Back Home

251 37 10
                                    

"Mas Hansel, ada paket" pemuda itu segera menghentikan aktivitasnya. Pagi ini setelah memasak sarapan, ia pergi ke halaman depan untuk menata tanaman hias yang baru ia pesan kemarin sore. Hansel ingin membuat halaman rumah Arhan jadi lebih segar dan sejuk. Di tengah kesibukannya pagi ini, pemuda itu kembali menerima paket. Ia mengambil alih box paket dari security rumah ini.

"Kirain tanaman lagi. Bukan ya?" Hansel mengernyit, ia masuk untuk mengambil gunting dan betapa terkejutnya ia menemukan ponsel lamanya berada di dalam box.

"Waw, barang berha—rga ku!" Pemuda itu reflek memeluk erat ponsel lamanya. Setelah berminggu-minggu, akhirnya ponsel itu berhasil dipulihkan setelah rusak berat akibat kecelakaan. Hansel langsung membuka laman aplikasi yang biasa ia gunakan untuk bertukar pesan. Ada ribuan pesan yang masuk, Hansel memilah untuk menemukan pesan dari orang-orang terdekatnya terlebih dahulu. Tangannya gemetar, ia menemukan nomor sahabatnya; Yoshua. Hansel reflek menekan tombol telfon karena rindu mendengar suara pemuda itu. Namun beberapa detik kemudian ia menyadari satu hal dan langsung mengakhiri panggilannya.

"Aku lupa udah gak bisa dengar" pemuda itu tertunduk lesu. Ia hendak mengetikkan sesuatu di room chat Yoshua, namun ponselnya bergetar; Yoshua sendiri yang langsung melakukan panggilan video. Hansel bersiap meraih tabnya di ujung meja, ia menarik nafas sebelum melihat sahabatnya setelah sekian lama.

"Hansel! Astaga aku nangis jelek. Kamu dimanaa? Apa kabar? Ini aku masih gemeter dapet telfon dari kamu" Hansel juga bercucuran air mata, ia sangat rindu dengan Yoshua.

"A—ku aman. Maaf, pasti di sana masih jam sekolah" Hansel menarik ingusnya, ia melihat sahabatnya itu sedang ribut mengarahkan kamera ponsel pada teman-temannya.

"GUYS! HANSEL INI GUYS HANSEL"

"HAH SUMPAH?"

"SEHAT HANS?"

"HANSEL WE MISS U"

"HANSEL INI BAGASS"

Tabnya tidak bisa merespon dengan baik karena suara dari sambungan Yoshua terputus-putus. Hansel bingung, perasaannya campur aduk saat ini. Ia merasa rindu, sedih, bahagia. Hansel tentu sedih karena tidak bisa mendengar suara riuh teman-temannya, ia sangat merindukan mereka. Karena sepanjang panggilan Hansel hanya bisa menangis, pemuda itu mematikan sambungannya secara sepihak.

Sahabatnya langsung mengirim pesan text agar mengirimkan alamatnya sekarang karena teman-temannya ingin mengunjungi Hansel sepulang sekolah. Namun Hansel menolak dan mengatakan akan pergi ke rumahnya sendiri nanti sore. Ia merasa tidak enak untuk membawa teman-temannya kemari. Pemuda manis itu segera mempersipakan dirinya dengan perasaan gembira.

_________

"Jun, kayaknya kita harus ganti markas deh" Arjuna hanya melirik tak minat sambil menghisap batang rokoknya.

"Gak usah. Ini aja ada lapangannya, bisa buat basket" pemuda itu sudah jengah, akhir-akhir ini anak-anak MVP semakin nembuatnya kesal. Kemarin mereka juga sempat cekcok karena wanita, Arjuna jengah apabila urusan pribadi seperti itu harus di bawa ke dalam markas. Lagi pula ia dapat tempat ini secara gratis dari papa, dulunya gedung ini adalah sebuah tempat billiard, papa mendirikannya atas permintaan mamanya. Namun takdir berkata lain, mama memilih meninggalkannya dan menyisakan tempat billiard ini dengan sia-sia. Sejak kecil Arjuna selalu suka dengan tempat ini, ia kerap membawa temannya kemari untuk bermain.

"Tapi jalanan sini makin rame di lewatin karena udah jadi jalan alternatif. Kayak gak private aja jadinya"

"Ya biarin, ngapain ngumpet-ngumpet. Lu pikir kita mau bangun ladang ganja" tidak ada lagi yang membantah kalau nada bicara Arjuna sudah seperti ini.

Shooting Star 🌟| Hoonsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang