Kata Hati

3 0 0
                                    

"Maju lah Rey, capek tu anaknya ngejar elu" ucap Andi sambil memperhatikan punggung Nayla yang berjalan keluar dari ruang kerja mereka.

"Maju apaan deh Ndi," sangkal Reyhan.

"Anaknya udah mulai cuek tuh sama lo!" Andi gemas dengan jawaban Reyhan.

"Mampus lo Rey! Karma nih.. ucapan adalah doa, elu sih ngomongnya aneh-aneh." Lidya memberikan ceramah pada Reyhan.

"Lagian gue tu gakenal dia Li, cuma sebatas tau aja.." Reyhan mengingat-ingat.

Ya, memang selama ini Nayla yang selalu mencari tahu tentang Reyhan, mulai dari asal kota Reyhan, makanan favoritnya, alergi, hobi, dan semua hal yang berkaitan dengan Reyhan.

Jika boleh dibilang, Reyhan lumayan penasaran dengan Nayla, setidaknya untuk saat ini. Anak itu terlihat seperti buku yang terbuka. Tidak ada rahasia yang ia miliki. Namun, jika dipikir-pikir, teman Nayla juga tidak pernah bercerita tentang wanita itu. Bagaimana latar belakangnya, berapa saudaranya, dimana ia tinggal, dan apa yang Nayla sukai, selain Reyhan.

Hebatnya, tidak ada orang yang beribaca buruk tentang Nayla, selama mereka kenal dengan gadis itu. Nayla hampir tidak pernah menolak ajakan teman-temannya. Mau makan apa, nongkrong dimana, beli apa, dan lain sebagainya.

Namun ada pertanyaan dibenak Reyhan saat ini, 'apa dia benar menyukai semua itu?'. Sepertinya ia nyaris tidak pernah beropini tentang seleranya. Ia juga jarang merekomendasikan sesuatu, lebih ke 'kamu mau kemana, ayo kita kesana'.

Mungkin menuruti keinginan seseorang merupakan salah satu love languages Nayla juga? Tapi, apa dia tidak lelah? Apalagi ia melakukan semua itu secara konsisten, setidaknya selama Reyhan kenal anak itu.

Tiba-tiba Reyhan teringat kejadian satu tahun yang lalu. Saat Andi mengadakan pesta di salah satu Club di Kota ini.

//Flashback on.//

"Lo nggak minum Nay?" tanya Andi kepada Nayla.

"Nggak kak.." Jawabnya singkat sambil mengedarkan pandangannya ke lantai dansa.

"Kenapa? Mau pesen yang lain?" tawar Andi.

"I'm Okay, udah cukup kak.." senyum simpul mengembang diwajahnya.

Nayla terlihat tidak tenang saat melihat teman-temannya menikmati alunan musik EDM dengan kondisi sudah setengah sadar.

Andi yang melihat gelagat tidak nyaman Nayla itu akhirnya membuka suara.

"Udah, santai aja.. mereka udah biasa kesini kok.." Ucap Andi sambil menegak cairan alkohol dalam sloki, one shot.

"Kak, aku nyamperin yang lain dulu ya.." Ucap Nayla resah.

"Iya.." Andi melihat kearah Nayla yang mulai berdiri dari tempat mereka.

"Eh Nay!" Ucap Andi sedikit berteriak karena kencangnya alunan musik.

"Ya kak?" tanyanya bingung.

"Sekali-kali nikmatin kehidupan lo juga.." lanjut si pemilik acara.

"Aku udah nikmatin kok kak," senyumnya mengembang dan meninggalkan Andi.

Reyhan ada disana sedari tadi. Hanya diam dan tidak tertarik pada obrolan keduanya. Kondisinya sudah setengah sadar. Badannya terasa melayang.

Disaat seperti itupun, Nayla masih peduli dengan teman-temannya. Ia bahkan sengaja tak minum dan tak segan untuk open room hanya untuk menampung teman-temannya. Pasalnya, tidak mungkin ia mengantarkan mereka dengan keadaan tidak sadar.

"Kak, cewek-cewek biar sama aku.. makasih ya kak undangannya, once again happy birthday!" ucap Nayla sebelum meninggalkan Andi dan beberapa rekan kerjanya di parkiran bar.

"Lo liat kan Rey, dia segitu setianya sama temen-temennya.. apalagi sama lo.." ucap Andi sambil memperhatikan mobil yang dikendarai Nayla keluar parkiran.

"Ya karna ada gue kali.." kata Reyhan sempoyongan dan masuk ke mobil.

"Ya kaya gini kalo batu dikasih nyawa.. keras bener.." balasnya menyusul Reyhan masuk mobil.

Sejujurnya, malam itu Reyhan mulai goyah. Melihat perlakuan Nayla menjaga teman-temannya yang terpengaruh alkohol. Seringkali wanita-wanita itu melantur dan mengajak orang berkenalan secara random.

"Eh, kamu bukannya anak IT itu ya? Mbak Aya kan?" Ucap Lidya pada salah seorang wanita disebelahnya asal. Wanita itu tampak bingung dan menatap Lidya aneh.

"Maaf kak, temen saya udah tipsy.. Ayo kak sini.." Nayla mengajak Lidya kembali ke meja mereka.

Pasti capek jadi Nayla, tapi dia tidak terlihat kesal sama sekali. Perhatian Nayla itu mampu membuat Reyhan goyah. Tidak percaya pada hatinya, Reyhan terus menenggak alkohol untuk menghilangkan perasaannya itu.

Malam itu Nayla terlihat sangat cantik dimata Reyhan. Rambut dikuncir kuda, sedikit poni menjuntai di wajahnya. Kemeja putih gading yang digulung sampai batas siku, serta celana bahan berwarna krem membuat tampilan wanita itu terlihat anggun dan tangguh.

"Kayanya gue udah gila," Reyhan mengumpat pada dirinya sambil mengisi gelas kosong dan menenggaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kayanya gue udah gila," Reyhan mengumpat pada dirinya sambil mengisi gelas kosong dan menenggaknya.

"Kenapa? Nayla kan?" Andi seperti bisa membaca pikiran Reyhan.

"Nggak lah, ngapain juga mikirin dia.." ia tetap menyangkal.

"Rey, kalo lo emang gamau buka hati buat Nayla, biar gue kenalin dia sama temen gue, gimana? Boleh nggak?" tanyanya menggoda.

Reyhan tidak menjawab, ia terus mengisi gelas dan menenggak alkohol yang ada didepan matanya.

'Alkohol emang bahaya, gimana bisa dia bikin cewek itu keliatan cantik banget kaya gini' ucap Reyhan dalam hati.

Story of NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang