happy Reading janlup vote dan komen yaa aku maksa niee😡
*hhe canda*
selamat membaca
★~(◠ω◕✿)
hari yang ditunggu-tunggu sepasang suami istri ini pun terlaksana kan, hari ini hari dimana anjani akan melahirkan kedua buah hatinya di salah satu rumah sakit di jakarta dengan bara yang senantiasa menemani anjani.
"aku percaya bahwa mimpi itu gak akan nyata" batin bara mengingat mimpinya beberapa hari lalu.
"sayang kamu kalo sakit pukul mas aja ya, mas gak mau kamu sakit sendirian" pinta bara yang posisi tangannya sedang di pegang anjani.
"mas, aku terharu banget, makasih udah selalu ngisi hari-hari aku" ucap anjani dengan mata berkaca-kaca.
"iya sayang sudah kewajiban mas"
"ibu anjani sudah boleh memulai proses melahirkan" ucap dokter yang akan menangani proses melahirkan anjani.
"mas aku takut" ucap anjani ketakutan bisa dilihat dari tangannya yang dlsedang memegang tangan bara terlihat bergetar.
"kamu pasti bisa mas percaya itu" ucap bara menenangkan sembari terus mencium kening anjani.
"ayo bu dorong" pinta sang dokter.
"eeeee hufh hufh m-masss" (btw author gak terlalu tau tentang melahirkan ya maklumin lah😔).
"nah baik bu anak pertama sudah melahirkan, lanjut anak kedua bu" ucap sang dokter sembari menyerahkan bayi perempuan pada suster.
"mmm-mash jag-ga anak-anak kit-ha" ucap anjani sesaat sebelum anak kedua mereka lahir kedunia dengan diiringi tangisan dari si bayi.
"syukurlah" gumam bara dengan nafas terengah-engah.
"bapak boleh meng azan kan bayi nya dulu ibu nya biar saya yang urus" ucap sang dokter diangguki oleh bara.
"masya allah bidadari-bidadari papa" ucap bara dengan menatap kedua putrinya.
selesai meng azan kan bara kembali meletakkan putri-putri nya ke dalam box khusus bayi, ia berencana akan berterimakasih kepada anjani yang sudah berusaha dengan keras.
tapi niat bara terurungkan saat ia mendengar dokter di dalam ruangan anjani sedang panik tak kala detak jantung anjani yang tiba-tiba menghilang.
"dok detak jantung pasien tiba-tiba hilang" lapor salah satu suster.
degg!! degg degg
bara yang mendengar tak sadar air matanya jatuh tiba-tiba hingga mengalir melewati pipi nya serta detak jantung yang memompa 2× lebih cepat dari biasanya.
"ya tuhan cobaan apalagi ini" gumam bara dengan frustasi.
"tuhan jangan ambil istri saya dulu, anak-anak kami masih membutuhkan nya" batin bara berdo'a untuk keselamatan istrinya.
beberapa menit bara menunggu dokter yang menangani anjani dengan ke khawatiran akan keadaan istrinya di dalam sana.
tak lama terdengar suara pintu yang dibuka, tanpa berlama-lama bara segera menanyakan keadaan anjani pada si dokter
"dok gimana istri saya, dia baik-baik aja kan?" tanya bara yang tak dijawab oleh sang dokter membuat pikiran bara makin berkecamuk.
"jawab saya dok, anda punya mulut kan?!!" teriak bara dengan meremas kerah baju sang dokter.
"maaf... istri anda tidak dapat kami selamatkan" jawab sang dokter dengan nada penyesalan.
bugh
"DOKTER MACAM APA ANDA, MENYELAMATKAN ISTRI SAYA SAJA TIDAK BECUS!!" teriak bara dengan meninju rahang si dokter.
"saya minta maaf, istri anda kehabisan darah saat melahirkan anak kedua" ucap sang dokter dengan menyesal
"sayang jangan tinggalin mas, mas janji bakal beliin apapun yang kamu mau tapi jangan tinggalin mas hiks arghh" teriak bara frustasi sembari memukul-mukul dada nya yang terasa sesak.
"mas gak bisa hidup tanpa kamu, bangun sayang nanti kita jalan-jalan lagi ke taman tapi kamu harus bangun hiks"
bugh bugh bugh
melihat keadaan bara yang sangat kacau dengan menangis terisak serta tangan yang memukul-mukul lantai rumah sakit, sang dokter hanya mampu terdiam menunduk tak ayal sang dokter pun meneteskan air mata tanda ia menyesal sudah gagal menyelamatkan pasiennya.
tanpa sepatah kata bara berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruangan tempat istrinya.
yang bara lihat di ruangan tersebut hanya sebuah tubuh yang diselimuti selimut putih hingga menutupi seluruh badannya.
saat bara memberanikan diri membuka selimut tersebut pasokan oksigen di sekitar bara mulai menipis keringat dingin bercucuran dari pelipis bara tangan dan seluruh tubuh bara bergetar saat bara melihat brankar yang di tiduri istrinya dengan wajah pucat pasi tak bernyawa.
tak ada sang istri yang menjadi alasannya berjuang, tak ada lagi sang istri yang menemaninya bercanda tawa bersama, tak ada lagi sinar yang menyinari kehidupan bara, hari itu bara sudah berubah menjadi sosok yang pendendam.
fokus bara teralihkan saat melihat box bayi yang berisi kedua putrinya, bara terus menatap anak keduanya dengan raut kebencian, amarah, serta kekecewaan.
akhirnya hari itu bara sudah mengklaim jika anak keduanya adalah anak pembawa sial sekaligus pembunuh.
ternyata tak semua yang dilihat anjani dalam mimpi sepenuhnya terpenuhi di dunia nyata
yang anjani lihat dalam mimpi bara yang malaikat
yang sebenarnya di dunia nyata adalah bara yang iblis."akan saya pastikan anak pembawa sial itu mendapat karma nya" gumam bara
"sayang mas mungkin mengikhlaskan kamu, tapi mas gak ikhlas si pembunuh itu hidup bahagia."
"pak bara, kapan ibu anjani akan di kuburkan?" tanya salah satu suster
"sore nanti sus" jawab bara dengan menunduk sedih
"baiklah sebaiknya pak bara membeli susu khusus bayi untuk anak-anak pak bara" titah suster di angguki bara.
"kasihan sekali pak bara, baru saja istri nya melahirkan sudah meninggal jadi dia harus mengurus kedua anaknya sendirian" batin sang suster dengan menatap mayat anjani dengan tatapan miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
calista [belum revisi]
Teen Fictionbagaimana jika seorang gadis sma harus merasakan manis dan pahit nya kehidupan? bagaimana rasanya dicintai oleh dua lelaki sekaligus? seorang gadis berkulit putih bibir pink yang bernama calista harus menerima takdirnya jika ia adalah penyebab ibu...