Centil

9.6K 773 52
                                    


Salma memuncungkan bibirnya. Sejak pulang dari rumah sakit mamanya tidak berhenti mengomeli dirinya.

"Udah Ma. Kasian adeknya." Papa Denis meleraikan drama ibu dan anak itu.

"Tau nih Mama." Ucap Salma senang karena dibela papanya.

"Mama nasehatin kamu biar kamu tau tanggungjawab kamu sebagai istri."

"Iya iya Caca udah ngerti kok."

"Bagus. Sekarang panggilin suaminya makan. Udah jadi nih makan malam." Ucap Mama Rina sembari menata beberapa piring di meja makan.

"Dih.." Salma tidak jadi protes karena mendapat pelototan dari mamanya.

"Iya Mama, Caca panggilin sekarang." Ucap Salma terpaksa.

Salma lantas beranjak menuju kamarnya. Saat membuka pintu ia disuguhkan dengan pemandangan yang sungguh menyegarkan eh maksudnya mencolok mata karena Rony sedang bertelanjang dada dan hanya memakai handuk. Sepertinya laki-laki itu baru selesai mandi.

Untuk beberapa detik Salma hanya diam memerhatikan tubuh atletis suaminya. Mulai dari jakun yang turun naik, dada bidang yang sangat pelukable kemudian turun lagi ke perut yang..

"Kenapa sayang?" Tanya Rony dengan satu tangan yang sibuk mengeringkan rambut.

"Ah-em.." Salma sampai lupa alesannya datang ke kamar. Matanya masih sibuk memerhati tubuh kekar suaminya.

"Kamu sakit?" Tanya Rony mendekati istrinya. Tangannya terulur menyentuh kening wanita itu.

Salma menahan nafas. Kenapa laki-laki itu harus mendekatinya. Mata Salma tidak tahan untuk tidak melihat ketulan-ketulan di perut Rony. Padahal ini bukan kali pertama ia melihatnya tapi entah kenapa benda itu sangat menarik perhatiannya sekarang.

"Sayang?" Panggil Rony saat istrinya hanya diam mematung.

"Engga aku gapapa." Jawab Salma menyembunyikan kesaltingannya.

"Kok mukanya merah gitu?" Tanya Rony heran. Ia tidak tau saja wanita itu sedang menahan gugup berdekatan dengannya.

"E-enggak."

Rony melihat arah pandang wanita itu. Ia kemudian tersenyum smirk.

"Mau pegang?" Tanya Rony separuh berbisik.

"Apasih." Salma menjauhkan diri dari Rony.

Rony ketawa melihat kelucuan istrinya yang sedang salting.

"Buruan turun makan. Udah ditungguin di bawah." Ucap Salma jutek tanpa menatap Rony. Ia langsung buru-buru keluar dari kamar.

"Aa malu banget." Salma menutup mukanya. Bisa-bisanya ia secentil itu. Apa ini yang namanya sindrom ibu-ibu hamil? Tapi memang benar ia sangat pengen menyentuh abs Rony yang sangat menggoda menurutnya.

Salma kemudian menggelengkan kepalanya mengusir bayangan tubuh Rony yang menguji iman itu.

"Lu kenapa dah? Kesambet?" Tanya Arhan yang berdiri di belakang Salma.

"Ih Abang ngangetin tau nggak." Tangan Salma dengan cepat memukul lengan pria itu.

"Ya lagian ngapain geleng-geleng gitu?"

"Terserah aku lah."

"Dih bocah aneh." Setelah mengatakan itu Arhan melengos pergi.

"Abang kampret."

******

Salma sedang mondar-mandir di depan pintu kamarnya.

"Masuk ga ya?" Salma bermonolog. Dari tadi ia bingung mau masuk ke kamar atau tidak. Ia belom siap untuk sekamar sama Rony namun jika ia tidur di kamar lain sudah pasti mamanya akan ngamuk.

Melophile [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang