9. Dandelion dan Ilalang

0 0 0
                                    

"Kembali lagi, aku mempertanyakan apa itu bahagia? Apakah selalu diawali luka?"

_Aira Fhalisya_

Dibawah pekatnya malam ditemani deburan ombak sedang. Ingatan kedua insan itu melanglang buana menuju dimensi masa lalu yang telah lama mereka tinggalkan. Mengingat kembali sebuah kisah perjalanan mereka menembus apa yang dinamakan bahagia.

Flashback, 

2 tahun yang lalu...

Aira berjalan seorang diri menuju lapangan basket karena hari ini adalah waktunya pelajaran olahraga. Teman-temannya yang lain sudah sampai duluan karena memang tadi Aira datang sedikit terlambat karena bangun keisangan tapi untungnya ia tidak mendapatkan hukuman karena hari ini tidakada guru piket yang berjaga.

Pelajaran olahraga berlangsung selama dua jam sudah selesai dilaksanakan kini saatnya semua murid kelas dua belas bahasa untuk kembali ke kelasnya begitupun dengan Aira. Saat Aira hendak pergi tiba-tiba saja tangannya ditahan oleh seseorang dari belakang.

"Eh." Aira terkejut lalu menolehkan pandangannya ke belakang. "Bara, ada apa?."

Dia adalah Bara Antonio teman satu kelas Aira, ia juga merupakan cowok yang mendapatkan predikat sebagai Most Wanted Boy di sekolah yang sama dengan Aira. Dia adalah cowok yang memiliki wajah tampan plus tubuh yang tinggi dan selalu berpenampilan cool tapi juga bisa dikatakan dia cowok yang tergolong bad boy.

"Ada yang mau gue bicarain sama lo."

"Tentang apa? Ngomong aja Bar."

"Oke. Tapi sebelumnya gue mau lo tutup mata dulu."

"Eh.." tanpa di duga Bara langsung menutup mata Aira dengan tangannya dan membuat Aira terlonjak kaget.

"Sebentar aja kog."

"Tap---."

"Udah siap bos." Teriak seseorang yang tidak Aira mengerti itu suara siapa. Yang ia tahu hanya suasana di lapangan basket itu terdengar semakin ramai saja.

"Sekarang lo bisa buka mata." Interupsi Bara saat melepaskan tangannya yang tadi menutup mata Aira.

Aira mengerjap-erjapkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. lautan manusia yang tengah berdiri mengelilinginya dengan masing-masing dari mereka membawa setangkai bunga mawar merah lalu ditangan satunya mereka membawa balon berwarna merah jambu.

Aira membeku. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru sambil berharap dalam hatinya ini semua hanyalah mimpi. Aira bukan gadis lugu yang sok tak tau dan pura-pura terkejut dengan hal semacam ini. Aira sangat tahu apa artinya semua ini.

"Bar, semua ini?." Aira menatap Bara yang kini tengah berdiri dihadapannya.

Bara tersenyum lalu meraih tangan Aira dan menggenggamnya. "Ini semua buat lo. Gue cinta sama lo Ra, gue pengen lo jadi pacar gue." Ucap Bara dengan lantang.

Spontan Aira langsung menarik tangannya yang digenggam oleh Bara. "Maaf aku nggak bisa." Ucap Aira to the point.

Tangan Aira kembali ditahan oleh Bara saat Aira hendak berbalik hingga Aira kembali berhadapan dengan Bara dengan jarak yaang sangat dekat. Aira menatap mata cokelat milik Bara begitupun sebaliknya. Hingga beberapa saat suasana menjadi senyap saat mereka menyaksikan adegan Aira dan Bara yang saling beradu pandang dalam beberapa saat.

"Gue tau gue playboy, gue nakal, gue sering buat masalah, tapi gue nggak pernah main-main sama yang namanya perasaan. Gue rela berubah buat lo Ra."

"Bar, aku nggak bisa." Potong Aira. Aira meronta mencoba melepaskan diri namun Bara malah semakin menguatkan tangannya untuk mengunci pergerakan Aira agar tak bisa melepaskan diri.

Bintang Untuk AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang