Nayla Nayla..

1 0 0
                                    

"Kenapa sih Nay, diem mulu dari tadi?" Hana resah.

"Tolong normalisasi orang diem dong kak.." jawabnya nyeleneh.

"Ya kenapa tiba-tiba?! Bikin bingung tau nggak?" Hana frustasi.

"Ya emang pengen diem aja, kenapa sih? aneh banget?" Nayla heran.

"Ya elu, biasanya haha hihi kesana kemari, tiba-tiba jadi pendiem, ngeri kerasukan Nay.." Ali menanggapi.

"Pengen diem pun salah.." cicitnya.

"Ada yang kelabakan tuh diruang sebelah.." Ali mengangkat alis dan mengarahkan matanya ke ruang keuangan.

"Udah sih, urusan masing-masing kak," Nayla kembali menatap PC nya.

Hana dan Ali saling tatap dan mengisyaratkan kebingungannya.

-Jam Istirahat-

"Nayla Nayla Nayla, makan yuuk~" Robby melongok ke ruangan kerja Nayla.

"Lah, nggak ikut event di stadion lu Rob?" Tanya Ali. Biasanya setiap kantor mereka punya hajatan diluar kantor, Tim Konten adalah garda terdepan untuk dikirim keluar.

"Nggak Mas, gantian sama anak yang lain.." Robby menjawab.

"Mau makan dimana?" Nayla berjalan kearah Robby membawa dompet dan gawainya.

"Batagor deket stadion mau nggak? atau mau nasi aja?" tawar Robby.

"Bebas deh, yuk. Kak, kita keluar dulu ya.." ijinnya pada Hana dan Ali sambil melangkah keluar ruang.

Robby melambaikan tangan kepada keduanya dan melemparkan senyum kepada keduanya.

Hana dan Ali mengangguk seraya heran, kenapa Nayla dengan mudahnya menerima tawaran Robby? Sejak kapan mereka dekat? Bukannya mereka biasanya seperti Tom and Jerry?

"Guys guyys hot news! Asli ini maahh.." Hana masuk ruangan keuangan dengan heboh.

Ia kaget saat melihat wajah anak-anak keuangan yang kusut akibat mempersiapkan bahan untuk audit awal bulan.

"To the point deh Han, lagi sibuk nih kita!" Ucap Anton.

"Istirahat dulu nggak sih? Spaneng amat kerja, santai dong" Hana melocos.

"Mendingan kita ga istirahat sekarang daripada harus balik molor lagi kaya kemaren deh.." Lidya menambahi.

Berbeda dengan rekannya yang lain, Reyhan menatap Hana dengan tatapan penasaran, namun ia terlalu malu untuk menanyakannya. Hana yang paham dengan situasi ini pun mendekat kearah meja Reyhan dan membisikkan sesuatu.

"Nayla makan sama Robby,"

"Lah bukannya emang biasa gitu?" Reyhan bingung.

"Kali ini beda Rey, gue lihat...NGAPAIN KALIAN?! BIKIN KAGET AJA JING!" Hana setengah berteriak terkejut karena teman seruangannya ikut mendekat untuk mendengarkan cerita Hana.

"Ye, minimal langsung cerita aja si Han, gausa bisik-bisik gitu" Lidya mendengus.

"Yaudah, ni ya, Nayla baru aja keluar makan sama Robby... Kalah telak lu kayanya Rey kali ini.. semangat ya.." Hana menepuk pundak kanan Rehyan.

"Lagian bukannya buka hati, malah digantung mulu anak orang, cape kali Rey," Lidya menambahi.

Reyhan hanya diam, menimang perkataan keduanya. Apa ia terlalu kasar pada Nayla selama ini? Tapi ia juga tidak bisa begitu saja membuka hati untuk gadis ceria itu. Ia tak ingin Nayla excited sendiri dalam hubungan mereka.

Jam kerja sudah dimulai kembali, walaupun sebenarnya anak keuangan belom memulai istirahatnya. Namun mereka bisa melihat dengan jelas interaksi Nayla dan Robby didepan ruangannya. Begitu intens dan serasi, menggunakan pakaian semi formal, berbincang, seorang anak manis dan ceria bersama dengan seorang laki-laki humoris namun tegas itu.

Reyhan yang tak tahan akhirnya mendorong kursinya menjauh dari meja. Ia berjalan tegas kearah depan ruangan, melewati Robby dan Nayla yang sedang membicarakan event di stadion hari ini.

Dugh suara pundak Reyhan menabrak pundak Robby kasar dan berlalu tanpa mengucapkan kata maaf. Keduanya menatap Reyhan aneh, tidak biasanya mood nya seperti ini. Teman satu divisinya pun heran dengan sifat 'kekanakan' yang Reyhan baru saja lakukan.

"Bukannya disamperin, ajak ngomong, malah milih cara kaya gitu" Anton mengintip dari mejanya.

"Iya, aneh banget temen lo! Biarin deh, gue harap mereka berdua jadian sekalian, biar kelimpungan si Reyhan" Lidya menambahi.

Tiing!

Sebuah pesan masuk ke ponsel Nayla. Ia menghiraukan pesan itu dan kembali membicarakan eventnya bersama Robby.

Drrt..drrt..drrt..

Getaran itu mengalihkan perhatian keduanya. Ada 1 missed call dari Reyhan.

"Kenapa Nay? Telpon balik aja.." Kata Robby.

"Nanti aja, dia udah chat kok apa yang diperluin.. Yuk ke stadion."

Disisi lain ada Reyhan yang menunggu balasan dari Nayla. Ia bingung kenapa ia mengabaikan panggilan dari Reyhan. Iya, ini adalah Reyhan yang dia sukai dari 3 tahun yang lalu. Apakah ia memang sudah menyerah? Payah. Dalam hati Reyhan. 

Story of NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang