Hidup Berdua Selamanya

2 0 0
                                    

Saat ini, di taman sebelah kantor, hanya dua insan itu yang saling terdiam membisu. Hanya angin sore ini yang menemani mereka, membelai lembut rambut Nayla hingga menutupi sedikit wajahnya.

Reyhan yang melihat hal itu tertawa dan menyingkirkan helaian rambut dari wajah Nayla pelan, menyisipkannnya pada belakang telinga wanita itu.

Degupan jantung Nayla saat ini tak bisa tertahanka, ia takut Reyhan mendengar detak jantungnya.

Reyhan menatap manik mata Nayla lekat, lalu menatap bibir ranumnya dengan lipstik warna peachnya itu. Menawan.

Tiba-tiba Reyhan mendorong Nayla pelan kearah dinding hingga ia terkungkung dihadapan lelaki itu.

"Nay, gue udah gabisa tahan lagi" katanya yang diikuti dengan gerakan tiba-tiba.

Reyhan mencium bibir ranum Nayla dengan nafas terburu. Nayla yang kaget berusaha mendorong Reyhan mundur, namun usahanya sia-sia.

Tubuh kekar lelaki itu tak mampu ia dorong, justru Reyhan semakin mengungkungnya dalam pelukan seolah tak ada hari lain lagi untuk mendekap wanita itu.

Nayla yang pasrah hanya bisa menangis tersedu, mencengkeram kemeja Reyhan sebisanya sambil menahan bibirnya untuk tidak terbuai dengan ciuman membabi buta Reyhan.

Menyadari wanitanya menitihkan air mata, seketika Reyhan tersadar dan menjauhkan dirinya dari Nayla.

"Nay, Sori... gue.."

"Kak, gue benci sama lo!" Ucap Nayla spontan dan berlari untuk masuk kedalam gedung tempat kerja mereka.

Reyhan melihat punggung wanitanya menjauh, tak mampu mengejar Nayla meskipun hatinya ingin.

Jam menunjukkan pukul 17.35 sore, Nayla dengan langkah tergesanya masuk kedalam ruangan yang tinggal menyisakan dua orang disana.

Tak disangka ia menubruk tubuh lelaki yang sedang membereskan perlengkapan syuting hari itu. Nayla menangis tersedu dalam pelukannya.

Lelaki yang bingung itu hanya diam dan membalas pelukan Nayla perlahan, mengusapkan tangannya pada punggung Nayla, mencoba menenangkan tangisan wanita itu.

Nina yang melihat pemandangan didepannya heran dan menatap Robby meminta penjelasan. Tentu saja hanya dibalas dengan gelengan dari Robby. Nina yang paham situasi ini lalui meninggalkan Robby bersama dengan Nayla disana.

"Minum dulu.." Ucap Robby masuk kedalam mobilnya sambil memberikan sebotol air mineral kepada Nayla. Sudah setengah jam mereka berada didalam mobil yang terparkir didepan halaman kantor itu. Robby yang tak ingin ada kesalahpahaman, ia mengajak Nayla untuk berpindah tempat ke mobilnya.

Nayla hanya mengangguk dan menghabiskan setengah botol air mineral itu.

Robby yang melihatnya hanya terdiam penuh dengan pertanyaan dalam kepalanya. Namun ia tau, ini bukan saat yang tepat untuk bertanya.

"Mau langsung pulang, atau muter dulu?" Tanya Robby menyalakan mobilnya.

"Aku nggak mau pulang..." Ucap Nayla lirih.

"Yaudah, kita cari makan dulu ya? Mau makan seblak pedes?" Tanya Robby dengan nada yang lembut.

"Nggak mau.." Nayla menolak. "Aku mau makan mie rebus aja..tapi kamu yang masakin" Kata Nayla manja.

Robby terheran dengan sikap Nayla yang tak biasa itu, ada apa dengan wanita ini? Kenapa dia jadi manja seperti ini? Namun Robby menganggukkan kepalanya.

"Yaudah belanja dulu, nanti aku masakin dirumah kamu.." kata Robby melajukan mobilnya.

"Aku maunya dimasakin kamu dirumah kamu.." Nayla merengek.

Aneh, memang benar Robby hanya tinggal sendiri dirumahnya, namun bukannya itu berbahaya untuk Nayla? Namun Nayla menatap Robby dengan penuh harap. Dengan wajah penuh tanya, Robby mengiyakan permintaan Nayla.

"Mau apa lagi? Coklat? Makanan Ringan?" Tanya Robby di minimarket.

"Mau! Aku mau yang banyak.." Rengek Nayla seperti anak usia lima tahun.

Robby hanya terkekeh melihat tingkah laku Nayla. Imut. Ia mengikuti langkah Nayla untuk memilih beberapa makanan ringan kesukaannya. Gestur Nayla yang tiba-tiba menjadi clingy membuat Robby semakin ingin memiliki gadis itu.

Sesampainya dirumah Robby, Nayla terdiam sejenak.

"Kenapa Nay? Ayo masuk" ajaknya.

"Ini beneran rumah kamu?" tanya Nayla penasaran. Lagi dan lagi, Nayla memanggil dirinya dengan kata 'kamu'. Semakin membuat kupu-kupu diperut Robby berputar-putar. Telinganya memerah menahan senyumnya.

"Kenapa emang? Nggak cocok ya sama gue?"

"Iya, bukan kamu banget, rapi.. wangi lagi.. Kamu bersihin sendiri?"

"Iyalah, siapa lagi?"

"Gak percaya deh" Ucap Nayla sambil melihat-lihat interior rumah Robby yang minimalis namun cantik itu.

"Makanya tinggal sama gue sini, biar liat gue bersih-bersih tiap hari.." Goda Robby.

Ini memang pertama kalinya Nayla main kerumah Robby, ia baru tau jika lelaki itu sangat rapi dan bersih. Nyaman. Satu kata yang bisa Nayla gambarkan tentang rumah ini.

"Bakal betah sih kalo aku tinggal disini" ucap Nayla enteng.

Aduh Nayla! Kamu kenapa sih godain aku terus? Kalo aku terbang, emang kamu mau tanggungjawab? Ucap Robby dalam hati.

"Tunggu situ aja, aku masakin dulu" Robby berusaha mengalihkan pembicaraan.

Bukannya diam, Nayla malah mendekat kepada Robby yang sedang menyalakan kompornya, dan menaruh panci berisi air diatasnya.

Lelaki itu terlihat tampan dengan kemeja yang digulung setengah lengan. Tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Degh!

Robby terdiam seakan membeku saat ini. Nayla yang ada dibelakangnya tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang. Ia harus menahan gejolak hatinya mati-matian saat ini.

"Nay, bercanda lo ga lucu ya!" Robby memperingatkannya.

"Aku pengen peluk kamu.." ucapnya tertahan karena wajahnya berada dipunggung Robby.

"Aku hitung sampe 3, kalo kamu gak lepas, jangan harap aku bakal lepasin kamu kali ini.." Ancamnya.

"Satu... Dua..." Nayla tetap diam, memeluk lelaki itu dengan erat.

"Lo yang mulai ya Nay" Robby membalikkan badannya menghadap Nayla, meraih dagu wanita itu.

"Mulai sekarang, kamu nggak bisa lepas dari aku Sayang" Robby berkata dengan lembut namun tegas.

Bulu kuduk Nayla meremang, pipinya memanas, tatapan Robby begitu intens, tidak melepaskannya sedetikpun.

Robby mendekat, mencium lembut bibir Nayla, yang empunya juga mengikuti irama lelakinya. Robby melumat bibir Nayla dengan lembut dan intim, mereka berdua terhanyut dalam ciuman lembut penuh cinta itu sampai si lelaki menghentikannya. Nayla terlihat bingung. "Jadi, aku diterima nih?" tanya Robby.

Nayla membalas ucapan lelakinya dengan anggukan dan melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda itu. Hanya ada suara kecapan keduanya didalam rumah itu.

Suasana damai, intim, dengan lampu remang di ruang makan itu terasa sangat romantis hari ini. Robby menarik Nayla untuk duduk dipangkuannya, membuat kegiatan mereka makin intim, sampai mereka tersadar "AIRNYA!!"

Air yang direbus sudah berbuih dan keluar dari panci akibat terlalu lama didiamkan. "Aww..." Rintih Robby terkena cipratan air mendidih saat mematikan kompornya.

"Hati-hati sayaaangg.." teriak Nayla khawatir. Saat keduanya sadar, mereka tertawa bersama.

"Baru sehari official aja udah ada tragedi.." Robby mengomel gemas.

-Selesai-

Story of NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang