rasa sakit yang tersembunyi

16 2 0
                                    

Suasana ruang keluarga itu nampak diselimuti atmosfer yang penuh ketegangan diantara ketiganya. Nampak satu lembar kertas yang terletak di tengah meja menjadi atensi ketiganya.

"Langsung isi saja, kamu sudah tau tujuan mu kan?"

Seorang wanita paruh baya yang menjadi ibu dari gadis berambut sebahu itu menyodorkan pena. Meminta anak gadisnya untuk menuliskan jurusan dan universitas yang sesuai. Sang gadis menyentuh pena dengan tangan yang sedikit gemetar. Tangannya menuliskan kata di sana menahan mati-matian perasaan yang ada di dalam hatinya untuk tidak mengacaukan apa yang sudah direncanakan sedemikian rupa. Setelah selesai ditulis, orang tuanya segera membubuhkan tanda tangan.

Dengan begini Raila harus menyelesaikan apa yang sudah ia mulai.

"Sudah kan, Ma, Pa, Raila harus kembali ke kamar belajar untuk persiapan UAS."

"Jangan lupa untuk menaikkan nilaimu di ujian kali ini."

Raila berjalan masuk ke dalam kamarnya lantas menutup pintu dengan rapat. Menghela napas lelah ia kemudian duduk di kursi belajarnya. Manik matanya melirik ke arah lemari kecil yang terletak di sudut ruangan. Lemari yang tak pernah ia buka bertahun-tahun lamanya. Lemari yang menyimpan bagian dari masa lalunya.

Sebuah dunia yang lama terkunci rapat.

Lamunan Raila tersadarkan berkat panggilan video meeting yang masuk dari tabletnya. Sesuai janji yang sudah dibahas bersama sahabat-sahabatnya yang lain mereka akan mengadakan study group session untuk mempersiapkan ujian. Raila segera membuka kamera dan menyalakan mic nya. Nampak sahabat-sahabatnya di sana sudah bersiap dengan buku masing-masing.

Mereka kini sedang membahas pelajaran fisika dan untuk sekarang Raila yang ditunjuk sebagai tutor mereka. Raila segera melakukan share screen. Nampak di layarnya sekarang adalah white board kosong. Ia mengambil stylus pen nya lantas mulai mengisi layar putih itu dengan angka dan rumus.

"Hah bentar Rai soal halaman berapa sih yang dibahas?" gadis berparas imut itu justru asyik membalik halaman buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah bentar Rai soal halaman berapa sih yang dibahas?" gadis berparas imut itu justru asyik membalik halaman buku.

"Halaman 90 cil kagak nyimak ya lu. Btw gue sambil makan ya guys," Kale ini tipe orang yang kalau lagi mikir mulut nya harus sambil mengunyah sesuatu.

"Pusing kepala gue meledak," Anka nampaknya sudah frustasi dengan rumus-rumus yang ada.

"Oh paham nih aku Rai, lanjut soal lain dong," si ratu balet ini nampaknya sangat semangat dengan penjelasan yang disampaikan oleh Raila.

Sedangkan si penulis nampak sedari tadi hanya diam tatapan matanya nampak fokus. Entah fokus dengan materi yang diajarkan atau fokus dengan pematerinya.

Setelah membahas beberapa soal fisika dilanjutkan dengan sesi belajar bahasa Inggris. Kali ini Azalea yang akan menjadi tutor nya. Gadis yang lahir di Negeri Kangguru itu tentu fasih berbahasa. Manik mata hazelnya nampak berbinar ketika sudah menyangkut pelajaran ini.

Unspoken ScriptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang