Hari dimana Rumi masuk sekolah telah tiba. Entah kenapa tidurnya lebih nyenyak daripada hari - hari sebelumnya, sampai ibu Ayu susah untuk membangunkannya. Apakah Rumi memang susah bangun atau dia sengaja tidur lebih lama agar tidak jadi masuk sekolah, tidak ada yang tahu. Kakak Hazel dan Bapak Pram sudah siap lebih dulu, mereka tengah sarapan berduaan.
"Hari ini Rumi masuk sekolah, kira - kira dia beneran sekolah gak kak?" tanya bapak Pram ditengah suapan nasi goreng buatan ibu Ayu.
Kakak Hazel menggedikkan bahunya, "paling dia nyariin ibu."
"Kakak dulu juga nyariin ibu gak?"
"Nggak, aku jadi ketua kelas loh bapak waktu itu," ucap kakak Hazel penuh semangat.
"Oh masih inget?" Hazel mengangguk, "keren anak gadis bapak pernah jadi ketua kelas." Bapak Pram mengelus kepala Hazel lalu melanjutkan kembali sarapannya.
Jam sudah menunjukkan pukul dimana kakak Hazel sudah harus berangkat, tapi Rumi baru saja selesai bersiap - siap. Karena ini hari pertama Rumi sekolah, semua anggota keluarga ikut mengantarnya. Tapi, karena waktu sangat mepet, kakak Hazel lebih dulu diantar dan tidak ikut mengantar Rumi ke sekolah.
Waktu masuk kelas Rumi masih lumayan lama. Ia masuk pukul 9, sedangkan sekarang masih pukul 7.30
Bapak Pram sampai izin masuk agak siang karena mau mengantar Rumi sekolah di hari pertama. Sedangkan ibu Ayu akan menunggu Rumi sampai jam pulang sekolahnya.
"Good luck Rumi, nanti kita ketemu lagi sore ya. Jadi anak baik ya sayang, see you," bapak Pram berpamitan dengan Rumi saat sampai di sekolah.
Rumi mulai merasa sedih saat bapak Pram dan ibu Ayu mengantarnya hanya sampai depan kelas. Setelah bapak Pram mencium pipi Rumi, air matanya mulai menetes. Rumi meminta untuk digendong kepada bapak Pram sampai masuk kelas.
Karena masih pengenalan, pendamping tiap murid dipersilahkan untuk masuk, dengan syarat pendamping hanya boleh satu orang. Jadi, Rumi harus berpisah dengan bapak Pram karena ibu Ayu yang akan menjadi pendampingnya.
"No bapak no!" Rumi menangis mengisi keheningan ruang kelas pagi itu. Beberapa anak juga ada yang menangis seperti Rumi.
"Bapak kan harus kerja, Rumi sama ibu disini, okay?"
Dengan berat hati dan tangisan yang kencang, Rumi melepaskan pelukannya dengan sang bapak. "Sstt, nanti kita ketemu bapak lagi di rumah," ibu Ayu memeluk Rumi, menenangkannya, dan mengusap air mata Rumi.
Sepanjang kelas berlangsung Rumi tidak banyak berbicara. Karena masih hari pertama jadi masih bisa dimaklumi, mungkin Rumi juga tidak senang hati karena perpisahan tadi pagi bersama bapak. Saat kelas selesai, Rumi bermain dengan beberapa teman kelasnya di taman sekolah.
Sampai dirumah Rumi makan siang berdua bersama ibu Ayu karena kakak Hazel baru pulang setelah jam makan siang. Rumi menyuap makanannya dengan terkantuk - kantuk, akibat kelelahan seharian dia beraktivitas di luar rumah.
"Adek udah aja makannya kalau ngantuk, nanti makanannya gak ketelen," ibu Ayu menadah dagu Rumi membantu menahan kepalanya agar tidak jatuh mengenai meja.
Namun, bukan Rumi kalau tidak makan dengan lahap. Walaupun ia sudah sangat mengantuk, tapi ia masih semangat untuk mengunyah makanannya sambil terpejam.
Ibu Ayu sangat bersemangat untuk mengabadikan hal tersebut, ia mengambil ponselnya untuk merekam Rumi lalu mengirimnya kepada bapak Pram, "hahaha, maksa banget astaga Rumi."
𓆝 𓆟 𓆞 𓆝
Malam harinya bapak Pram pulang membawakan dua paper bag besar yang membuat orang rumah mati penasaran.
"Bapak bawa apaan?!" kakak Hazel histeris dan bersemangat menghampiri sang bapak. Rumi yang masih sering FOMO juga ikut menghampiri bapak Pram.
