Hindia's Grandson Debuts

334 47 8
                                    



Pagi ini Hansel sudah rapi dengan tuxedo hitamnya. Hari-hari berlalu dengan sangat cepat, tiba saat dimana ia harus bertemu dengan para petinggi perusahaan dan memunculkan eksistensinya ke publik. Jemari Hansel basah karena berkeringat gugup, pemuda itu memejamkan mata erat sambil mengontrol deru nafasnya. Beberapa kali matanya mengedar melihat interior ruangan milik Arhan, sedang pemilik ruangannya juga tak kalah gugup mondar-mandir sembari membalas beberapa pesan di ponselnya.

Tak lama kemudian, Arhan langsung bersiap saat menerima informasi jika seluruh petinggi perusahaan sudah hadir di tempat. Pria itu mendekati Hansel dan memberinya kode untuk mempersiapkan diri.

"Semoga Tuhan selalu memberkati kamu Hansel. Pasti semua berjalan dengan baik, percaya sama papa" Hansel mengangguk mantap, pemuda itu memeluk erat Arhan sebelum melangkahkan kakinya menuju tempat pertemuan.

Saat Hansel masuk, semua orang langsung kompak berdiri dan membungkukkan tubuh dengan hormat. Hansel tersenyum cerah, pemuda itu membalas salam semua orang dengan gerakan serupa. Ketika semua orang kembali duduk, Arhan berdiri mendampingi Hansel untuk memperkenalkan orang-orang yang berada di dalam ruangan.

"Hansel, yang duduk di sebelah sini adalah jajaran dewan direksi, kamu sudah bertemu mereka kemarin" Hansel membaca tabnya dengan cermat, ia memperhatikan arah tangan Arhan yang menujuk seluruh deret kanan meja.

"Aada pak Gunawan"

"Lalu di sebelah kanannya ada bu Joy, lalu pak Gerrald, dan yang paling ujung itu pak Christ" Hansel membungkukkan tubuh dan tersenyum sopan. Wakau Hansel sudah pernah bertemu dengan keempat orang ini sebelumnya, namun entah kenapa ia masih segan.

"Yang ini namanya pak Agus, beliau senior
executive di C-suite" kini Arhan berpindah posisi ke sebelah kiri. Di deret ini Hansel merasa lebih nyaman, sebab raut semua orang lebih ramah daripada di bagian dewan direksi. Bahkan tiap orang bergantian menjabat tangan Hansel.

"Ini pak Rangga sama mas Darel. Pak Rangga ini CTO dan mas Darel associate director-nya"

"Nah ini CMO-nya. Rania dan Yolanda, mereka project manager yang sudah mengeksekusi proyek-proyek besar" Hansel mengangguk mengerti, ia kemudian kembali ke bagian depan setelah menyapa semua orang yang berada di ruangan.

"Sementara, ini saja beberapa leader di tiap divisi yang harus Hansel tahu" pemuda manis itu kemudian mengangkat kepala dengan penuh rasa percaya diri sebelum mengambil nafas dan memulai dialognya.

"Selamat pagi semua, saya Hansel Hindia"

"Selamat pagi Hansel" respon kecil itu membuat Hansel mendapat energi untuk melanjutkan tugasnya.

"Mungkin sebelumnya, Mr. Arhan sudah menjelaskan sedikit soal pertemuan kita siang ini"

"Namun saya ingin menegaskan kembali bahwa—" Arhan mendekat kemudian memegang lengannya, pria itu berusaha memberi dorongan positif saat melihat Hansel mulai gugup.

"—adanya pertemuan ini adalah untuk mengumumkan soal kewenangan saya dan Mr. Arhan seca—ra resmi, agar tidak terj—adi simpang siur di dalam perusahaan" Hansel menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya kembali.

"Saya sebagai ahli waris dari keluarga Hindia, tentu mempunyai hak penuh atas kepemilikan perusahaan"

"Namun, mengingat kondi—si saya yang masih belum cukup umur dan m—asih harus banyak belajar—"

"— tentu hal itu tidak memungkinkan saya untuk memberikan banyak konstribusi pada perusahaan da—lam waktu dekat" netra Hansel mengedar, ia kemudian mengakhiri analisis di otaknya mengenai berbagai macam ekspresi orang-orang sekitarnya.

Shooting Star 🌟| Hoonsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang