"Aku yang harusnya berterima kasih, Al. Terima kasih sudah hadir di hidup aku."
*
Sinar mentari pagi menyelinap melalui celah jendela, membangunkan Alma dari tidurnya. Dengan semangat yang terasa baru, ia berjalan menuju meja rias dan mulai memoles wajahnya dengan riasan natural yang membuat kecantikannya semakin terpancar.
Setelah turun ke lantai bawah, Alma disambut oleh aroma nasi goreng yang menggoda dari dapur. Di ruang makan, suasana hangat terasa, namun di balik senyuman sang Papa, Alma merasakan ada ketegangan yang mengintai.
"Dek, semalam Mama sudah bilang sama Papa. Nanti malam ada dinner, dan Darron akan datang," ucap Mamanya dengan nada biasa, seolah itu adalah hal yang sepele.
Jantung Alma berdegup kencang. Masih pagi, udah bahas ini di depan Papa? Aduh, mati aku, pikirnya terlihat panik.
"Aneh ya, Ra, syaratnya. Mau kasih izin cuti tapi balasannya dinner sama Mama Papa," Lukman tiba-tiba berbicara, suaranya datar namun tajam.
"Hehe... emang Darron suka nggak jelas, Pa," Alma berusaha tersenyum, menyembunyikan kegugupannya.
Namun Lukman tidak berhenti di situ. "Kamu suka sama dia, Ra?" tanyanya tiba-tiba, seakan menembakkan pertanyaan yang menjadi bom waktu di kepala Alma.
Pertanyaan itu membuat Alma terdiam sejenak. Iya, aku suka, Pa, ia ingin menjawab, tapi bibirnya tak mampu mengucapkan. Apakah akan aman jika dia jujur saat ini?
Menyadari situasi yang mulai memanas, Moza segera mengalihkan pembicaraan. "Pa, masih pagi, jangan berat-berat pembahasannya."
Alma merasa sangat bersyukur atas kepekaan Mamanya. Ia tahu betul, Papanya sangat posesif terhadap dirinya.
"Adek sarapan dulu, nih Mama buat nasi goreng spesial," Moza berbicara dengan lembut, berusaha mencairkan suasana.
"Aaa, makasih Mama sayang! Akhirnya bisa makan masakan Mama lagi," ucap Alma riang, mencoba menutupi kegelisahan yang masih tersisa. Sarapan pagi itu dilalui dengan baik, berkat kehadiran Mamanya yang pandai menjaga keseimbangan suasana. Alma hanya berharap, mood baik Papanya bisa bertahan sampai malam nanti.
Berbeda dari biasanya, pagi ini Alma memilih untuk diantar oleh supir ke kantor. Ia ingin meminimalisir kerepotan, mengingat malam nanti Darron akan datang ke rumahnya. Alma ingin memastikan semuanya berjalan lancar tanpa halangan.
Di kantor, Pram sudah bersiap dengan semangat khasnya untuk memimpin rapat. Namun sebelum itu, ia merasa perlu berdiskusi dengan Alma, memastikan setiap detail presentasi nanti sudah sempurna. Mereka ingin memastikan tidak ada celah dalam presentasi proyek besar mereka.
Tidak lama kemudian, seluruh tim dari divisi Kreatif, Produksi, Talent, Promotion, hingga Public Relations berkumpul di ruang rapat. Ada ketegangan yang menyelimuti, karena acara live showcase ini adalah salah satu proyek terbesar tahun ini.
Di tengah ketegangan tersebut, Darron-kepala divisi Marketing dan Promotion-memasuki ruangan. Kehadirannya langsung mengubah atmosfer. Darron, dengan sikap tegas dan visioner, memiliki pesona yang selalu menarik perhatian.
Rapat dimulai. Alma, dengan penuh percaya diri, memaparkan rencana tempat-tempat yang telah dipilih untuk live showcase. Ia menjelaskan dengan rinci tentang keunikan dan daya tarik setiap lokasi, serta bagaimana lokasi-lokasi tersebut dapat memberikan pengalaman tak terlupakan bagi para penikmat musik.
Pram dengan sigap membantu Alma menjawab pertanyaan-pertanyaan dari rekan-rekannya, menunjukkan kemampuannya yang andal dalam analisis dan strategi.
"Seperti yang bisa kita lihat di foto, setiap tempat memiliki suasana yang berbeda. Ini akan memberikan kesan yang unik dari setiap artis kepada para penggemarnya. Kami juga sudah menyiapkan rekomendasi talent yang akan tampil di setiap lokasi, semoga ini bisa membantu teman-teman semua," ujar Alma dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERSIPU | Why do I still have feelings for you?
RomanceSelama tujuh tahun, Almaira dan Jayendra terikat dalam ikatan persahabatan yang erat. Jayendra berusaha menutupi perasaannya pada Alma. Ketika Almaira bertemu dengan Darron atasan di tempat barunya bekerja, Almaira merasakan ketertarikan yang berbed...