Setelah pertemuan keluarga minggu lalu, mereka sepakat bahwa pernikahan diadakan pertengahan Juli tahun ini. Venue wedding Bram dan Dinda dikelola oleh brand ambassador ternama milik Bram. Venue kali ini atas permintaan mereka berdua akan ditempatkan di Grand Hall Center.
"Bram.. Aku mau ngomong boleh?"
"Kenapa? Kamu kurang suka ya sayang?'
"Ini opsi aku sih, klo kamu ga suka jg gpp"
"Mana opsi mu mana biar ku labrak" Jawab Bram dengan humornya.
"Haha.. Jadi gini.. Untuk akad gimana kalo dimasjid aja? Lebih baiknya gitu"
Bram tertegun akan pikirannya. Dia sempat mengira bahwa Dinda akan meminta venue yang lebih mewah dari yang ia tawarkan.
"Benar-benar ga salah pilih aku.." gumam Bram bahwa pilihan tepat melabuhkan cintanya pada Dinda.
"Hah? Kamu salah pilih apa sih? Venue? Kan aku bilang jangan heboh duluan, ga baik tau"
Bram tersenyum.
"Kamu pilihanku"
Dinda tersipu malu.
"Udah ah kamu ngelantur aja dari tadi. Lihat dulu yang mana lebih cocok kalo di Masjid?"
"Kamu ga usah bingung sayang, aku udah nentuin tadi.. How about this one?"
Mata Bram sangat lihai. Pilihannya tertuju pada sebuah long dress kaftan dengan sentuhan make up dusty favorite Dinda. Jas nya pun tampak elegan dengan peci senada.
"Perfect choice" jawab Dinda meyakinkan pilihan Bram.
Sementara itu beberapa pegawai wanita wedding organizer mengintip mereka berdua dari balik tembok.
"Itu lhoo mba Dinda Wijaya Sari dan Mas Bramasta yang prepare wedding!"
"Serius? Mba Dinda yang penulis buku Gemintang Hatiku kan?"
"Demi apaaa 😭 ngefans banget gue"
"Yuu minta tanda tangan yuu.. Aku bawa bukunyaSetelah Dinda dan Bram menyelesaikan pembayaran, beberapa karyawan itu pun datang membawa buku Gemintang Hatiku untuk ditanda tangani.
"Aku juga mau dong.." ucapan Bram
"Hahaha.. Tanda tangan dibuku merah aja ya pak.. Yang kecil itu lhoo" jawab Dinda mengisyaratkan buku nikahnya nanti.
"Awas kamu ya.." ancam Bram seraya mencolek hidung Dinda.
"Yuk aku antar kamu pulang."
"Ga mau pulang, mau sama kamu terus..." Ucap Dinda penuh manja.
POV Bram
Kalimat itu keluar begitu saja dari dirinya. Seperti anak kecil yang kehabisan waktu bermain. Tangannya meraih lenganku."Ga mau pulang, mau sama kamu terus..." Ucap Dinda penuh manja.
Satu lagu yang menggambarkan suasana saat ini, Casablanca.
Denyut jantungku berdebar
Terasa indahnya dunia milik kita berdua
Aku lah mataharimu, kau lah kekasihku
Kita kan bersama selamanya
Ku nyanyi kan lagu itu dihadapannya, tampaknya Dinda mulai nurut.
"Kita Pulang? Hm?"
Kepalanya mengangguk pelan.
"Pinter" ucapku dan mengelus kepalanya"
Mereka pun pulang.
