On The Ground

257 44 12
                                    

Beberapa produk perawatan wajah berjejer rapi setelah selesai digunakan pemiliknya. Lampu sudah redup dan suhu kamar sudah dingin. Hansel meratakan pelembab ke suluruh wajahnya sebelum ia bersiap untuk tidur, pemuda itu sudah melalui hari panjang yang melelahkan. Ketika ia berbalik untuk pergi ke kasur empuk itu, pintu kamarnya terbuka secara tiba-tiba. Hansel menyadari kehadiran seseorang dibaliknya.

"Juu?" Hansel membuka lebar pintu kamarnya, ia terkejut menemukan Arjuna berdiri lesu dengan lebam di seluruh wajahnya.

"Ini kenapa! Tungg—u sini" tubuh kecilnya melewati Arjuna yang masih berdiri kaku di posisinya. Hansel berlari kecil menuju tempat penyimpanan kotak obat dan segera kembali ke kamarnya. Bahkan saat Hansel sudah kembali pun Arjuna masih berdiri di sana tanpa pergerakan. Hansel meraih tangan cowok itu, ia menuntunnya ke dalam kamar dan mendudukkan Arjuna di atas kasurnya. Hansel mulai membersihkan baret-baret kecil di pelipis Arjuna.

"Kenapa berante—m lagi? Lusa kan udah masuk ujian"

"Juu? Kenapa diam?" Arjuna bangkit dari duduknya, ia menatap nyalang ke dalam netra Hansel. Tangan besarnya mencengkeram pipi yang lebih pendek.

"Kenapa lo gini ke gue? Gue diem aja waktu lo diusilin anak-anak tadi. Kenapa lo masih baik? Kenapa lo nggak pukul aja gue sekarang?". Hansel panik, ia tidak tahu kenapa mimik muka Arjuna tiba-tiba jadi marah dan mencengkeram keras rahangnya. Walau agak takut, pemuda itu masih memberanikan diri untuk menatapnya balik.

"Ja—jangan cepet-cepet bicaranya. Ak—u ambil tab dulu" pergelangan tangan Hansel dicekal erat oleh Arjuna, ia tak membiarkan Hansel bergerak sedikit pun dari tempatnya. Ia sengaja membiarkan Hansel tidak memahami ucapanyaa malam ini.

"Kenapa lo gak iyain aja ajakan Bagas buat keluar dari sini? Kenapa lo percaya gue gak sebangsat itu? Kenapa lo bilang lo bisa ngerubah gue? Kenapa lo sok banget sih jadi orang"

"Juna ja—ngan gini, sakit" Hansel bergerak tak nyaman, pergelangan tangannya terasa sakit dan panas karena dicengkeram kuat oleh Arjuna, Ia betulan takut sekarang.

"Kenapa lo kayak gini sih Sel? Kenapa lo giniin gue bangsat? Kenapa lo bikin gue gak karuan gini? Kenapa lo bikin hidup gue jadi lebih bagus? Kenapa lo bikin rumah ini jadi lebih enak buat gue tinggalin? Kenapa Sel, kenapa?"

Namun ketakutan Hansel perlahan memudar, ia terkejut ketika melihat air mata turun dari kedua mata pemuda di hadapannya. Cengkeraman pada pergelangan tangannya mulai mengendur. Arjuna berlutut di hadapan Hansel dengan keadaan terisak dan bercucuran air mata.

"Kalo lo pergi kayak mama, gue harus gimana anjing? Gue harus gimana kalau lo gak ada? Stop kayak gini Sel, stop bikin gue makin bergantung sama lo!"

Hansel bingung setengah mati, ia tidak dapat menerka apapun yang diucapkan Arjuna. Ia juga tidak dapat mengartikan tangisan pemuda itu saat ini. Mengapa ia berlutut dan menangis di hadapannya sembari memberikan gestur berteriak, Hansel sama sekali tidak paham akan situasinya.

Dengan gerakan lamban, Hansel ikut berlutut di hadapan Arjuna. Ia menyamakan tinggi pemuda yang masih terisak itu, pancaran mata Arjuna yang sangat pilu dapat ia lihat dari jarak sedekat ini. Tidak ada hal lain lagi yang bisa Hansel lakukakan selain merentangkan tangannya dan menarik tubuh Arjuna masuk ke dalam dekapannya. Ia membiarkan putra tunggal keluarga Senopati itu membasahi pundaknya, berteriak semaunya, atau bahkan mengatakan hal yang sama sekali tidak dapat ia dengar. Ia membiarkan Arjuna jatuh tanpa merasa sakit, ia membiarkan api dalam tubuhnya berkobar tanpa menjadikannya abu.

"Ngapain lo masih peluk gue bego! Lo bego"

Kepala Arjuna tersandar pada bahu Hansel, seolah kata-katanya adalah sebuah antonim dari gerakan tubuhnya. Bau wangi green tea dari perpotongan leher Hansel menyeruak menyatu dengan deru nafasnya yang tidak teratur. Ia merasa tenang hanya karena harum tubuh Hansel, tubuhnya melunak dan semakin merosot jatuh ke dalam pelukan yang kebih kecil.

Shooting Star 🌟| Hoonsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang