💐Part 70 : Sadar💐

272 12 0
                                    

Dua bulan kemudian.

Langkah kaki dan pekikan gadis cantik pun menggema di penjuru rumah. Abrar pun langsung berbalik, ia pun melangkah cepat menuju ke arah Azura. Sementara Azura langsung menubruk tubuh Abrar, dan Abrar  pun dengan sigap menangkap tubuh mungil itu.

Abrar langsung menggendongnya dan langsung mendudukkan Azura di kursi meja makan. Tidak lama terdengar juga suara langkah kaki. "Ayah kita jadi kan jenguk Bunda?" tanya Azzam antusias. Abrar pun langsung menggendong Azzam, dan langsung mencium seluruh wajahnya.

Azzam pun tampak menolak, dan berusaha menghindari kecupan dari Abrar. "Ayah!" pekik Azzam yang seperti nya sudah kesal. Abrar pun hanya terbahak-bahak melihatnya. Ia merasa sangat senang jika menjahili putra semata wayangnya itu.

Abrar pun lebih memilih mendudukkan Azzam di samping Azura. Ia pun pergi lagi dan membawa nasi goreng beserta nugget dan sosis yang tadi d masaknya. Kalian tahu bukan, Abrar itu jago dalam memasak.

Ia pun mengambilkan nasi goreng dan lauknya untuk kedua bocah kecil itu. Keduanya terlihat antusias, menurut mereka makanan Ayah nya terenak setelah sang Bunda.

"Ayah belum jawab pertanyaan Azzam, kita jadi jenguk Bunda kan?" tanya Azzam dengan menuntut. "Tentu saja, tapi setelah kalian menghabiskan makanan kalian" ucap Abrar. Keduanya pun langsung mengangguk antusias. Mereka dengan lahap memakan makanannya.

Setelah selesai Abrar pun membersihkan peralatan makannya. Ia juga menggantikan pakaian kedua anaknya itu. "Ayah Azura ingin di kuncir!" rengek nya.

Ya Azura sudah tidak takut lagi terhadap Abrar. Ini juga berkat bantuan dari Azzam dan terapi ke psikolog yang sudah Azura jalani selama dua bulan ini. Azura malah terlihat menempel kepada Abrar.

Ia sudah tidak takut lagi dengan keluarga besarnya. Ia terus di yakinkan bahwa keluarga nya itu baik dan tidak akan melukainya. Bahkan mereka sampai tidak pernah menaikan nada suaranya, takut Azura ketakutan.

Meskipun begitu Azura belum sembuh sepenuhnya. Jika berada di luar dan banyak orang is akan merasa takutnya. Bahkan jika bertemu orang baru terkadang ia malah menjerit ketakutan.

Tentu Abrar sedikit lega dengan kondisi anaknya. Ia pun melamun hingga ia merasa ada yang menepuk lengan nya. "Ada apa Azzam?" tanya Abrar setelah ia melihat yang menepuk lengannya adalah Azzam.

"Ayah, Azura meminta Ayah mengikat rambutnya" jelas Azzam. Abrar pun menggaruk belakang kepalanya. Jujur satu hal yang masih belum bisa ia lakukan adalah menguncir rambut anaknya itu.

"Azura lebih baik pakai bando saja ya, atau mau Ayah pakaikan pita?" tawar Abrar. Namin Azura menggelengkan kepalanya dengan ribut. "Azura ingin rambutnya di ikat" ucap nya kekeh.

Abrar pun menghela nafasnya. Meskipun begitu ia tetap menuruti keinginan sang Putri. Dengan perlahan ia menyisiri rambutnya. Ia takut membuat Azura kesakitan. Setelah nya ia langsung menguncir rambut Azura, hanya kuncir ekor kuda yang ia bisa. Itu pun hasilnya tidak serapi Bunda Dara.

Setelah selesai mereka pun memutuskan untuk  pergi menuju ke rumah sakit. Ia pun mendudukkan kedua anaknya di kursi belakang. Tidak lupa ia juga memakaikan keduanya seat belt agar mereka berdua tetap aman.

Setelah nya ia pun langsung masuk dan duduk di kursi kemudi. Setelah itu ia melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit tempat Ola. Beberapa puluh menit kemudian Abrar pun sampai di depan rumah sakit. Ia memarkirkan mobil nya di dekat mobil lainnya.

Setiap hari ia akan berkunjung kerumah sakit ini, selama dua bulan ini. Ia dengan rutin menemui Ola. Sebenarnya kondisi Ola sudah membaik, dan bahkan sudah di pindahkan keruang rawat. Namun entah mengapa hingga sampai saat ini Ola masih tidak mau membuka kedua matanya.

