Bab I. Kedatangan Sang Nona Muda

23 4 1
                                    

Bab I. Kedatangan Sang Nona Muda

Ombak air berderu lembut, Arkana melangkah turun dari kapalnya, tatkala sinar matahari menyiram pelabuhan. Ia memandangi bangunan-bangunan yang berjejer, sudut-sudutnya terukir indah dengan sihir. Ia telah tiba di pulau tempat keajaiban sihir bertahan, pulau Isurkaria.

Mengangkat kopernya, ia beranjak dari pelabuhan melewati kerumunan. Berjalan melalui kedai makan, manik hijaunya melirik sebuah metronom. Pupil merahnya tertuju lurus pada Metronom yang berdetik dengan interval lambat itu. Jarumnya berlapis sihir, bisa diatur sesuka hati.

Surai abu bergaris birunya melambai-lambai diterpa angin hangat, dengan wajah datar ia menatap lumat-lumat metronom itu. Sang pemilik kedai menyadari kehadiran Arkana, ia menghampirinya, "Apa ada yang menarik perhatianmu, nona muda?" tanya sang pemilik, Arkana hanya menggeleng kemudian pergi meninggalkan kedai itu.

Pria itu menatap heran Arkana, "Berhati-hatilah di jalan!" peringat sang pemilik. Metronom sihir itu menarik perhatiannya, namun ia segera melupakannya, merasa tidak penting.

Ia memandangi sekelilingnya sembari terus berjalan. Angin sejuk berhembus, membawa wangi asin dari samudra. Sepanjang garis pelabuhan ramai dengan bongkar muat, sementara para pedagang dengan lantang menawarkan alat sihir mereka. Tatkala burung camar mengepakkan sayapnya melintasi pelabuhan, Arkana melangkah menyusuri keramaian, dalam diam memperhatikan sekitarnya.

Ia melirik sebuah poster, dirinya terpampang disana. Sosoknya ternyata begitu dielu-elukan rakyat Isurkaria. Poster itu berisi motivasi untuk para pengguna sihir, untuk berjuang menjadi pengguna sihir hebat layaknya Arkana. Hanya saja poster itu melebih-lebihkan kehebatan Arkana. Sepanjang jalan ia menemukan poster dengan isi serupa.

Arkana menurunkan topi baretnya sedikit, agar wajahnya tidak mudah dikenali. Ia tidak tahu bagaimana respon warga sekitar ketika berpapasan dengannya. Di dalam kerumunan ia terus melangkah, sembari menundukkan kepalanya.

Derap sepatunya terdengar ringan, gamis putihnya melambai tiap langkahnya. Angin lembut menerpa tengkuknya, ia tertegun, segera meningkatkan kewaspadaannya. Melambatkan langkahnya, ia melihat sesosok siluet.

Sesosok siluet itu merapalkan sebuah mantra dari dalam gang. Dalam satu tarikan napas, sekilat cahaya emas melesat dengan cepat ke arahnya. Arkana menyipitkan matanya, "Garvites." Sebuah kubah putih terbentang luas di hadapannya, begitu suara hantaman menggelegar keras.

Dedebuan beterbangan memenuhi area sekitar, orang-orang bergumam terkejut. Mereka tidak lari, menganggapnya sebagai kecerobohan pengguna sihir. Dedebuan pun lenyap tertiup angin, yang selanjutnya Arkana lihat adalah lembing raksasa menancap pada kubahnya.

Serangan tiba-tiba itu membelah kerumunan, lembing raksasa itu menguap. Arkana membungkus lembing yang menguap dalam sihir, lapisan tipis seperti kertas menyelimuti lembing itu, hingga sepenuhnya tertutup. Tak lama kemudian, lembing itu meledak dahsyat di dalam sihir Arkana. Orang-orang berseru heboh, membayangkan apa yang akan terjadi jika Arkana tidak membungkusnya.

Angin lembut membelai lehernya, ia merunduk ke tanah. Peluru sihir seukuran bola sepak melesat, berakhir menghancurkan sebuah jendela rumah.

Arkana memutar tubuhnya, mengunci tatapannya pada si penyerang. Tongkat sihirnya muncul dari ketiadaaan, ia menodongkannya ke arah si penyerang "Estavleis." Kilatan cahaya berwarna hijau melesat melalui kepala si penyerang, mengacaukan sarafnya dan menidurkannya.

Orang-orang segera menjauh, tak ingin terlibat dengan apa yang akan terjadi. Arkana bangkit dari tanah, lantas menebar pandang. Berbalik menatap tubuh lawannya yang terkulai lemas, ia berpikir apa yang baru saja terjadi.

Sihir LamunanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang