Selesai bersalaman dengan para pemain lainnya Abrar pun langsung menghampiri Ola. Di kursi penonton Ola tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya. Senyum Ola menular kepada Abrar.
"Kita ga salah lihat kan, Kak Abrar tersenyum" ucap Aulia. Pasalnya di kampus Abrar sama sekali tidak pernah tersenyum seperti ini. Bahkan kepada dosen sekali pun.
Ia hanya akan menampilkan raut wajah dinginnya. Memang hanya Ola saja yang bisa merubah Abrar seperti ini.
Ketika Abrar sudah berada di hadapannya, Ola pun langsung mengelap keringat yang ada di dahi Abrar. "Kakak pasti cape ya" ucap Ola sambil menyeka keringat Abrar.
Abrar pun tidak menjawab pertanyaan dari Ola, ia malah tersenyum. Ia sangat bahagia ketika Ola perhatian kepadanya seperti ini.
Hingga deheman dari Gio mengganggu adegan romantis keduanya. Ola yang tampak terlihat malu sementara Abrar yang langsung menatap tajam kearah Gio. Namun Gio acuh, ketika di tatap tajam oleh Abrar.
"Jadi kalian harus traktir kita, sesuai perjanjian awal" ucap Gio kepada salah satu pemuda, Felix namanya. Felix pun langsung menganggukkan kepalanya. "Okey, ga masalah" jawab Felix dengan ringan.
Gio pun langsung tersenyum senang, karena ia bisa makan sepuasnya dan itu gratis. Mereka pun langsung pergi menuju ke restoran yang ada di sana.
Namun baru beberapa langkah Ola berjalan, Ola pun merintih kesakitan. Mendengar rintihan Ola mereka semua pun langsung mengalihkan tatapan mereka ke arah Ola.
Ketika di lihat ternyata kaki Ola berdarah, tentu saja Abrar pun langsung panik. Bahkan ada pecahan beling yang masih menancap di kaki Ola.
Ola pun hanya bisa meringis kesakitan, sementara Abrar langsung mendudukkan Ola di kursi penonton. Ia dengan perlahan mencabut beling yang menancap di kaki Ola. "Kak sakit!" jerit Ola ketika Abrar mengeluarkan pecahan beling itu.
Lalu Abrar pun langsung menggendong Ola, dan berniat membawanya ke klinik terdekat. "Kalian pergi saja, sorry gue ga bisa ikut" ucap Abrar.
Ketika Abrar berniat pergi, Austin menahan tangan nya. "Gue ikut!" pintanya. Namun Abrar pun langsung menggelengkan kepalanya. "Ga perlu, ga enak sama yang lain. Gue bisa jaga Ola" ucap Abrar.
Austin pun hanya bisa pasrah, ia berpikir jika Abrar masih marah kepadanya. Sementara Ola ia tidak memperhatikan pembicaraan mereka. Ia sedang memikirkan siapa yang sudah menaruh pecahan beling di sepatu nya.
Memang tadi ketika menonton pertandingan bola, ia sempat membuka sepatunya dan menggantinya dengan sandal jepit. Dan ia menaruh sepatu nya tidak jauh dari posisinya duduk.
Sementara yang duduk di kursi dekat dengan nya hanyalah teman-temannya saja. Apakah ada diantara teman-teman ku yang memasukan beling itu?, tanya Ola dalam hati.
Ola pun langsung menggelengkan kepalanya, ia mencoba menyangkalnya. Ia yakin teman-teman nya tidak akan mungkin berbuat seperti itu. Apa ada yang berniat mengadu domba mereka?, tanyanya lagi dalam hati.
Saking banyaknya Ola berpikir, ia sampai tidak sadar jika ia sudah tiba di depan mobil Abrar. "Ola!" sentak Abrar, hal itu membuat Ola terkejut.
Abrar pun menatap bersalah kearah Ola. "Maaf Ola aku mengejutkan mu, aku sudah memanggil mu berapa kali" ucap Abrar. Namun Ola hanya menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa" jawab nya.
Abrar menatap Ola dengan bingung, Ola terlihat sangat keras memikirkan sesuatu. 'Apa yang sebenarnya sedang kamu pikirkan?', tanya Abrar dalam hati.
Namun Abrar hanya diam, dan tidak menanyakan hal ini kepada Ola. Tidak lama setelah nya, mereka sampai di klinik terdekat. Abrar pun langsung menggendong Ola menuju ke ruang UGD.
Sesampainya di sana Abrar langsung menggendong Ola. Dan meletakkan Ola dibrankar UGD. Dokter pun langsung memeriksa Ola. Dan dokter memutuskan untuk menjahit kaki Ola, karena lukanya cukup lebar dan dalam.
Ketika dokter menjahit kakinya, Ola selalu meringis kesakitan membuat Abrar merasa kasihan melihat nya. Hingga dokter pun selesai menjahit kaki Ola.
Ola yang melihat tatapan Abrar yang merasa bersalah pun langsung tersenyum. "Kakak kenapa?" tanya Ola. Abrar pun mengalihkan tatapannya dan tidak lagi menatap kearah Ola. "Aku minta maaf, lagi-lagi aku gagal menjaga kamu" ucap nya dengan sendu.
Ini bukanlah kali pertamanya ia gagal menjaga Ola. Dan perasaan bersalah itu pun menghantuinya hingga saat ini. Andai saja dia tidak membawa Ola pergi, andai ia tidak ikut bermain futsal. Mungkin Ola tidak akan seperti ini.
"Kakak jangan merasa bersalah, ini bukan salah kakak. Lagi pula aku yang kurang berhati-hati" ucap Ola mencoba menenangkan. Ola pun menggenggam tangan Abrar dengan erat. Abrar pun membalas genggaman tangan Ola. Sambil tersenyum kearah Ola.
💐💐💐
Mobil Abrar pun langsung memasuki halaman rumah keluarga Madhava. Ia membantu menggendong Ola. Ketika tiba diruang keluarga, ternyata ada Alex dan juga Risa.
Melihat kaki Ola yang diperban membuat keduanya menghampiri Ola. Abrar pun langsung mendudukkan Ola di sofa yang berada di ruang tengah. "Apa yang terjadi, kenapa kamu bisa sampai terluka?" tanya Risa dengan beruntun.
"Kaki Ola terkena beling, tapi Mama tenang. Lukanya sudah di obati oleh dokter" jawab Ola mencoba menenangkan Risa yang khawatir.
Alex pun langsung melangkahkan kakinya menghampiri Abrar, ia langsung melayangkan tinjunya kepada Abrar. Mama Risa dan Ola pun langsung terpekik. Mereka berdua terlihat ketakutan.
Bukan sekali, namun Alex melayangkan tinjunya beberapa kali. Abrar sama sekali tidak menghindar atau pun melawan. Ia seperti membiarkan Alex memukuli dirinya sendiri. "Jika kamu tidak bisa menjaga nya, biarkan saya yang menjaganya!" teriak Alex.
Alex terlihat sangat marah kepada Abrar. Wajah Abrar pun sudah luka parah. Alex memang tidak tanggung-tanggung memukuli Abrar. "Daddy berhenti!" teriak Ola. Bahkan Ola pun sampai menangis, Alex pun langsung mengalihkan tatapannya kearah lain.
Sebelum pergi, Alex pun berbicara. "Saya merasa menyesal mempercayakan Putri saya kepada kamu" ucap nya yang langsung pergi. Sementara Ola pun melangkah menghampiri Abrar, dengan langkah nya yang terpincang-pincang.
Ia menangkap wajah Abrar menggunakan tangan. Bahkan ia mengusap luka di sudut bibi Abrar. "Pasti sakit" ucap Ola lirih. "Kenapa kakak tidak menghindar, dan malah diam" lanjut Ola. Ia pun langsung menangis tersedu-sedu.
"Aku baik-baik saja" jawab Abrar. Setelah itu Abrar pun langsung menggendong tubuh Ola dan membawanya menuju ke kamar. Mama Risa sendiri sedari tadi sudah menyusul suaminya.
💐💐💐
Declairs
Selasa, 1 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
A Different New Life In The Novel(END)
FantasiaKehidupan Adeline berubah, ketika ia masuk kedalam tubuh Tarisha Ola Madhava. Ia memasuki raga Ola, seorang pemeran figuran dalam novel yang dibaca nya belum lama ini. Ia masuk dibagian akhir Novel, dimana Ola harus mengandung anak teman kakaknya. D...