dia yang selalu berusaha demi hidupnya

6 2 0
                                    

Januar menyadari jika hidupnya tak akan pernah mudah jika ia hanya berleha-leha dan bersantai. Selama ini ia selalu hidup di atas kakinya sendiri, enggan memintá belas kasih dari siapapun. Rentetan kejadian yang telah menimpanya membuatnya sadar telah terbentuk untuk menjadi sosok yang lebih kuat untuk bisa melindungi apa yang ia punya.

Maka pagi-pasi sekali, ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul lima pagi Januar sudah bersiap untuk berangkat bekerja di tempat kerjanya yang baru. la melamar pekerjaan menjadi penjaga kasir sebuah minimarket. Januar dengan setelan seragam dan papan namanya sudah berjaga di belakang kasir untuk menerima pembayaran dari pembeli.

Pembeli pertama nya adalah seorang gadis kakak beradik dengan pakaian yang sedikit lusuh berjalan beriringan. Sang kakak menggandeng tangan adiknya dengan sebelah tangannya. Mereka mendatangi rak minuman lantas membawa satu kotak susu di tangan. Langkah kecil mereka berjalan menuju kasir lantas sang kakak mengeluarkan beberapa koin dan uang kertas dari dalam kantong celananya.

Januar menghitung uang tersebut. Sebenarnya uang yang diberikan kurang namun melihat sang adik yang nampak antusias melihat sekotak susu yang hendak dibayar membuat Januar menerima uang tersebut dengan senyumannya.

"Tunggu disini sebentar," ucap Januar kepada kakak beradik tersebut. Ia menuju ke arah roti dan memberikan dua bungkus roti cokelat kepada keduanya beserta satu kotak susu rasa cokelat.

"Ini Kakak yang traktir."

Mendapat pemberian secara gratis membuat keduanya tersenyum senang sembari mengucapkan terima kasih beberapa kali. Hati Januar ikut menghangat melihat raut bahagia di wajah mereka.

Januar menyapa pagi hari ini dengan ketulusan hatinya.

***

Sontak semua murid di kelas 12-1 merapikan diri di tempat duduk masing-masing kala bel tanda jam pelajaran pertama berdering. Wali kelas datang memasuki kelas dengan setumpuk kertas di tangannya.

"Ketua kelas tolong bagikan kertas ini ya," titah sang wali kelas. Raila lantas berdiri dari duduknya dan mengambil setumpuk kertas tersebut untuk dibagikan ke teman-temannya. Manik mata Raila sekilas menyorot huruf yang dicetak tebal di bagian judul kertas tersebut 'PEMILIHAN  JURUSAN'.

"Baik anak-anak berhubung tahun depan kalian sudah akan menempuh jenjang perkuliahan, maka sekolah akan meminta kalian untuk menuliskan jurusan beserta universitas impian kalian. Waktu pengumpulan kertas tersebut seminggu jadi manfaatkan waktu untuk berdiskusi dahulu dengan orang tua. Nanti jurusan dan universitas yang akan kalian tulis bisa didiskusikan lebih lanjut dengan ibu selaku wali kelas atau juga bisa dikonsultasikan dengan guru BK secara mandiri atau bersama orang tua. Apakah penjelasan ibu sudah bisa dipahami?"

"Paham Bu," koor semua anak murid di kelas.

Dua minggu lagi akan diadakan sebuah ujian akhir semester 5. Nilai rata-rata keseluruhan dari semester 1-5 bisa digunakan untuk mendaftar universitas. Konsultasi yang dimaksud akan membantu orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya agar bisa mengerjakan ujian akhir semester dengan maksimal sehingga bisa mendapat rata-rata nilai yang diinginkan.

Bagi sebagian orang yang masih belum mengetahui mimpinya kertas yang mereka terima akan terlihat menyeramkan.

Namun bagi seseorang yang masih meragukan mimpi yang akan diraihnya, kertas yang ada digenggamannya  itu menjadi berkali-kali lebih menakutkan.

Raila saat ini hanya bisa menghela napas berat. Lagi-lagi ia harus mencoba memantapkan pilihannya untuk masa depan yang akan diraihnya.

Sepulang sekolah,  sesuai janji yang sudah dibuat sebelumnya kini Raila dan Kenan sudah berakhir di sebuah perpustakaan kota. Tawaran Raila saat itu yang mengatakan ingin membantu Kenan dalam tugas seni benar-benar terlaksana. Mereka kini duduk berhadapan dengan buku gambar yang sudah terbuka lebar beserta pensil-pensil berbagai ukurannya.

Unspoken ScriptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang