Rumah sakit dan obrolan tentang anak-anak

814 121 2
                                    

Dari hari kemarin, ibu menemani Rumi yang tertidur lemas dengan tangannya tersuntikkan selang berisi cairan yang masuk ke tubuhnya. Rumi demam tinggi dan diharuskan menginap di rumah sakit. Begitulah mengapa kini mereka bisa berada di ruangan dingin serba putih, yang sangat seperti mimpi buruk bagi bocah 2 tahun tersebut.

Ibu tidak sendiri, setiap malam bapak juga ikut menemani mereka di rumah sakit. Terkecuali Hazel, ibu tidak membolehkannya datang untuk diam lama - lama di rumah sakit. Jadi, Hazel harus menginap di rumah mama eyang (mama Pram) sampai Rumi dibolehkan kembali pulang ke rumah.

Di hari ini, Hazel datang untuk sekedar menjenguk adiknya setelah pulang sekolah.

"Kakak...," panggil Rumi lemas, "ikut, kakak," salah satu tangannya yang tidak tersuntik infus terulur ke arah Hazel, meminta dirinya untuk di ajak pulang bersama.

Hazel menatap adiknnya iba, ia memegang uluran tangan tersebut, "ibu, Rumi izin pulang duluan aja, tidur dirumah."

"Gak bisa sayang, kan infusnya belum habis, badan Rumi juga masih lemes gini. Rumi disini dulu sama ibu ya," ucap ibu. Membuat Rumi merengek terus meminta kepada kakaknya untuk membawa dirinya pergi dari sini.

"Gak boleh sekarang Rumi. Kamu banyak makan aja sama minum obat biar bisa pulang," sebagai kakak yang baik Hazel membantu ibu menenangkan Rumi yang terus ingin pulang.

Ibu dan mama Pram tersenyum melihat interaksi kakak beradik tersebut. Walaupun ucapan siapapun tidak bisa membuat Rumi tenang dan berhenti merengek. Daripada membuat Rumi semakin tidak betah, ibu menyuruh Hazel untuk segera pulang bersama mama Pram karena sudah cukup lama juga mereka berada di rumah sakit.

"Kakak nurut sama eyang ya, makan yang banyak. Besok berangkat sekolahnya di jemput bapak ya," ibu mengecup kening Hazel lalu mengantar Hazel sampai depan pintu kamar.

"Bu...hiks."

Kamar kembali sepi, hanya ada ibu dan Rumi saja. "Mau apa sayang?"

Hari - hari Rumi sejak kemarin hanya merengek, menangis, lalu tertidur setelah diberikan obat. Jika bukan dibantu obat, mungkin akan sulit membuatnya tertidur.

𓆝 𓆟 𓆞 𓆝

Pintu kamar terbuka. Terlihat bapak dengan pakaian kerjanya masuk ke dalam kamar dengan plastik berisi makanan. "Baba... pulang aja," rengek Rumi.

Setiap keluarganya yang berkunjung, Rumi akan merengek meminta pertolongan untuk membawa dirinya kabur dari tempat mengerikan itu.

Bapak menghampiri kearah Rumi, menangkannya untuk yang kesekian kali, "adek belum sembuh sayang, nanti kalau kata dokter udah sehat pasti langsung pulang. Sabar ya...," air mata yang menetas di pipi Rumi di seka lembut oleh bapak.

Jujur, ibu maupun bapak tidak tega melihat Rumi yang biasanya lincah dan doyan makan tiba - tiba harus terbujur lemas dengan infus yang mengganjal tangan mungilnya.

"Rumi makan dulu ya biar cepet sehat, nanti bisa pulang deh," hibur ibu menghampiri Rumi dengan nampan berisi makan malamnya.

Ibu, bapak, dan Rumi makan bersama untuk membantu Rumi agar mau makan karena mereka makan bersama-sama. Berbagai tipuan juga dilakukan oleh ibu dan bapak agar anaknya mau menyuapkan sedikit asupan. Selepas makan, Rumi langsung minum obat lalu tertidur.

Sehabis pulang kerja bapak langsung menuju rumah sakit untuk membawakan ibu makanan, setelah agak malam ia pulang terlebih dahulu ke rumah untuk ganti baju dan mengecek keadaan rumah saat tidak ada yang menghuni.

Bapak tidak tidur dirumah, sehabis mengecek rumah ia akan langsung kembali ke rumah sakit untuk menemani ibu dan Rumi.

Kembalinya bapak ke rumah sakit menyelamatkan ibu yang sedang kesulitan menenangkan Rumi yang tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya. Entah karena merasa tidak nyaman karena infus ditangannya, sakit yang dirasakannya, atau ia mimpi buruk.

(sequel) My Heart Calls Out For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang