Dokter dan perawat yang menangani Azura keluar dari dalam ruang rawat. Ia memberitahukan jika Azura sudah sadar. Hal itu membuat seluruh keluarga pun masuk kedalam ruang rawatnya. Azura yang tadi sedang tertidur pun merasa terusik.
Ia pun membuka matanya, ketika matanya terbuka perhatian seluruh keluarga langsung terarah kepadanya. Mereka menanyakan beberapa pertanyaan. Azura merasa takut, ia merasa terintiAzura sudah sadar. Hal itu membuat seluruh keluarga pun masuk kedalam ruang rawatnya. Azura yang tadi sedang tertidur pun merasa terusik.
Ia pun membuka matanya, ketika matanya terbuka perhatian seluruh keluarga langsung terarah kepadanya. Mereka menanyakan beberapa pertanyaanmidasi. Ia merasa tatapan mereka sangat menakutkan.
Azura pun langsung meringkuk hingga punggung nya pun membentur sandaran kasur. Ia pun langsung menjerit histeris. "Tolong!, maaf!" Ucapnya. "Jangan pukul, Safa sakit" ucapnya.
Ia terus menerus berucap seperti itu. Bahkan Bunda Dara yang ingin memegang tangan nya pun langsung di tepis. Bahkan Azura atau Safa malah bertambah histeris.
Dokter pun datang, mereka menyuruh semuanya keluar. Menyisakan Abrar dan para dokter. "Seperti nya nona Azura mengalami trauma, mungkin anda bisa berkonsultasi kepada psikolog" ucap dokter itu.
Setelah mereka keluar perlahan tangis Ola pun berhenti. Abrar ingin menghampiri Ola, dan mengusap kepalanya. Namun Ola malah menjauh dan malah meringkuk ketakutan. Terdengar isakan kecil.
Abrar pun langsung mengusap wajahnya dengan kasar, ia pun memilih keluar dari dalam ruang rawat. Setelah keluar ia pun langsung meninju dinding di luar koridor. "Aku akan membalas apa yang kamu lakukan Sintia!" ucap Abrar yang terlihat marah.
Namun semuanya dapat melihat kesedihan dalam tatapan matanya. Abrar pun menjauh dari ruang rawat Azura. Ia melangkahkan kakinya menuju ke ruangan Ola. Abrar hanya bisa melihat kondisi Ola dari luar ruangan ICU.
"Sayang aku mohon jangan tinggalin aku, kamu ga lihat anak kita sangat membutuhkan kamu. Azura udah sadar, tapi dia ketakutan melihat aku. Padahal aku ayah nya, apa ini balasan buat aku. Aku mohon jangan tinggalin aku" ucap Abrar menangis dengan keras.
Ya jangan kalian mengira jika para laki-laki tidak menangis. Abrar juga hanyalah manusia, saat ini orang yang ia sayangi tengah bertaruh nyawa karena insiden itu.
Di depan ruang ICU juga tidak ada siapapun, mungkin hanya Abrar yang berada di sana. Abrar pun merasa panik, ketika melihat Ola tiba-tiba kejang.
Ia pun berlari dengan cepat menyusuri setiap koridor di rumah sakit ini. Dan terus berteriak memanggil nama dokter. Setelah bertemu dengan dokter, ia pun dengan cepat menarik tangan dokter itu. "Tolong istri saya, saya lihat tubuh nya mengalami kejang" ucap Abrar sembari menarik tangan dokter itu.
Ia pun melangkahkan kakinya dengan cepat membuat dokter itu pun sedikit kewalahan. Dokter pun dengan cepat langsung memberikan pertolongan.
Setelah itu kondisi Ola pun kembali tenang, dan dokter keluar dari dalam ruangan. Sementara Abrar masih saja berdiri di depan ruang rawat Ola. Tanpa sadar berjam-jam ia pun menunggu di depan ruang rawat Ola.
Hingga ponselnya pun berdering, ternyata yang menelepon nya adalah Bunda nya. "Abrar kamu dimana?" tanya Bunda Dara dengan suaranya yang lemah lembut seperti biasanya.
"Aku didepan ruang rawat Ola" jawab Abrar lirih. Di seberang sana Bunda Dara pun menghela nafasnya. Ia tahu mungkin saat ini kondisi Abrar sedang tidak baik-baik saja. Namun jika ia tidak memberitahu Abrar, kasihan kedua cucunya itu.
"Azzam terus berteriak memanggil Ola, dia sedang menangis dari tadi. Sementara Azura" ucap Bunda ada jeda sebentar. Ia seperti ragu untuk mengatakan nya. Perasaan khawatir langsung menyergap ke dalam hati Abrar. "Ada apa dengan Azura?" tanya Abrar dengan cepat.
"Azura sedari pagi tidak mau memakan makanannya, ia hanya duduk termenung dan tidak mengeluarkan suaranya" jelas Bunda Dara. Abrar pun mengusap wajahnya kasar, lagi dan lagi ia merasa gagal menjadi seorang Ayah.
"Abrar kesana sebentar lagi, untuk Azzam biar Abrar suruh supir mengantarkan Azzam ke rumah sakit" ucap Abrar.
Abrar pun bergegas bangkit, sebelum pergi ia sempat melihat kearah Ola. Setelah nya ia pun langsung pergi menuju ke ruang rawat Azura.
Tiba di sana ada Bunda Dara dan juga Mama Risa. Mama Risa pun langsung memberikan sebuah wadah berisi bubur. Bubur itu belum lama dibuat oleh pembantu di rumahnya. "Coba kamu bujuk dia, mungkin dia akan mau makan bersama kamu" ucap Mama Risa.
Sementara kedua suami mereka sedang menunggu kedatangan Azzam di lobi rumah sakit. Abrar pun langsung masuk kedalam ruang rawat Azura. Azura tampak menyadari kehadiran nya. Ia pun langsung membalikkan tubuhnya dan meringkuk ketakutan.
"Safa, dengar kan Ayah nya. Safa jangan takut sama Ayah, apa Ayah pernah jahat sama Safa. Ayah sedih tahu Safa ga mau ngomong sama Ayah" ucap Abrar. Air matanya menetes pelan di pipinya.
Ketika ia memegang tangan Azura, tiba-tiba Azura merasa takut. Ia pun kembali histeris. Ia terus menggelengkan kepalanya dan mengatakan pergi. Melihat Azura yang histeris seperti itu membuat Abrar kasihan, ia pun memutuskan untuk keluar dari dalam ruang rawat Azura.
"Bunda aku harus gimana sekarang, andai saja ada Ola mungkin dia bisa membujuk Azura" ucap Abrar. Bunda Dara pun langsung membawa Abrar ke dalam pelukannya. Ia pun memejamkan matanya di pelukan ibunya itu.
Tidak lama Azzam datang dengan kedua kakeknya. "Ayah kenapa menangis?" tanya Azzam membuat seluruh perhatian teralihkan kearah Abrar. "Ayah kamu tidak apa-apa, dia hanya sedih karena Safa tidak mau makan" ucap Bunda Risa.
"Azzam mau lihat Safa, Azzam akan memberitahu Safa untuk makan" ucap Azzam terlihat antusias. Ia masih tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Ia hanya tahu jika saat ini Azura hanya sakit biasa.
Ia pun membuka pintu ruang rawat Azura. "Azura, lihat Azzam bawa apa?" ucap Azzam dengan antusias. Ia pun berlari kearah Azura dengan boneka Barbie di tangannya. Azura yang tadi sedang meringkuk ketakutan pun langsung mengalihkan tatapannya kearah Azzam.
"Ini Barbie kamu ketinggalan di rumah Oma" ucap Azzam. Azura pun dengan segera langsung menerima boneka itu. "Azura kata Ayah kamu tidak mau makan ya, kamu tidak boleh begitu. Kata Bunda nanti kamu tidak akan sembuh, nanti tidak bisa main lagi" ucap Azzam.
"Azzam kenapa panggil Safa itu Azura?" tanya Azura bingung. "Kata Opa sebenarnya Safa itu Azura adik Azzam. Katanya Safa diculik penyihir jahat, sampai Safa sakit" ucap Azzam.
"Sekarang Safa itu Azura ya, Azzam akan memanggil Safa dengan sebutan Azura" jelas Azzam. Sementara Azura hanya menganggukkan kepalanya, ia hanya mengiyakan saja ucapan Azzam. Sebenarnya ia tidak mengerti, yang ia tahu namanya berubah menjadi Azura.
💐💐💐
Declairs
Rabu, 12 Juni 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
A Different New Life In The Novel(END)
FantasyKehidupan Adeline berubah, ketika ia masuk kedalam tubuh Tarisha Ola Madhava. Ia memasuki raga Ola, seorang pemeran figuran dalam novel yang dibaca nya belum lama ini. Ia masuk dibagian akhir Novel, dimana Ola harus mengandung anak teman kakaknya. D...