Asap!

314 39 15
                                    

Beberapa hari ini Hansel tidak pulang ke kediaman Senopati. Selepas sepulang sekolah, pemuda itu langsung menuju mansion keluarga Hindia. Sebab sesuai perjanjiannya dengan Arhan, Hansel akan segera mendeklarasikan perihal wewenang perusahaan keluarganya. Arhan lebih protektif padanya menjelang hari penting itu, ia khawatir akan adanya ancaman dari pihak luar. Bisnis memang kotor, akan ada banyak orang licik yang punya seribu cara keji untuk mendapatkan keuntungannya sendiri. Bahkan tragedi orang tua Hansel hari itu tidak lepas dari kelicikan para kompetitor bisnis besarnya.
Sebagai pewaris satu-satunya keluarga Hindia, Hansel seolah berlian yang sewaktu-waktu dapat dicuri siapapun. Oleh karena itu, Arhan merasa sudah seharusnya Hansel mendapat perlindungan yang lebih ketat menjelang hari penetapan.

Tentu saja imbas dari keputusan Arhan ini langsung mempengaruhi putra semata wayangnya. Hati Arjuna pundung seminggu ini, padahal Hansel sudah menjaga jarak dengannya selama di sekolah. Kini mereka juga tidak bisa bertatap muka di rumah.

Pemuda Senopati itu memijit pelipisnya pusing, siang ini setelah ujian matematika berakhir, Arjuna duduk di bawah pohon angsana di belakang sekolah sembari merenungi keadaannya. Setelah mengobrol banyak dengan Jordi dan Aksara tempo hari, ia sadar soal perasaannya pada Hansel. Namun ketika Arjuna ingin berusaha melunakkan hati Hansel, mereka malah harus terpisah berhari-hari.

"Samperin aja di sekolah, Jun" Arjuna membuka matanya, ia mendapati kehadiran Jordi di sampingnya.

"Kita beda sesi Di, sejak tiga hari ini kan anak Mipa di buat ujian siang. Kelasnya Hansel pagi" Arjuna mendesah kecewa, jadi seperti ini rasanya merindukan seseorang.

"Oh iya, gue sama bubub juga gak ketemu" Jordi menyandarkan tubuhnya pada pohon di belakangnya, kekasih Aksara itu menatap langit cerah sambil memikirkan solusi untuk temannya.

"Besok lu dateng awal aja, kan pasti ketemu Hansel pas dia balik pulang. Lu standby aja di gerbang" Arjuna melempar sepatunya asal, ia mendengus sebal karena cara itu sudah ia lakukan hari ini tapi tidak berhasil.

"Orang tadi juga udah gue tungguin. BMW nya udah nangkring di depan! lebih cepet dari gue" Jordi hanya bisa mengerucutkan bibirnya, ya kalau sudah begini mau bagaimana lagi pikirnya. Mungkin ini memang takdir agar Arjuna dilanda rasa rindu. Kekasih Aksara itu kemudian memikirkan sesuatu setelah mendapat informasi baru soal Hansel.

"Eh, lu yakin gak sih bisa diterima keluarganya yang tajir itu? Secara lo kan gak punya value apa-apa" Arjuna langsung melotot, ia memukul keras lengan Jordi yang berada di sampingnya.

"Bangsat ya mulut lu. Padahal kemarin sok jadi support system" lengan Jordi langsung saja berdenyut, ia ganti memukul bahu Arjuna dengan kekuatan sedang.

"Lah lu mau kasih makan apa si Hansel nanti? Dia minimal sarapannya wagyu kali" Arjuna menyunggingkan senyumnya sombong, seolah ia yang paling mengetahui fakta soal Hansel.

"Apaan, orang gue kasih cilok juga udah girang" Jordi mendecih, dalam hati ia mengejek Arjuna sebagai cowok yang minim effort.

"Keterlaluan lu, Aksara aja gue jajanin cromboloni!" Arjuna tak ambil pusing, makanan apapun kalau enak ya tinggal dimakan, berapapun harganya dimanapun tempatnya, akan diterima lidah jika enak rasanya bukan?.

"Eh lu kenapa gak ke mansion dia aja dah? Kan kelihatan lebih effort gitu"

"Iya juga ya" pemuda Senopati itu menjentikkan jari, akhirnya otak Jordi berguna juga batinnya.

"Bawain apa gitu, pasti dia suka"

"Cilok?"

"Stop deh anying, lu pikir Hansel bocah layangan? Bawain ice cream apa makanan manis gitu kek" anggukan kepala Arjuna berikan pada temannya, ia akan menurut pada usulan Jordi agar pendekatannya berjalan baik.

Shooting Star 🌟| Hoonsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang