepupu Pram) yang sudah dikaruniani anak. Walaupun telat hampir satu tahun.
Rencananya mereka juga akan menginap dirumah mas Dion untuk satu malam sebelum mengunjungi rumah nenek Pram di Yogya.
Satu keluarga Wiryadamara berangkat menggunakan kereta api, lalu saat sampai stasiun mas Dion akan menjemput mereka. Selama di Yogya, Pram akan meminjam mobil keluarganya yang menganggur untuk ia pakai jalan - jalan sekeluarga.
Kereta api yang mereka naiki tiba di Yogyakarta sore hari menjelang malam. Perjalanan yang sangat panjang sudah mereka tempuh, syukurnya anak - anak tidak banyak bertingkah. Hazel dan Rumi menikmati indahnya pemandangan selama perjalanan. Sedangkan Pram memanfaatkan waktu perjalanan dengan tidur.
Mas Dion sudah sampai lebih dulu sebelum mereka sampai stasiun. Jadi, saat mereka sampai tidak perlu menunggu jemputan datang. Setibanya di rumah mas Dion sudah ada istri mas Dion, mba Gayatri, dan anak mereka, Laras.
"Mari mba barangnya taruh sini aja," Gayatri menuntun Ayu dan Pram masuk ke kamar tamu yang sudah mereka siapkan. "Kata mas Dion awalnya mau naik mobil?" tanya Gayatri.
"Iya, ide mas Pram biar gampang jalan - jalan disini. Tapi naik kereta aja udah capek banget, apalagi bawa mobil sendiri," jawab Ayu.
Hazel dan Rumi menempel pada Pram selonjoran di ruang tengah bersama Dion dan Laras.
"Bapak itu siapa?" bisik Rumi
"Itu sepupu kamulah, kenalan dulu kita baru pertama ketemu. Cantik namanya siapa?" Pram menarik Laras kepangkuannya. Laras yang kebingungan menunjukkan ekspresi khawatir dan gelisah. Siapa orang - orang ini pikirnya.
Hazel mengusap punggung Laras membantu Pram menenangkannya. Sedangkan Rumi masih bertanya - tanya melihat Laras dipangkuan sang bapak.
"Sstt it's okay," ucap Hazel sambil terus mengusap punggung Laras. Dan ajaibnya Laras langsung berhenti menangis. Melihat kakaknya berhasil membuat bayi tersebut berhenti menangis, Rumi mengikuti langkah Hazel. "It's okay baby," ucap Rumi sok tahu.
Pram, Dion, Ayu, dan Gayatri tersenyum melihat dua anak - anak yang sedang menenangkan seorang bayi dihadapan mereka. Entahlah lucu saja dilihatnya, apalagi Rumi yang suka sok bertingkah dewasa.
"Lucu ya haha, adek langsung diem ada kakak - kakaknya," ucap Gayatri, "Laras anak rumahan banget, makanya suka panik kalau liat orang baru. Gak papa, kakaknya baik ya kan?" tanya Gayatri kepada Laras yang sudah kembali ke pangkuannya.
Rumi terus memperhatikan Laras tanpa niat berpaling darinya. "Umurnya berapa?" tanya Rumi tiba - tiba.
"Umurnya 9 bulan kakak. Kakak ganteng umurnya berapa?" Gayatri mewakilkan suara Laras.
Tanpa mengucapkan kalimat apapun Rumi menunjukkan jarinya yang membentuk angka 4, "nanti mau sekolah," ucapnya sombong membuat Gayatri terkekeh lalu mencubit pipi Rumi. "Nggak kakak, Rumi mas," tambah Rumi.
Ayu tertawa mendengar pernyataan Rumi. Beberapa waktu kebelakang Rumi pernah menanyakan kepada Ayu kenapa bapak dipanggil 'mas' oleh Ayu. Lalu Ayu menjawab jika sebutan 'mas' oleh dirinya kepada Pram adalah bukti hormat saja seorang istri kepada suaminya. Dan Ayu memberitahu jika sebenarnya sebutan 'mas' itu panggilan kepada laki - laki yang lebih tua, sama halnya seperti kakak.
Mendengar penjelasan Ayu tentang keingintahuannya, tiba - tiba saja Rumi juga ingin dipanggil dengan sebutan 'mas'. Membayangkannya saja sudah lucu, membuat Gayatri mencubit pipi Rumi sekali lagi.
"Harus punya adik dong kalau mau dipanggil mas Rumi," goda Dion.
"Ibu adiknya mana?" spontan Rumi bertanya kepada Ayu. Membuat Ayu sedikit kaget.
"Ini kan Laras juga adiknya Rumi, nanti Laras panggil mas Rumi kalau udah bisa ngomong," ucap Ayu. Selamat dengan pernyataan Ayu untuk pertanyaan Rumi yang cukup mengejutkan. Semua karena pancingan Dion.
𓆝 𓆟 𓆞 𓆝
Keesokan harinya keluarga Pram dan Dion bersamaan mengunjungi kediaman mbah putri. Selanjutnya keluarga Wiryadamara akan menginap disana sampai hari kepulangan mereka. Di rumah mbah putri lebih ramai daripada rumah Dion. Maklum, rumah mbah putri menyatu dengan pabrik usaha keluarg makanya ramai pegawai, baik hari libur ataupun hari kerja (di shift).
Anak - anak sebaya Hazel juga ada yang tinggal disana karena orang tuanya salah satu pekerja. Sampainya mereka disana, Hazel bermain dengan teman seumurannya, ada dua orang dan dua duanya perempuan.
"Kakak mainnya jangan jauh - jauh, di teras sini aja ya," pinta Ayu.
"Iya bu," menuruti suruhan ibunya, Hazel dan kedua temannya bermain di teras rumah mbah putri.
Sedangkan Rumi, ia tidak ada teman dan tidak ada mainan yang bisa ia mainkan. Sejak tadi ia hanya mengikuti Pram atau Ayu saja. Berbincang dengan orang tua, seru sih tapi tidak ada yang bisa ia ajak bermain seperti kakaknya.
"Ibu ... " semakin siang Rumi sudah sangat bosan dan jengkel. "Aku juga mau main."
"Loh ya tinggal main, kenapa malah ngerengek gini. Ngantuk ya? Tidur aja yuk."
Padahal ia ingin bermain kenapa ibu malah menyuruhnya untuk tidur. Rumi merasa semakin jengkel, akhirnya ia menangis. "Huaa gak mau, mau pulang aja."
"Jauh rumahnya, katanya mau ketemu mama eyang," Ayu membawa Rumi ke pojokkan rumah untuk menenangkannya. "Rumi mau apa?"
"Nggak mau, hiks, mau ibu," semakin terbawa emosi, Rumi memeluk sang ibu erat. Mencium aroma ibu memang obat yang ampuh disaat hati terasa serba salah.
"Sayang ibu ..., istirahat aja yuk."
Ayu membawa Rumi masuk ke kamar untuk tidur siang. Walaupun Rumi terus menolak, akhirnya ia pun tertidur. Ayu juga ikut tertidur bersama Rumi menghabiskan siangnya yang panas dengan beristirahat di dalam ruangan yang sejuk dari ac.
𓆝 𓆟 𓆞 𓆝
Hari terus berlanjut, Hazel sangat senang bisa bermain dan mengeksplor segala yang tidak pernah ia temui dan lakukan saat dirumah. Berbeda dengan Rumi yang tidak punya teman, hari - hari ia hanya mengikuti sang ibu.
Untungnya di hari - hari selanjutnya bapak membolehkan dirinya untuk ikut berpetualang. Mulai dari memancing, menyiram tanaman, sampai memberi makan ternak Rumi ikut berkontribusi. Walaupun hanya bersama bapak dan tukang kebun yang usianya jauh sebanding dengan dirinya, Rumi lebih senang dari hari - hari sebelumnya.
"Mbah uti ada ikan," Rumi berjalan tergopoh - gopoh membawa ember kecil berisikan satu ekor ikan tangkapannya.
Keringat bercucuran di dahinya, senyum manisnya tidak pernah hilang setelah berubah diri menjadi si bolang. Rumi yang hyperactive sangat cocok dengan kegiatan - kegiatan seperti berkebun sampai beternak.
"Sini ikannya. Wow besar, siapa yang tangkap," ucap mbah putri.
"Mas yang tangkap," Rumi nyengir bangga dengan dirinya. Setelah bertemu Laras, Rumi mau dipanggil dengan embel 'mas'.
𓆝 𓆟 𓆞 𓆝
Liburan mengunjungi kampung halaman bapak yang cukup jauh dari keramaian ternyata sangat asyik. Bertemu teman baru, mendapatkan hobi baru, dan menemukan kehidupan yang tidak biasa mereka lakukan.
Di hari kepulangan keluarga Wiryadamara kembali ke kota rasanya sangat hampa. Mengingat kegiatan yang hanya bisa dilakukan di kampung harus kembali melakukan aktivitas di kota yang padat dan sibuk.
"Dadah nanti mas balik lagi ya," ucap Rumi kepada keluarga bapak di Yogya.
Mama Pram terkekeh dengan tingkah random cucunya, "iya nanti mas Rumi kesini lagi udah jadi mas beneran ya hahaha."
Ayu dan Pram sontak bertatapan, gawat semua gara - gara 'mas' Rumi.
𓆝 𓆟 tbc 𓆞 𓆝
KAMU SEDANG MEMBACA
(sequel) My Heart Calls Out For You
FanficCerita lanjutan dari keluarga Pram dan Ayu, dimana kini Hazel sudah menjadi seorang kakak dari adiknya yaitu Harvey.