Musibah

11.5K 589 17
                                    


"Gimana proyek mesjid kamu?"

"Alhamdulillah udah 50% Pak. Mungkin dua bulan lagi udah bisa digunakan." Jawab Rony. Ia sedang duduk santai di kursi ruang tamu mengobrol dengan Pak Agus.

"Alhamdulillah. Bapak sangat berterima kasih sama kamu Rony sudah menyumbang begitu banyak buat desa ini." Ucap Pak Agus sambil menepuk pelan pundak Rony.

"Saya juga makasih banyak Pak udah ngijinin saya nginep di sini."

"Itu mah masalah kecil nak Rony." Ucap Pak Agus sambil tertawa kecil.

Sementara di dapur Salma dan Bu Lastri sedang sibuk menyiapkan makan malam di meja makan.

"Gapapa nak Salma, kamu panggilin bapak sama nak Rony saja. Biar ibu yang nyiapin ini." Ucap Bu Lastri dengan tangan yang sibuk menata piring di meja.

"Iya Buk." Salma melangkah ke ruang tamu untuk memanggil Pak Agus dan Rony. Tiba di ruang tamu ia hanya melihat sosok Pak Agus sahaja.

"Pak, Pak Rony kemana ya?" Tanya Salma.

"Ada di depan tadi katanya mau nemuin orang." Jawab Pak Agus.

"Oh. Oh iya makannya udah jadi Pak."

"Iya bapak ke dapur dulu. Kamu samperin saja Rony di depan. Ajak makan." Ucap Pak Agus sebelum berlalu ke dapur.

Salma hanya menurut. Ia menyusul Rony ke teras rumah. Kelihatan Rony sedang berbicara dengan seseorang di telfon.

"Iya. Lo tenang aja. Dia aman kok."

Salma menghampiri Rony dan berdiri di sampingnya.

Rony yang menyadari kehadiran Salma lantas menyerahkan ponselnya.

"Arhan." Ucap Rony.

Salma yang sempat melongo buru-buru mengambil ponsel itu.

"Halo Bang?"

"Iya."

"Bang maaf ya Caca ga ngabarin kalian. Ini tu.."

"Stt. Gue udah tau kok. Lagian ga ada yang nyariin lo juga Ca." Ucap Arhan menjahili adik kecilnya padahal ia panik setengah mati mencari keberadaan Salma.

"Ya udah kalo gitu Caca ga usah pulang aja sekalian." Salma dengan rajuknya yang persis anak kecil. Wajahnya sangat menggemaskan dengan bibir muncungnya.

Rony yang masih di sisi Salma memperhatikan itu semua. Tanpa ia sadari ada senyuman mengisi wajahnya.

"Gitu doang ngambek. Hati-hati lo di sana. Jangan nyusahin orang ya apalagi Rony." Arhan berpesan kepada Salma.

"Yee siapa yang nyusahin orang Caca bisa mandiri kok." Ucap Salma bangga seakan-akan kejadian menangis di mobil sore tadi tidak pernah terjadi.

"Iya deh, percaya. Ya udah balikin hpnya ke Rony. Gue masih ada perlu sama dia."

"Iya." Salma mengembalikan ponsel itu ke Rony.

Rony mengambil ponsel itu dan melanjutkan obrolannya. Singkat saja lalu ia mematikan panggilan itu.

"Kok kamu bisa hubungin Bang Arhan?" Tanya Salma penasaran.

"Tadi kan gue udah bilang bakal hubungin keluarga lo." Jawab Rony santai.

"I-iya sih, tapi kan.."

"Gue bakal nepatin omongan gue Salma. Gimanapun caranya." Rony memotong ucapan Salma. Sorot matanya dalam menatap gadis dengan hijab santai dan kaca mata khasnya.

Salma terpaku. Matanya seolah terkunci di mata teduh itu. Mata elang yang selalu menatapnya tajam. Malam ini kenapa tatapannya begitu teduh sekali.

Sedang mereka berdua beradu tatap suara dering ponsel Rony menghentikan adegan romantis itu.

Melophile [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang