BAB 1 : Drunk

277 28 30
                                    

 [ S W E E T H U R T ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ S W E E T H U R T ]
.
.
.

Masa kini dan masa lalu, dimana semua keadaan berubah menjadi tempat yang buruk untuk ditinggali. Susah untuk dijelaskan, kendala ke dua ego bersemayam lalu-lalang mencengkram bak badai menerjang. Keduanya tidak ada yang baik, mereka selalu ingin berdampingan dengan sangat unik, walaupun saat mereka tidak lagi bersama.

Umpatan.

Amarah.

Ketidaksukaan.

Dan,

Ego.

Cinta adalah sebuah tawa. Dan, perpisahan adalah sebuah candaan. Dimana sebuah candaan terngaung gila akan menyebabkan gerai daksa membawa kesalapahaman. Karena, perpisahan sendiri tidak pernah mau menyapa terlebih dahulu.

Karena; Seribu kali menjumpai perpisahan, tidak ada manusia yang bisa terbiasa.

***

Dalam keheningan malam yang hanya dipecah oleh irama musik, seorang pria menari sendirian. Gerakan-gerakannya yang lentur dan gesit mencerminkan bagaimana lagu itu begitu mengalir dalam dirinya. Pria itu menutup mata dan membiarkan tubuhnya terbawa oleh alunan yang mengalir begitu lembut dan menggoda.

Gun Atthaphan bergoyang mengikuti irama lagu "Sway" dari Michael Bublé di kamarnya yang remang-remang, musik menggelegar dari speaker yang tak terlihat. Gun benar-benar mabuk, gerakannya lincah namun tak teratur saat sang tungkai berjalan-jalan, kadang-kadang menyanyikan lirik lagu dalam bahasa Inggris yang terpotong-potong. Setiap langkahnya seakan menjadi ekspresi dari apa yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

"Hey, you know this song, it's like so damn good."

Gun berkata seorang diri, senyum bodoh menghiasi wajahnya sambil berusaha menjaga keseimbangannya. Ia dengan canggung menggerakkan tangannya seolah memimpin orkestra tak terlihat, ucapannya dihiasi dengan ledakan tawa.

"I feel ... Like I'm flying, man! Like ... Like nothing can stop me," lanjutnya, kata-katanya semakin hidup dan riang dengan setiap saat yang berlalu.

Alkohol telah melemaskan penghambatannya, dan mendapati dirinya berbicara dalam bahasa Inggris, bahasa yang biasanya ia gunakan hanya untuk kesempatan yang lebih formal. Saat lagu mencapai puncak, Gun melemparkan dirinya ke tempat tidur, terkekeh-kekeh tanpa kendali. Menutup mata dan membiarkan musik mengalirinya, tenggelam dalam kabut euforia dari melodi dan mabuknya.

Dalam keadaan mabuk, Gun merasakan rasa kebebasan dan kegembiraan, seolah-olah untuk sejenak, ia bisa menaklukkan dunia hanya dengan goyangan tubuhnya dan keajaiban musik. Lantas, Gun terkekeh muak saat otak sialannya memutar kembali banyak fragmen tentang dirinya dan mantan kekasihnya.

✔ [8] Sweet Hurt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang