Bram mendekat.
"Long time not see you... Dinda"
Tatapan mata Bram menyiratkan kerinduan dan penyesalan. Wanita yang pernah mengaguminya dulu kini telah menjadi sosok hebat seperti saat ini.
Dengan senyum tipis Dinda menyembunyikan rasa rindunya dibalik senyum itu. Sebisa mungkin dia menghilangkan rasa canggung diantara mereka berdua.
"Hey, apa kabar? Wahhh keren banget kamu sekarang. Ga nyangka bisa ketemu gini ya" puji Dinda.
"Im better.. and you?"
"Me too" Matanya menyiratkan kebohongan disana.
Raut wajah Dinda berubah. Membuat Bram merasa bersalah.
"Can you forgive me?" Ucapnya.
"For what?" sebutir air bening mengalir dari matanya.
"Kamu ga salah. Apa yang mau dimaafin Bram? Aku.."
Dinda terkejut dengan seketika. Bram membawa Dinda ke pelukannya. Tangisan Dinda memecahkan keheningan di ruang itu.
Setelah beberapa saat menenangkan diri, mereka duduk di sofa. Bram memperhatikan wajah Dinda.
"Jangan lihat aku gitu.. Lagi jelek malah diplototin"
"Kenapa nangis? Hmm?"
"Aku takut aja.. Ada yang marah nanti"
"Siapa?" pacar kamu?" Bram memastikan.
"Pacar kamu lah" ucap Dinda.
"Its ending. Long story. Dia pergi kejenjang yang lebih serius dengan orang lain. Kami putuskan untuk tidak bersama lagi" ceritanya singkat yang membuat Dinda kaget.
"Wahh dia pasti nyesal bgt liat kamu sesukses ini" ucap Dinda
"Emang aku peduli?" Balas Bram.
Raut wajah Bram tidak menunjukkan rasa sesal sama sekali.
"So, we can have a dinner tonight? A special dinner"
"Why not?" Tanpa Dinda perjelas pun, Bram sudah tahu jawabannya.
#Lullaby
