"Nayla, mau nggak coba hubungan serius sama gue?" Kata seorang laki-laki dihadapannya. Saat ini hanya kesunyian yang menemani mereka ditaman bermain ini.
Mata Nayla memanas, tidak menyangka hal ini akan ia rasakan di usianya yang ke dua puluh tujuh. Ia memainkan jari-jemarinya, otaknya penuh, kupu-kupu beterbangan di perutnya.
"ehm, Nay..." laki-laki itu meminta kepastian. Namun Nayla tidak mampu mengucapkan sepatah katapun. Mulutnya seperti terkunci, hatinya bergejolak.
Melihat gelagat tidak nyaman Nayla, laki-laki berjongkok didepan Nayla, menggenggam tangan dingin wanita itu, "Gaperlu dijawab sekarang Nay, santai aja.. Gue tau ini mendadak" lalu menepuk kedua punggung tangan Nayla dan kembali ketempat duduknya.
"Makasih ya..." hanya itu kata yang Nayla dapat katakan.
Mentari pagi ini menembus masuk kedalam kamar Nayla, wanita itu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya. Rasanya hari ini ia tidak mau melangkahkan kaki ke kantor. Ia malu jika harus berhadapan dengan lelaki yang semalam mengungkapkan perasaan padanya.
Senyum Nayla seketika mengembang saat mengingat momen malam tadi. Berasa kembali ke masa remaja yang penuh dengan romansa. Usia ternyata tidak bisa membuatnya dewasa dalam hal cinta. Ia tetap wanita kecil yang sedang belajar jatuh cinta.
"Kak, ini harus ke Keuangan hari ini kan?" Nayla menaikkan dokumen keatas untuk menunjukkannya ke Ali.
"Yes Nay, please.." Ali memohon.
"Okay, aku cek sekali lagi, abis itu aku anter kesana.. Setelah ini aku diminta ikut ngonten tim depan ya kak, kerjaan aku udah selesai.." Katanya.
"Iya, udah ijin kesini kok mereka.. semangat ya talent kesayangan kantor" Hana setengah mengejek.
"MAKASIH YA ANAK BRANDING KESAYANGAN KANTOR" balasnya penuh penekanan.
Nayla lalu berdiri dan meninggalkan ruang kerja mereka ke arah Keuangan.
Begitu pintu diketuk, seluruh mata tertuju padanya. "Sori ganggu, mau ketemu sama kak Lidya.." ucapnya sopan.
"Sini Nay, santai aja, biasa, lagi pada mumet, makanya mukanya asem hahaha" Lidya menertawakan teman-temannya.
"Kak, ini ya pengajuan baru lagii.." Nayla menjelaskan acara yang akan dilakukan Tim Branding dengan jelas dan meyakinkan.
Diam-diam Reyhan tersenyum dimejanya. Ternyata ada sisi yang baru saja ia ketahui. Nayla sangat serius dengan pekerjaannya, terlihat santai, namun mengerjakan tugasnya dengan baik. Anak yang bertanggungjawab. Kira-kira begitulah isi kepala Reyhan saat ini.
Ia melihat setiap gerak-gerik Nayla. Begitu cekatan menjelaskan acaranya kepada Lidya. Memperhatikan bagaimana ia berjalan dengan tegas namun tetap feminim meninggalkan ruangannya untuk menuju ke ruang kerja didepan mereka.
Terlihat Nayla sudah akrab dengan pegawai yang ada disana, menyapa mereka dengan ramah dan langsung mengambil bagian dalam tim tersebut. Tidak heran, karena Nayla sudah biasa tampil didepan kamera, ia sangat luwes saat harus bermain peran.
Ibaratkan penilaian, saat ini poin Nayla dihadapan Reyhan semakin meningkat, bahkan jauh melampaui apa yang ia harapkan. Reyhan seketika lupa jika hatinya pernah terluka karena wanita. Cinta, mungkin ini memang yang dirasakan Reyhan.
Seketika ia teringat momen manisnya bersama wanita itu yang selama ini ia anggap remeh. Di hari mereka menonton film, Nayla bertanya pada Reyhan mengenai sinopsis ceritanya, karena sejujurnya Nayla tidak mengikuti film itu.
Reyhan menggaruk tengkuknya dan menggedikkan kedua bahunya, membuat Nayla tersenyum gemas. Sejujurnya Reyhan hanya asal memilih film untuk keduanya. Berakhir menonton film yang tidak mereka ketahui.
"Hehehe, makasih ya kak"
"Nggak, gue yang harusnya bilang makasih, dan maaf.." kata Reyhan sedih.
"Kenapa?"
"Karna nggak cari tau dulu apa genre film yang lo suka, berakhir kita berdua krik-krik didalem bioskop" ia menyesal tidak mendengarkan perkataan Lidya sebelum mereka berangkat 'berkencan'.
"Gapapa kak, aku menikmati filmnya kok, makasih btw"
"Makasih juga lu udah mau nerima ajakan gue, meskipun terkesan awkward banget"
"Santai aja kak.. Makasih, aku masuk dulu ya.." Pamit Nayla pada lelaki itu.
"Eh Nay sebentar" Reyhan sibuk mengambil sesuatu dari kursi belakang mobilnya.
"Ini buat lo, Happy birthday ya Nay" Ia memberikan sebuah kotak kecil dengan pita cantik mengelilingi kotak itu.
Nayla terperanjat kaget, ia tak menyangka seorang Reyhan, orang yang sudah ia sukai selama 3 tahun itu memberikan hadiah ulang tahun kepadanya. Iya, kepada Nayla si gadis yang selalu mengdekati lelaki itu bak bulan mengitari buminya.
"Nggak perlu repot-repot kak, tapi makasih, tetep aku terima hariahnya" lalu mereka berdua tertawa bersama.
"Rey, WOILAH!" Teriak Andi.
"Udah keberapa kali sih gue mergokin elu bengong kaya gini? Nayla lagi?" pandangannya menuju kearah ruangan didepan mereka, yang sibuk dengan aktifitas pembuatan video.
"Kalo dia pake hadiah dari gue, artinya apa Ndi?" tanya Reyhan tiba-tiba. Ia melihat Nayla mengenakan jam tangan yang ia berikan sebagai hadiah ulang tahun Nayla.
"Ya berarti dia menghargai pemberian lo lah.." Ucapnya enteng. Reyhan mendengus mendengar jawaban Andi yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.
"Lo berharap dapet jawaban apa dari Andi sih, Rey?" tanya Lidya.
"Jangan berharap lebih dulu Rey, santai.." lanjutnya.
"Katanya harus di gas terus keburu keduluan Li, gimana sih lo?!" Reyhan makin emosi dengan jawaban kedua temannya itu.
Reyhan sudah tidak tahan saat ini, ia harus mendapatkan jawaban dari Nayla. Ia akan mencintai gadis itu secara ugal-ugalan mulai sekarang. Tidak peduli apakah ia akan berakhir bahagia atau tidak. Baginya lebih baik mencoba daripada penasaran dan menyesal seumur hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Nayla
RomanceSeperti kisah cinta klise, seorang wanita berusia 27 tahun itu tertarik pada laki-laki cuek dan innocent. Laki-laki yang seperti ini memang memiliki pesona tersendiri di mata wanita. Namun, laki-laki cuek yang dilihat Nayla hanyalah Reyhan. Meskipu...