Karena sudah dijegat oleh kedua anaknya, bapak Pram terpaksa berhenti di tengah perjalanannya. Ia duduk di lantai lalu membantu mengeluarkan isi dari paper bag besar yang ia bawa.
"Sepatu baru buat anak - anak bapak yang hari ini sekolah," bapak Pram membelikan kedua anaknya sepatu baru sebagai reward atas memulai tahun masuk sekolah. "Ini untuk kakak, yang ini untuk adek Rumi yang hari ini baru pertama kali masuk sekolah. Gimana sekolahnya seru gak?"
Rumi tidak peduli dengan omongan bapak Pram, ia sibuk membuka box sepatu barunya. Kedua matanya berbinar, ia tersenyum sumringah kepada bapak, "terima kasih ya bapaknya."
"Sama - sama sayang. Gimana sekolahnya?" Bapak kembali bertanya pertanyaan yang belu dijawab oleh Rumi.
"Dia gak mau sekolah besok," bukan Rumi melainkan kakak Hazel yang menjawab.
"Kok gak mau sekolah, kan seru ... kata ibu, Rumi suka main di taman sekolah?"
Baru kali ini pertanyaan bapak Pram dijawab oleh Rumi, "IYA!" jawabnya bersemangat, "Rumi main perosotan sama mobil kecil."
"Ada mobil - mobilan juga?" Rumi mengangguk.
Setelah bapak Pram membelikan Rumi sepasang sepatu baru untuk dipakainya ke sekolah, ia mulai semangat lagi untuk pergi sekolah di esok hari. Tapi, ada syarat lain agar Rumi tambah ingin untuk pergi sekolah, yaitu tidur bersama bapak Pram dan ibu Ayu. Berakhir, Rumi dan kakak Hazel tidur bersama di kamar bapak dan ibu, karena kakak Hazel iri jika hanya Rumi saja yang dibolehkan tidur bersama kedua orang tuanya.
𓆝 𓆟 𓆞 𓆝
Keesokan harinya, kakak Hazel pulang ke rumah dengan suasana hati yang sedih. Ibu Ayu sudah lebih lebih dulu tiba di rumah bersama Rumi. Karena bapak tidak bisa keluar lama di jam istirahat makan siangnya, kakak Hazel diantar pulang oleh Jupi (sama supir).
"Kakak are you okay?" tanya ibu tepat saat kakak Hazel masuk ke rumah dengan muka lesu.
Tidak bisa seorang perempuan menjawab perasaannya disaat seseorang bertanya seperti itu, ia menangis di pelukan ibu Ayu. Meluapkan kesedihannya yang sudah ia tahan sejak tadi. "Mau nangis dulu?" ibu Ayu mengelus punggung kakak Hazel.
Beberapa menit setelahnya barulah kakak Hazel bercerita jika hal yang membuat dirinya sedih hari ini adalah berita bahwa Jupi akan pindah rumah dan sekolah.
"Terus nanti kalau kakak mau main sama Jupi gimana?"
"Kan bisa video call, kalau ada waktu kita bisa samperin Jupi ke Bali, iya kan?" ibu Ayu mengusap bekas air mata kakak Hazel yang membasahi kedua pipinya.
Ibu Ayu juga baru tahu ternyata jika Jupi akan ikut pindah bersama papa Jo ke Bali. Karena mama Ruby tidak ikut pindah jadi ibu Ayu tidak tahu akan berita kepindahan tersebut.
Sedangkan bapak Pram, ternyata sudah tahu. Dan entah kenapa ia juga segan untuk memberitahukan berita tersebut khususnya kepada kakak Hazel, karena bapak Pram tahu jika kakak Hazel akan sedih.
"Ka - kalau kakak ... m - mau mahin (main) ma Jupi boleh gak?" tanya kakak Hazel tergagap - gagap setelah menangis di pelukan bapak Pram.
"Boleh cantik, nanti kita ke Bali ketemu Jupi atau suruh Jupi kesini juga boleh kok. Kakak gak usah sedih, masih bisa ketemu kok."
Bapak Pram menenangkan kakak Hazel dengan berbagai kata - kata, meyakinkan jika dua sahabat itu tidak akan berpisah walaupun suatu saat nanti mereka tidak lagi berada di sekolah dan kota yang sama.
𓆝 𓆟 tbc 𓆞 𓆝
KAMU SEDANG MEMBACA
(sequel) My Heart Calls Out For You
FanficCerita lanjutan dari keluarga Pram dan Ayu, dimana kini Hazel sudah menjadi seorang kakak dari adiknya yaitu Harvey.