Dengan sigap ia pun langsung langsung menggendong Azura. Sementara Azzam ia hanya menggenggam tangan nya. Azura pun langsung menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Abrar. Abrar pun sudah terbiasa melihat tingkah anaknya, ia juga tidak ingin memaksa Azura. Ia percaya suatu saat nanti anaknya bisa sembuh dari trauma nya.

Mereka langsung menuju ke ruang rawat Ola. Azura dan Azzam pun langsung berlari ke arah Ola. Mereka mengucapkan selamat pagi dengan serentak dan langsung bergantian mencium pipi Ola.

Abrar pun ikut mengecup kening Ola. Matanya terpejam, dalam hatinya terucap doa untuk kesembuhan Ola. "Sayang, kamu ga cape terus tidur. Kamu bangun ya, aku dan anak-anak menunggu kamu" ucap Abrar.

Setelah itu Azzam dan Azura pun bergantian bercerita tentang aktivitas nya selama ini. Mereka rutin menceritakan keseharian nya kepada sang ibu. Mereka di beritahu oleh Abrar meskipun mata Ola tertutup ia percaya jika Ola mampu mendengar semua cerita mereka.

"Ayah, Azura ingin susu" pinta Azura dengan imut. Abrar dengan gemas langsung mencubit pipi Azura. Namun bukannya kesakitan Azura malah tertawa riang. "Bentar ya" ucap Abrar.

Abrar pun memberikan botol susu itu, Azura yang merasa kesusahan membuka botol susunya meminta bantuan kepada sang kakak. Dengan senang hati Azzam pun langsung membuka tutup nya.

Namun namanya anak-anak ada kalanya mereka kurang hati-hati. Seperti Azzam yang malah menumpahkan sedikit susunya di bajunya sendiri. Dengan sigap Abrar pun langsung membawa Azzam menuju ke kamar mandi.

Ia mulai membersihkan baju Azzam dengan mencipratkan air sedikit demi sedikit. Ia juga mengucek pakaian yang terdapat nodanya itu.

Sementara kini Azura ditinggal berdua dengan opa. "Bunda bangun dong, Azura kangen. Azura pengen di masakin sama Bunda. Azura ingin rambut Azura di kepang seperti waktu itu. Kunciran Ayah jelek Bunda" ucapnya terus bercerita hal lainnya. Dari tadi bibirnya tidak berhenti bercerita.

Tiba-tiba tangan Ola bergerak, Azura yang melihatnya pun langsung terlihat antusias. Perlahan kedua mata Ola terbuka. "Ayah Bunda bangun!" teriak Azura.

Abrar yang mendengar teriakan Azura langsung bergegas keluar. Ia pun melihat mata Ola yang kini sudah terbuka. Namun dapat terlihat jika Ola terlihat masih bingung. Ia pun langsung memencet tombol untuk memanggil dokter.

Setelah dokter datang, mereka semua di suruh keluar. Karena dokter akan memeriksa kondisi Ola. Beberapa menit kemudian dokter itu pun kembali keluar. "Alhamdulillah nyonya Ola sudah sadar. Namun saat ini saya sarankan untuk beristirahat dulu, karena kondisi nya belum terlalu pulih" jelas dokter.

Abrar pun menganggukkan kepalanya, ia pun dengan anak-anak nya langsung masuk kedalam ruang rawat Ola.

Ketika melihat wajah Abrar dan kedua anak-anak nya air mata Ola pun luruh. Ia merasa ini semua kejaiban. Tuhan mengabulkan doanya. Ia sangat bersyukur, ia merasa bahagia.

"Aku rindu kalian" ucap Ola dengan tersendat. Abrar pun langsung mendekap tubuh sang istri. "Aku juga rindu kamu Ola, aku bersyukur kamu sadar. Kamu janji ya jangan tinggalin aku sendiri lagi" ucap Abrar.

Ola pun langsung menganggukkan kepalanya, matanya masih meneteskan air mata. Ia tidak menyangka ini bisa terjadi, namun ia sangat bersyukur.

Hingga kemesraan mereka berdua pun langsung terganggu karena ucapan kedua anaknya. "Ayah kita juga rindu Bunda, Ayah jangan peluk Bunda terus dong. Kita juga mau peluk Bunda" gerutu Azura dengan suaranya yang sedikit cadel.

Azzam pun menganggukkan kepalanya. "Iya ayah, Azzam juga mau peluk Bunda" protes sang putra. Abrar pun mengalah ia mulai menjauh dari Ola meski ia pun belum rela jauh dari Ola. Azzam dan Azura pun langsung memeluk tubuh Ola dengan erat.

💐💐💐
Declairs
Senin, 24 Juni 2024

A Different New Life In The Novel(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang