kostum beruang dan tatapan mata obsidiannya

21 3 3
                                    

Di pagi hari saat akhir pekan ini, Raila sudah bersiap untuk menaiki bus kota. Suasana di dalam bus tidak terlalu ramai, membuatnya bisa duduk dengan tenang. Tak sampai 10 menit, bus yang ia tumpangi sampai di sebuah halte yang bersebrangan dengan tempat tujuannya. Ia lantas menyebrang untuk sampai ke sebuah tempat dengan nama yang terpampang "City Pour Cafe".

Ketika Raila membuka pintu tersebut, tampak Januar sudah menunggunya di dalam. Di sebelahnya terdapat kostum beruang berwarna pink dan cokelat yang akan mereka pakai untuk promosi menu baru hari ini.

"Raila, ini kamu pakai yang warna pink ya," Januar menyerahkan kostum tersebut yang langsung disambut baik oleh Raila.

Setelah bersiap-siap beberapa menit, akhirnya Raila dan Januar sudah bersiap untuk berdiri di depan cafe melakukan promosi dengan kostum beruang masing-masing. Di tangan mereka terdapat brosur mengenai menu baru dan juga diskon terbaru di cafe tersebut.

Januar menatap gadis di sampingnya dengan kostum beruang pink itu nampak semangat membagikan brosur. Meskipun terhalang dengan beratnya kostum yang ia kenakan, Raila tidak terlihat lelah berjalan menghampiri orang yang ada di sekitar mereka untuk diberikan brosur. Hal itu membuat Januar menyunggingkan senyumnya tipis di balik kostum beruang cokelatnya.

"Mama, aku mau foto sama beruang itu!" tiba-tiba seorang gadis kecil dengan bandana berwarna merah menunjuk Januar dengan kostum boneka beruangnya. Langkah kaki kecilnya berjalan menuju ke arah Januar dengan riang. Januar lantas berdiri di samping gadis kecil itu, berpose dengan tangan merangkul bahu gadis kecil yang menghampirinya. Sang ibu segera mengeluarkan ponselnya untuk mengambil foto.

"Iya nak ayo coba senyum lagi satu... dua..tiga... bagus cantiknya anak mama. Ayo ganti pose lagi."

Pose kedua mereka sama-sama membentuk pose peace yang manis. Raila yang melihat interaksi itu tersenyum di tempatnya berdiri, memandang betapa hangat interaksi antara Januar dan gadis kecil tersebut.

"Kakak beruang hari ini aku berulang tahun lohh," ucap gadis kecil itu kepada Januar.

"Oh yaa? Selamat ulang tahun yaa," Januar merendahkan tubuhnya menyesuaikan tinggi gadis kecil tersebut lantas mengusap surainya dengan tangan beruang nya itu.

"Kakak beruang ayo nyanyiin lagu selamat ulang tahun buat aku!" seru sang gadis kecil dengan semangat.

"Kalau kakak beruang yang ini boleh ikutan juga?" Raila akhirnya memutuskan untuk berjalan menuju gadis kecil tersebut.

"WAHHH TERNYATA ADA KAKAK BERUANG PINK JUGA! YEYY TAMBAH RAMAI AYO KITA NYANYI."

Raila dan Januar lantas mulai bernyanyi diiringi tepuk tangan. Sang gadis kecil tampak menunjukkan antusiasme nya dengan suara tawanya yang terus terdengar bahagia. Ia lantas membawa tangan Januar dan Raila ke genggamannya untuk membentuk sebuah lingkaran kecil lalu berputar dan melompat senang. Sang ibu yang melihat anaknya tampak bahagia tak lupa merekam kejadian manis itu dengan ponselnya.

"Yeyy seru sekali, terima kasih ya!" gadis kecil itu berseru senang diakhiri dengan high five bersama.

"Terima kasih sudah membuat anak saya senang. Saya akan masuk ke dalam dan memberi menu barunya," sang ibu tersenyum ramah kepada Januar dan Raila.

"Ayo nak kita masuk. Kita pesan es krim kesukaan kamu ya," sang ibu lantas berjalan masuk. Si gadis itu melambaikan tangan ke arah Raila dan Januar membuat keduanya menyunggingkan senyum tipis di balik kostum.

Tak terasa sudah satu hampir satu setengah jam mereka berada di dalam kostum. Tugas mereka untuk promosi menu baru sudah selesai. Saat ini Januar dan Raila sedang berada di rooftop cafe setelah melepaskan kostum yang membungkus tubuh keduanya. Di rooftop ini hanya ada sebuah kayu susun yang bisa dibuat duduk maupun berbaring. Raila duduk di sana sembari  merasakan semilir angin yang menerpa wajahnya. Jarum jam masih menunjukkan pukul 10 pagi, sinar matahari tidak terlalu terik ditambah pula dengan awan yang sedikit mendung menutupi sinar matahari yang menyorot. Raila yang semula sedang duduk memejamkan matanya terkejut karena sesuatu yang dingin menyentuh pipinya.

Unspoken ScriptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang