sebuah perasaan tersirat

11 2 1
                                    

Di hari Minggu pagi ini, Kenan sudah berada di supermarket untuk membeli barang yang bunda nya titipkan. Saat sedang melihat ke arah rak barang tiba-tiba tubuhnya dihantam oleh seseorang membuat barang yang digenggamnya terjatuh bersamaan dengan tubuh seorang gadis yang tersungkur ke lantai. Gadis itu buru-buru bangkit kemudian menundukkan badannya beberapa kali tanda meminta maaf. Lalu setelahnya gadis itu kembali berlari setelah permintaan maafnya direspon oleh Kenan. Kenan menatap punggung gadis tersebut yang seperti mengejar seseorang. Merasa bukan urusannya, Kenan segera melanjutkan acara belanjanya yang sempat tertunda. Setelah selesai mengambil barang yang dibutuhkan, Kenan segera membayar barangnya di kasir.

Saat Kenan hendak keluar dari supermarket tersebut, di dekat pusat informasi yang dijaga oleh beberapa satpam terdapat sedikit keributan yang menarik atensi beberapa orang termasuk Kenan untuk mendengarkan penuturan seorang ibu-ibu dan anaknya.

"Dompet saya dicuri, saya yakin tadi meletakkannya di tas. Saya sempat kembali ke tempat semula dimana saya terakhir kali membawa dompet saya tapi tidak ada. Saya yakin dompet saya sudah diambil orang lain."

"ITU DOMPET IBU!" seorang pria yang berdiri di samping ibu tadi tiba-tiba berteriak menunjuk sesorang gadis yang tampak kebingungan mencari sesuatu dengan dompet di tangannya.

Seseorang yang ditunjuk oleh anak dari ibu tersebut adalah gadis yang sempat menabrak Kenan tadi. Kenan melihat gadis itu segera berjalan menuju pusat informasi sambil membawakan dompet yang diklaim milik sang ibu. Namun, belum sempat bibir gadis itu terucap untuk menjelaskan sesuatu, sang ibu sudah mencercanya dengan berbagai macam tuduhan.

"Kamu pencuri ya! Beraninya mencuri barang milik orang lain! Pak bawa dia ke kantor polisi!"

Sang gadis yang membawakan dompet ibu tadi terlihat gelagapan kala sang ibu terlihat marah. Buru-buru ia mengambil ponsel yang ada di sakunya namun gerakannya dicekal kasar oleh anak ibu tadi membuat ponselnya jatuh terlempar.

"Heh lo denger nggak pencuri? Udah ga usah pakai lama-lama lagi gue seret lo ke kantor polisi!"

"Tunggu dulu!" entah apa yang membuat Kenan tiba-tiba berjalan menghampiri sang anak beserta ibunya itu. Kenan hanya merasa terjadi salah paham disini dengan gadis yang dituduh menjadi pencuri.

"Ngapain ikut campur? Lo kenal sama pencuri ini?" sang anak kembali menunjuk-nunjuk gadis itu sedikit menekan dahinya.

"Lo belum denger penjelasan dia. Jangan asal menuduh."

"Jelas-jelas gue liat pakai mata kepala gue sendiri kalau di tangan dia ada dompet ibu gue. Butuh bukti apalagi?"

Sang gadis tampak meronta pada cekalan tangan sang anak tersebut. Lantas buru-buru ia kembali mengambil sesuatu dari tas selempangnya yaitu sebuah buku kecil dan pena. Ia segera menuliskan sesuatu di buku kecil tersebut. Setelahnya ia menunjukkan tulisan di lembar pertama kepada sang anak.

Maaf saya bisu dan tuli. Saya akan menyampaikan apa yang ingin saya katakan melalui tulisan saya.

"Oh, bisu tuli lo? Nyusahin banget dasar," sang anak berdecak sembari mengatakan kalimat yang terlampau kasar.

Saya hanya ingin mengembalikan dompet milik ibu tadi yang terjatuh. Saya sudah mengejar ibu tadi tapi saya sempat kehilangan jejak. Maka dari itu saya akhirnya berjalan ke pusat informasi untuk mengembalikan dompet ini.

"Bisa aja lo bohong kan? Udah keburu ketahuan terus nyari alasan ditambah lagi ada orang yang sok ikut campur ngebelain lo."

"Coba ibu cek uang beserta kartu-kartu di dompet ibu. Jika tidak ada yang hilang maka gadis ini bukan pencurinya," ucap Kenan kepada sang ibu.

Unspoken ScriptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang