Epilogue

20 3 2
                                    

Epilogue

Siang yang cerah, langit biru bersih tanpa awan sejauh mata memandang. Cakrawala menjulang dari ujung samudra, menyembunyikan bagian lain bumi. Angin laut berhembus, membunyikan lonceng-lonceng.

"Bagaimana kabar teman-temanmu di Isurkaria?" tanya seorang gadis yang duduk di seberang Arkana.

Arkana pun menoleh ke arahnya, "Syukur mereka baik-baik saja, bahkan rencana mereka membentuk lembaga pendidikan dan organisasi kemanusiaan terdengar sampai sini. Banyak yang terjadi selama enam tahun ini," ungkap Arkana, surai abunya melambai ditiup angin.

Mereka bersantai di bawah pohon lebar yang tinggi, tepatnya sebuah atap kafe, "Mengapa kau bertanya? Amitta yang kukenal tidak pernah tertarik dengan apa yang kulakukan," celetuknya.

Gadis yang dipanggil Amitta itu mengerjap, "Memangnya kenapa? Tidak boleh?"

"Bukannya tidak boleh, aneh saja. Terasa lebih aneh dari pada mengerjakan proyek ini,"

"Lebih aneh lagi Arkana bisa tumbuh dua belas sentimeter lebih tinggi, tinggimu sekarang jadi 173 sentimeter nih, kalau dilihat berkali-kali Nona Arkana memang anggun," goda Amitta.

Arkana tersenyum masam, "Ayolah, bisa kita hentikan soal itu? Kuakui di usiaku yang segini sebuah keajaiban bisa tumbuh tinggi, tapi itu tidak membuatku menjadi seorang model."

"Penampilanmu yang seperti sekarang tidak cocok untuk mengayunkan kapak tahu," Amitta mencodongkan tubuhnya.

"Itu sudah jadi bagian dari diriku," jawab singkat Arkana, ia melihat lengannya yang sedikit lebih keras dan berotot.

Angin laut kembali berhembus, memutar baling-baling kincir angin yang berbaris. Langkah kaki terdengar di atas lantai batu, suaranya terdengar bergemerincing.

"Permisi, nona yang di sana," seseorang memanggil Arkana, sontak mereka berdua menoleh.

Sesosok pria tinggi berdiri gagah, lengan pakaiannya menjuntai dan melambai, rambutnya hitam kebiru-biruan terlihat kontras. Iris matanya berwarna biru, terukir motif bintang berujung empat.

"Apa benar nona bergamis di sana bernama Sophronia Arkana?" tanya sang pria.

Arkana turun dari balkon, menghadap sang pria, "Itu diriku, ada yang bisa kubantu?"

"Sebelumnya, perkenalkan, namaku Samskrita Mahanakshatra. Panggil saja, Maha. Dan aku perlu kebijaksanaanmu."

-

-

-

***

-

-

-

Kelak, perjalanan ini berlanjut.


Sihir LamunanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang