Kado Buat Nayla

3 0 0
                                    

Satu hari lagi, tepatnya 15 Januari, adalah hari ulang tahun Nayla. Robby yang sudah menyiapkan kado dari dua minggu lalu itu terlihat excited ingin memberikannya pada 'calon pacarnya'. Setidaknya ia memiliki keyakinan bahwa Nayla sudah membuka hati dan mulai menerima Robby dalam kehidupannya.

Hari ini, Robby menjemput Nayla kerumahnya. Bahkan ia berpamitan kepada kedua orangtua Nayla yang hendak berangkat bekerja pula. Usaha Robby patut diacungi jempol. Dari mencari tahu tentang rumah Nayla, bagaimana background keluarganya, hingga makanan kesukaan Nayla.

"Udah sarapan?" Ucap Robby tanpa melirik Nayla disebelahnya.

"Udah, lo?" Tanya Nayla sambil membenarkan kancing di pergelangan tangan kemejanya.

"Belom sih.." Robby sedikit tertawa.

Nayla heran kenapa Robby tertawa, padahal tidak ada yang lucu daritadi. Merasa aneh, Nayla bertanya kepada Robby "Kenapa sih? Apa yang lucu?".

Di lampu merah, Robby menghentikan laju mobilnya dan menatap Nayla sambil meraih tangan kanan Nayla. Nayla bingung dan salah tingkah dibuatnya.

Ternyata Robby membantu memasangkan kancing lengan kemejanya. "Bisa nggak sih dibiasain bilang 'tolong dong' daripada kesusahan sendiri kaya gini". Ucapnya sambil memasang kancing lengannya.

"Sepele doang ini mah, gaperlu lebay." Nayla masih mengelak.

"Hal yang lu bilang gak penting pun bakal gue lakuin buat elo Nay" Ucap Robby dengan tatapan teduhnya ke Nayla. Keduanya beradu tatap dan terbuai dengan suasana romantis dari lagu "Romantis" milik Maliq & D'Essentials di radio mobil.

Tiin..tiin...tiiiiin!

Suara klakson dari kendaraan dibelakang mobil Robby memutuskan tatapan mesra mereka. Robby berdecak sebal sambil merutuki orang-orang dibelakangnya. Nayla tertawa puas melihat reaksinya yang lucu itu. Boleh dibilang Nayla melihat sisi lain Robby yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Laki-laki humoris ini ternyata pintar memetik gitar, tak jarang dimalam hari, ia menelepon Nayla hanya karena teringat lagu yang diputar pada radio mobilnya hari itu. Sebenarnya itu hanyalah alasannya saja untuk mendengar suara Nayla, dan si wanita pun sadar akan hal itu. Namun ia tidak keberatan, lagi pula petikan gitar dan nyanyian Robby bisa membuatnya lebih mudah terlelap, bagaikan alunan lagu pengantar tidur untuk Nayla.

"Nanti pulang mampir makan sekalian ya Nay" Kata Robby membukakan pintu untuk Nayla.

"Mau makan apa?" Nayla bertanya sambil keluar dari mobil.

"Ceilaah udah kaya suami istri aja nih diliat-liat. Bukain pintu sambil nanya nanti malem makan apa.. aduuh iri deh.." Lidya menggoda keduanya yang dijawab oleh tawa keduanya. Mereka tak menyangkal perkataan Lidya.

"Doain aja mbak.." Kata Robby kepada Lidya. Pipi Nayla seketika memanas mendengar kata itu keluar dari mulut Robby dengan sangat tulus.

"Iyadeh, yang terbaik buat kalian yaa..." Lidya membalasnya sambil berjalan masuk bersama.

Reyhan masih termenung hingga siang hari, melihat kedekatan Nayla dan Robby yang semakin intens. Ia teringat pesannya beberapa hari yang lalu saat berpapasan dengan keduanya.

"Nayla.."

"Ada yang bisa dibantu kak?"

"Nggak jadi, tadinya mau tanya cara pake mesin kopi di pantry"

"Oh, ada panduannya kok disitu"

"Iya, udah ketemu kok"

"Oke"

Pesan mereka terasa hampa. Kemana sifat hangat dan act of service Nayla pergi? Bahkan biasanya tanpa diminta, Nayla akan berinisiatif untuk membantunya melakukan hal-hal yang tidak penting untuk Reyhan. Tapi sekarang semuanya berubah.

"Rey, WOI!!" teriak Lidya memekakkan telinga Reyhan.

"Apasih Li! Kaget tau" Protesnya.

"Lagian gak nyaut daritadi ditanyain laporan Tim Branding." Lidya meminta dokumen dari Tim Branding untuk diberikan pada mereka.

"Nanti aku kasihin aja Li.." Kata Reyhan.

"Eh Rey, besok Nayla ultah loh.." Kata Lidya menggoda.

"Terus apa urusannya?" Reyhan heran.

"Kasih kado lah, kalo lo serius sama dia"

Reyhan hanya diam dan keluar dari ruangannya. Ia melihat Nayla yang sedang sibuk dengan PC nya. Terlihat anggun meskipun hanya mengetik di keyboardnya.

Suara ketukan pintu terdengar, memecahkan keheningan Tim Branding. Reyhan dengan percaya diri melangkahkan kakinya menuju meja Nayla yang sedang mendengarkan musik menggunakan airpodsnya. Ia mengayunkan tangan kedepan wajah Nayla untuk memecah konsentrasinya.

Tanpa disangka Nayla meraih tangan itu dan menggenggamnya. "Apasih by, liat nggak aku lagi kerja?" sambil menoleh kearah tangan itu berasal.

"Eh! Sori!" Nayla kaget bukan kepalang, ternyata yang ia genggam adalah tangan Reyhan, bukan Robby.

Sama terkejutnya dengan Nayla, lidah Reyhan menjadi kelu, tak tau harus berkata apa kepada Nayla. Akhirnya ia berdehem untuk memecah kecangungan keduanya dan memulai percakapan saat otaknya kembali bekerja.

"Ini, laporan yang lo ajuin ke keuangan, ada beberapa catatan" Kata Reyhan tanpa melihat Nayla.

"Oke, nanti aku pelajari dulu kak, makasih" Nayla tak memanjangkan obrolan mereka karena malu bukan kepalang.

"Ta-tapi ini ada yang masih harus gue jelasin" Reyhan mencoba menarik perhatian Nayla.

"Apa kak? ada yang over budget? perasaan udah aku sesuaiin kemaren.." Nayla bingung dan membuka laporannya.

"EH! JANGAN DIBUKA SEKARANG!" Reyhan menutup paksa laporan yang tadi Nayla buka dengan sedikit berteriak.

"Katanya ada yang mau dijelasin?" tanya Nayla heran.

"Ee itu Nay, nanti lo lihat halaman 23, tapi nanti aja kalo gue udah balik" Kata Reyhan sedikit berbisik, membuat Ali dan juga Hana penasaran.

Nayla mengangguk paham dengan ucapan Reyhan. Saat dirasa Reyhan sudah pergi, ia langsung membuka lembar ke 23 seperti yang dikatakan oleh Reyhan.

Ternyata ada sebuah sticky notes berwarna pink disana. Bukan Reyhan banget. Dan yang lebih mengejutkan isi dari sticky notes itu yang bahkan lebih bukan Reyhan dari Reyhan.

Tertulis disana

"Besok ada waktu luang nggak? Nonton yuk, katanya ada film bagus rilis besok.."

Nayla menahan tawanya, dan menghadap kearah ruangan Reyhan yang tepat ada di sebelahnya itu. Dari kaca, Nayla melihat Reyhan dan senyum kearahnya.

Ini dia, senyuman yang sudah lama tidak Reyhan lihat dari seorang Nayla. Senyum untuk dirinya. Ia menahan malu untuk mengajak Nayla menonton film yang bahkan ia tidak tau film apa itu. Reyhan hanya teringat kata Lidya, tidak ada salahnya mencoba kan? Bukannya lebih baik dicintai daripada mencintai terlebih dahulu. Reyhan ingin membuka hatinya pada Nayla. 

Story of NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang