BAB 3 : Resentment

207 24 54
                                    

[S W E E T H U R T]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[S W E E T H U R T]
.
.
.

"Jumpol, apa kau memperkosa ku?"

Tercenung, tentu saja. Akal sehatnya mulai bekerja, memberikan sinyal ke pancaindranya begitu cepat. Off mengembalikan perhatian kepada mantan kekasihnya itu. Off berdiri tak percaya akan ucapan Gun dan sepertinya Gun semakin hari berubah, entah karena apa. Off rasanya ingin gila.

"Kau memperkosaku, Jumpol?" Itu sebuah pernyataan. "Benar?"

Tercenung, tentu saja. Akal sehatnya mulai bekerja, memberikan sinyak ke pancaindranya begitu cepat. Kegelisahannya meregang hingga mengancam akan pecah. Jelas Off mencoba menyusun sebuah jawaban.

"Tidak, tentu tidak." Off ngotot membela diri. "Sudahlah, seharusnya kau berterimakasih padaku karena sudah membersihkan studio mu yang berantakan."

Off keluar begitu saja dari studio meninggalkan Gun yang hanya bisa memasang wajah datar tanpa rasa berterimakasih sama sekali.

"I hate my life, I hate this word," batinnya.

***

Di kamar megah milik Off Jumpol, Pat tersenyum memikat berdiri di depan cermin, menyapukan lipstik merahnya dengan gesit, menambah kilauan memikat pada senyum nakalnya. Gaun tidurnya yang begitu ketat dengan lekuk tubuhnya yang mempesona melambai-lambai setiap kali dia melangkah.

"Incredible, Pat."

Di atmosfer mewah ini, suaranya membawa nada pujian terhadap kecantikannya sendiri. "Yeah! I'm the embodiment of enchantment."

Pat memperhatikan bagaimana penampilannya terbaur sempurna, mencerminkan keinginannya yang liar dan kecantikan yang memikat. Dalam setiap langkahnya yang berani dan menggoda, Pat menghidupkan kembali semangat kebebasan dan keberanian, menunjukkan bahwa pesona daya tariknya tidak bisa diabaikan.

Dari gramofon antik di sudut ruangan, lagu "Sway" karya Michael Bublé yang di cover oleh The Pussycat Dolls mengalun menggoda. Pat Chayanit terlalu menggemari alunan ini, oh mungkin saja mendamba. Alunan ini menciptakan latar belakang romantis yang sempurna. Cahaya-lampu gantung kristal yang berkilauan menari-nari di atas kepala Pat, membingkai sosoknya yang memancarkan pesona dan keseksian. Pat memandang cermin besar yang menghiasi dinding, membiarkan pandangan mata cokelatnya bermain-main dengan bayangan dirinya sendiri yang berkilauan dalam gemerlap cahaya lampu.

Penampilan begitu menggoda ini tersuguhi sebuah alasan. Karena, pria tercintanya begitu menggilai—keseksian.

Tidak ingin membuang waktu, cepat Pat mengirim pesan. That's Right! Sebuah pesan menggoda terselingi satu foto, satu foto ditanggapinya begitu memukau.

...
Ma Illegal 🔞

Pat Chayanit
Bagaimana?

✔ [8] Sweet Hurt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang