BAB 4 : Must Be?

204 25 38
                                    

[S W E E T H U R T]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[S W E E T H U R T]
.
.
.

Gun menyeimbangkankan kakinya di kursi ketika meraih ke atas mencari sebuah kotak folder manila. Ia mencengkeram telepon nirkabel di satu tangan sementara ia berusaha meraih ke atas dengan tangannya yang lain. Otot betisnya menegang dan menegang pada saat otot kakinya semakin melayang di atas bangku sehingga ia berdiri dengan ujung kakinya.

Begitu setelah berhasil masa percobaan mengambil kotak folder tersebut. Gun mematikan sambungan karna orang yang dihubunginya tak kunjung menyambut panggilan. Schedule nya hari ini dia akan pergi ke suatu tempat lalu meeting bersama bos penyelenggara pameran. Dirasa sudah siap lalu menyemprotkan parfum ke berbagai sisi tubuhnya, Gun mencoba mengukir senyum. Senyum penuh harap agar segala aktivitasnya hari ini berjalan lancar.

Debuman suara pintu terdengar keras.

Suara itu berasal dari pintu kamar Off yang berada tepat satu garis lurus di seberang kamar Gun, kurang lebih jaraknya hanya berkisar 8 meter itu terlihat terbuka setengah. Membuat pandangan Gun langsung bisa menembus isi kamar Off saat ia sedang berjalan menuju pintu keluar.

"Off ... Kau tidak akan memberikan ku morning kiss?"

"Morning kiss? Apa harus?"

"Off, kau sudah tidak menciumku.."

"Oh, ya?"

"Kalau tidak, aku saja yang cium, boleh?"

Pat menjinjitkan kedua kakinya guna meraih bibir Off agar mereka bisa melakukan morning kiss. Namun ... Off mencegahnya

"Sebentar, Pat ... rambut ku jadi berantakan lagi." Kepala Off tergeser cepat menghindar

"Off!" rengek gadis itu merajuk.

"Tsk ..."

Gun menautkan kedua alis sembari memutar bola matanya kesal. Baru juga keluar kamar, dia malah disuguhi pemandangan yang sangat menjijikan dari sepasang insan yang sedang berduaan di dalam kamar. Dengan sengaja Pat nampak berdiri di hadapan Off mengalungkan kedua tangannya manja pada leher jenjang pria itu. Sedangkan Off yang sudah rapih untuk berangkat kerja itu nampak sibuk menata rambut nya menghadap cermin. Gun bisa lihat keduanya berdiri menyamping di sisi ranjang. Dan, mendengar percakapan mereka membuat dia mendadak mual ingin muntah seperti kemarin.

Kali ini suara debumam pintu kembali terdengar. Namun, kali ini berasal dari pintu kamar Gun.

"Astaga! Suara apa itu?" kaget Pat menoleh cepat keluar kamar dengan tatapan waspada. Off dengan santai meraih ponsel nya dan bersiap-siap keluar dari kamar.

"Gun, pria itu ketika marah begitulah kebiasaannya."

"Attha? Pria itu sering kali bersikap kasar?"

Off menggeleng, "Tidak terlalu sering." Pat pun mengangguk paham.

✔ [8] Sweet Hurt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang