Bab IV. Makam Subur

11 3 1
                                    

Arkana pun bangkit, menepuk-nepuk kedua telapak tangannya, "Banteng itu sudah tumbang, kita harus bergegas sebelum ia bangkit."

Eskarne menggeleng, "Sabar dulu lah! Bagaimana dengan tanganmu? Jangan anggap remeh radang dingin," ujar Eskarne.

Arkana menghela napas pelan, "Kau tidak perlu khawatir, suhu tubuhku akan kembali lagi. Lebih repot kalau banteng besar itu bangun," Arkana bangkit, "ayo, jangan lama-lama." Arkana beranjak menuruni tebing lebih dulu.

"Tu- tunggu aku!" Eskarne pun menyusulnya.

Bab IV. Makam Subur

Dengan penerangan dari tongkat Arkana, mereka menelusuri gua. Udara yang lembap dan kering segera menyambut mereka. Air menetes melalui dinding gua, langkah kaki mereka bergema di tiap langkahnya.

Mereka terus berjalan hingga menemukan sebuah kolam dengan berbagai tumbuhan yang tumbuh subur, perlahan udara pun terasa lebih segar. "Kau tahu dimana kristal itu berada, 'kan?" Tanya Arkana demi memastikan bahwa mereka tidak datang dengan sia-sia.

Eskarne mengangguk-angguk, "Tentu saja aku tahu, aku sudah bilang aku pernah ke sini bersama guruku, bukan?" balas Eskarne, ia berhenti di pinggir kolam, kemudian menggulung rok panjangnya,

"Biasanya kristal-kristal itu terbentuk di bawah air seperti kolam ini."

Eskarne pun memasuki kolam, airnya berdesir lembut begitu ia memasukkan kakinya. Bulu kuduknya berdiri, ia seketika menggigil begitu kulitnya menyentuh air yang dingin. Setiap langkahnya membawa wangi tanah yang basah. Ia meraba-raba dengan kakinya, lantas merasakan permukaan licin yang amat halus.

Ia menjulurkan tangannya ke dalam air, memastikan bahwa yang ia rasakan adalah kristal yang dicarinya. Begitu memastikan, ia meraih sebuah gergaji dari tasnya, "Perlu kubantu?" tanya Arkana menawarkan, Eskarne menggeleng sembari kembali menjulurkan tangannya ke dalam air, "Aku sudah kebanyakan merepotkanmu, ini adalah bagian untukku seorang alkemis. Engkau juga pasti tidak ingin gamis indah itu basah, bukan?" Ia menolak sembari memperhatikan gamis yang dikenakan Arkana.

Arkana hanya diam lanjut memperhatikan. Eskarne mulai menggergaji kristal di dalam air, suara berderit samar-samar terdengar begitu kristal bergesekan dengan gergaji. Eskarne menarik kristal itu, dentingan yang nyaring pun terdengar begitu ia menariknya keluar dari air. Kristal berwarna hitam pekat itu memantulkan cahaya dari tongkat Arkana, terlihat jelas bahwa kristal itu mengandung minyak di dalamnya.

Eskarne mengangkatnya tinggi-tinggi, "Kita mendapatkannya!" Senyumnya merekah tatkala ia berseru, tinggal satu langkah lagi untuk menyelesaikan masalah ini.

***

Mereka kembali ke rumah Eskarne. Turi, masih terlelap dengan sempurna. Eskarne menyunggingkan senyum pahit. Khawatir Turi akan terbangun, Arkana mengusulkan untuk memindahkannya ke ruangan lain. Eskarne pun membawanya ke kamar, lantas kembali ke ruang kerjanya, untuk mengekstrak minyak dari kristal itu.

Eskarne meletakkan kristal di atas meja, ia mengambil palu dan pemahat untuk membuat lubang pada kristal. Ia mencelupkan kristal ke dalam air, untuk mengurangi suara yang dihasilkan dan dampak kerusakan begitu ia membolongi kristal.

Ia mengarahkan pemahat pada kristal, kemudian memalunya. Suara denting yang samar pun terdengar tiap pukulan palu. Hingga akhirnya kristal terlubangi, Eskarne segera mengangkatnya dari air. Pada sebuah wadah, ia menuangkan minyak yang berada di dalam kristal melalui saringan.

Mengalirlah sebuah minyak berwarna abu-abu dari dalam kristal, aroma resin yang manis memenuhi ruangan.

Wadah itu terisi penuh, Eskarne menoleh ke arah Arkana yang sedang duduk, "Lalu, apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan pupuk cairnya?" tanyanya sembari mengaduk-aduk minyak di dalam wadah, "Sebelumnya kau menggunakan air bukan? Gunakan minyak sebagai gantinya," jelas Arkana.

Sihir LamunanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang