Si Nayla

49 5 12
                                    

Pagi ini mentari bersinar terik, namun Nayla tetap semangat bekerja. Dengan motor matic merahnya, ia membelah kota Solo yang lumayan padat dipagi hari.

"Kakaaakk!" teriak Nayla masuk ke ruangan Reyhan.

"Apa sih heboh banget deh Nay!" Balasnya jutek karena moodnya jelek pagi ini.

"Hehe mau ngasih laporaaan.." Kata Nayla manja.

"Yaudah sih taruh aja, nanti aku cek" Reyhan cuek.

"Okeee, bye bye kakaaakk.. jangan kangen aku yaa..." centilnya.

"Apasih nay!" jawab Reyhan masih nyolot.

"Hehe, kak Lidyaa, aku balik yaa..." ucap Nayla sambil memegang kedua pundak Lidya dan menempatkan kepalanya sejajar disamping kepala Lidya.

"Iya Nayla cantiik.."

"Makasii kaka Lidya cantik"

"Hahahaha" tawa Lidya menyeruak diruangan dingin yang sunyi itu.

Melihat interaksi kedua rekan kerjanya, Reyhan seketika memutar bola matanya malas.

"Sumpah ya Li, elu ngapain sih nanggepin bocil" protes Reyhan.

"Apasih Rey, dia tu asik tau!" balas Lidya sambil mengerjakan laporannya.

"SOK asik sih" kata Reyhan dengan penekanan.

"Awas aja lu kangen kalo dia berubah!" kata Lidya.

"Dikira power rangers kali berubah" nyinyir Reyhan.

"Heh, setiap orang tu ada masanya Rey.. Nikmatin aja selagi anak itu  masih perhatian sama lo!" Lidya mengingatkan.

Kalau dipikir-pikir sudah hampir tiga tahun Nayla mencurahkan perhatiannya pada Reyhan. Ya emang dasarnya dia anak yang gampang bergaul, tapi act of service Nayla buat orang sekitarnya nggak main-main. Ia tak ragu untuk membukakan botol minum, meskipun hanya dimintai tolong untuk mengambilnya. Ia juga menurunkan footstep untuk orang yang ia bonceng. Ia peka jika seseorang membutuhkan sesuatu dan akan mengusahakannya. Ya, idaman banget kan, kalau Nayla ini adalah seorang lelaki.

Tidak jarang, laki-laki yang baru kenal dengan Nayla, merasa bahwa ia memiliki perasaan lebih kepada mereka, karena perlakuannya yang dinilai tidak biasa. Padahal nyatanya, ia begitu pada semua orang. Jadi, apakah sikapnya itu sebenarnya dinilai green flag atau malah red flag?

Entahlah, Nayla juga tidak peduli dengan anggapan orang-orang. Namun satu yang pasti, Nayla memang anak yang asik dan bisa diajak berdiskusi tentang banyak hal. Tapi sebenarnya ia hanya punya satu orang dihatinya, Reyhan.

Seperti kisah cinta klise, seorang wanita tertarik pada laki-laki cuek dan innocent. Laki-laki yang seperti ini memang memiliki pesona tersendiri di mata wanita. Namun, laki-laki cuek yang dilihat Nayla hanyalah Reyhan.

Meskipun 3 tahun lebih muda dari Reyhan, Nayla tetap semangat mengejar cinta mas-mas bagian keuangan itu. Apalagi ia tau bahwa Reyhan saat ini jomblo karena 3 tahun yang lalu ia ditinggal menikah oleh mantan pacarnya. Sedih, pastinya. Dari pengalaman itu, Reyhan malas menjalin hubungan, dan memilih untuk fokus dengan pekerjaannya. Apalagi ia bekerja di bagian keuangan, bagian yang memusingkan, bertemu dengan banyak angka setiap hari. Berbanding terbalik dengan pekerjaan Nayla dibagian branding. Pekerjaannya lebih membutuhkan kreativitas dan inovasi, sangat sesuai dengan kepribadiannya yang ceria dan banyak berimajinasi.

Lalu bagaimana mereka bertemu? Pertemuan pertama mereka merupakan yang terburuk. Divisi Nayla harus adu mekanik dengan Divisi Reyhan akibat pengajuan biaya Tim Branding dinilai tidak masuk akal oleh Tim Keuangan, padahal biaya yang diajukan merupakan biaya minimal menurut Tim Branding. Kedua tim saling memberikan argumennya secara panas. Tim Branding tidak terima saat dikatakan tidak mampu mencari vendor yang sesuai budget, padahal permintaan perusahaan adalah branding yang all out.

//Flashback on.//

"Kita cuma menuruti keinginan perusahaan, bukan semata-mata keinginan kita"

"Lagian ini buat show off  ke masyarakat, jadi harus all out dong! Yakali kita bikin ala kadarnya! Mau ditaruh mana muka Branding?!"

Hana dan Ali bersautan mencurahkan isi kepalanya dengan tegang.

Reyhan mencoret angka-angka yang ada di laporan pengajuan Tim Branding dengan kasar.

"Biar Pembelian bantu cariin vendor dengan budget yang sesuai. Ini nggak make sense. Bisa jadi celah." katanya datar.

"Eh, Pak Reyhan yang Terhormat! Coba deh bapak ke lapangan sekali-kali, liat gimana kerjaan dilapangan, jangan cuma corat-coret pengajuan kita aja!" ucap Hana berapi-api.

"Inget kan 3 bulan yang lalu, vendor yang sesuai budget keuangan? Mereka ngerjain projek kita dengan asal-asalan, kenapa? Karena emang budget aslinya ga segitu! Dia kerja sesuai yang kita bayarin ke dia." Ali tidak mau kalah, memaparkan fakta yang terjadi sebelumnya.

"Terus kita yang jadi dimarahin abis-abisan.. mana kena trust issue lagi.." ucap Nayla lesu sambil berpangku tangan.

Kejadian ini terjadi 4 tahun yang lalu, tahun pertama bagi Reyhan bekerja di perusahaan ini. Sedangkan Ali, Hana, dan Nayla sudah lebih dulu bekerja disana.

Awalnya Nayla merasa jengkel dengan sikap Reyhan yang arogan. Ingin rasanya ia dan rekan timnya menyekap Reyhan. Namun itu hanya terjadi dibayangan mereka. Bagaimanapun juga, divisi Keuangan adalah polisi di perusahaan. Sudah selayaknya mereka meminimalisir terjadinya penyimpangan terhadap biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Tapi ya maksud Tim Branding, tolong sambil disertai riset. Karena kita tidak bisa mengandalkan data dari internet dan telepon untuk konfirmasi. Kita juga harus mempertimbangkan material, estetika dan yang lainnya. Yang pastinya lebih diketahui oleh orang-orang yang bergerak dibidang tersebut.

Untuk urusan branding, pastinya Nayla dan tim lebih paham apa yang harus mereka sediakan, namun lagi-lagi terkadang harus bertabrakan dengan prinsip keuangan yang harus meminimalisir pengeluaran.

"Hmm, bisa si kak agak diminimalisir bagian backgroundnya, pakeee MMT...." kata Nayla dengan ragu.

"Nay! kaya baru pertama kali event aja lu ah!" Hana emosi dan mengambil kaleng minuman soda di meja dengan kasar.

"Kita akan usahakan yang terbaik, buat perusahaan.. ya lebih ke buat kita sih.. harga diri boss.." Ali mengepalkan tangan dan beberapa kali memukulkan pelan genggamannya pada meja bundar di depan mereka.

"lagian si anak baru ini tengil amat deh!" Hana nyinyir ke personal Reyhan.

"iya sih, kan bisa bilangnya baik-baik, kaya kita bakal nyolong duit kantor aja.." Nayla menyayangkan sikap Reyhan.

"nggak dikasih makan kali dirumah sama istrinya, jadi galak bener.." Ali ikut nyinyir.

"ehh, dia belom nikah kali Li!" Hana membuka obrolan tentang Reyhan.

"Masa sih? padahal mukanya kaya bapak-able gitu, tipe bapak-bapak cool yang jemput anaknya sekolah.." Nayla membayangkan.

"Idih, bapak-bapak cool.. itungan kali dia, makanya belom nikah deh.. diitung dulu laba ruginya" Ali menambahi.

"Sumpah mulut lo Li!" Hana tidak habis pikir sama pikiran Ali.

"Jadi gimana ini kita? mumet kepala gue, pengen ngopi" Ali menerocos.

"Yaudah sih kak, ngopi dulu gak sih? Tar juga keluar sendiri jawaban dari permasalahan kita.." Nayla si pecinta kopi menanggapi dengan senang hati.

Nayla adalah anggota tim termuda di timnya yang berisi 3 orang itu. Sedangkan Hana dan Ali terpaut 1 dan 5 tahun diatas Nayla. Mereka masing-masing sudah berkeluarga.

//Flashback off.//

Story of NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang