Bab 8(Orine)

716 79 3
                                    

Erine terus melangkahkan kakinya, dengan pasrah membiarkan sebuah tangan tengah memegangi bagian belakang tas ransel yang dikenakan dipunggungnya. Sungguh kurang kerjaan sekali, tapi si pelaku sepertinya memang sudah menjadikan kegiatan yang tak begitu berfaedah ini sebagai hobi baru belakangan ini. Apa yang Erine lakukan? hanya bisa pasrah saja meski sejujurnya terasa beban punggungnya agak bertambah, tapi mau bagaimana lagi? Bukan sekali dua kali dirinya menegur sang pelaku dan nampaknya semua teguran itu tak membuahkan hasil. Pasrah adalah jalan terakhirnya.
Langkah Erine terhenti saat tas ransel miliknya tertahan oleh seseorang dibelakang, hal ini membuat gadis dengan mata rubah itu menoleh kebelakang
"Ada apa Oline?"tanyanya kepada si mata ngantuk yang menjadi pelaku yang mengusik tas ransel dipunggungnya sejak tadi, bukan jawaban yang langsung Erine dapatkan malah sebuah cengiran kecil.

"Kita mampir dulu kesana yuk...," Oline mengarahkan telunjuknya menunjuk sebuah kafe yang tak jauh dari sana "Aku sudah sejak kemarin penasaran dan ingin mampir, tapi nggak sempat atau lupa terus. Mau ya Rin?"lanjut Oline menatap Erine dengan tatapan memohon.
Erine yang melihat tatapan memohon itu terdiam sejenak untuk berfikir sebelum mengambil keputusan, dan setelah beberapa saat dirinya mengangguk tanda menyetujui ajakan Oline.

"Yey!" Oline dengan senyum sumringah langsung meraih jari-jemari tangan Erine dan melangkah lebih dahulu kearah sebuah kafe yang tak jauh dari posisi mereka berhenti tadi.
Kini posisi keduanya berbalik, Erine yang awalnya tadi memimpin jalan di depan kini malah mengikuti langkah Oline dari belakang.

Kedua gadis remaja yang berstatus sebagai idol itu memasuki area dalam kafe, disana tak begitu banyak pengunjung. Oline dengan tetap menggenggam erat jemari tangan Erine langsung menuju ke tempat pemesanan, dengan mata yang berbinar ia menatap dan membaca papan informasi menu yang tertera dihadapannya dengan seksama sambil menimbang-nimbang ingin memesan apa.
Sedangkan Erine, perhatian gadis itu sejak tadi malah terpusat menatap genggaman tangannya dan Oline. Perbandingan ukuran jari dan telapak tangannya dan Oline nampak cukup jauh, tangan dan jari jarinya terlihat mungil saat bergenggaman dengan jari-jari Oline yang panjang.

"Rin, kamu mau pesan apa?"Oline menoleh menatap Erine yang berdiri disisi kirinya.
"Catherine Vallencia"

"Eh iya kenapa?"Erine terlihat gelagapan sendiri saat sadar kalau Oline memanggil namanya

"Kamu mikirin apa sih kok bengong begitu?"tanya Oline

"Enggak ada kok. Ada apa manggil?"Erine.

"Kamu mau mesan apa?"Oline mengulangi pertanyaannya diawal barusan.

Erine beralih menatap papan informasi menu dihadapannya,lalu
"Aku mau bubble tea aja"ujar gadis itu menyebutkan apa yang hendak dipesan.

"Minum aja, makanan?"Oline

"Aku kan tadi sudah makan di kantor, jadi masih kenyang"Erine.

"Oh iya ya, makannya tadi bareng aku dan anak-anak yang lain"tutur Oline kembali mengingat kalau beberapa saat sebelum pulang dari kantor jkt, mereka sudah makan disana.
Oline kemudian memberitahu pelayan kafe yang berjaga disana tentang pesanan apa yang hendak dipesan. Dan setelah menyelesaikan pembayaran atas pesanan tersebut, Oline membawa Erine menuju ke salah satu meja disana yang letaknya paling pojok.
Gadis bermata ngantuk itu sengaja memilih meja paling pojok supaya keberadaan dirinya dan Erine tak begitu tersorot, serta mungkin supaya lebih privasi bagi mereka untuk berbincang satu sama lain.
Erine awalnya ingin mengambil posisi duduk berhadapan dengan Oline, tapi gadis bermata ngantuk itu terlihat enggan melepas tautan jari-jemari mereka, alhasil akhirnya Erine menempati kursi di sebalah Oline dengan formasi Oline-Erine-tembok.

Kalian tau? Setelah mereka duduk, Erine kira Oline akan melepaskan tautan tangan mereka. Namun nyatanya tidak, bahkan saat pesanan mereka yang terdiri dari roti bakar dan americano serta bable tea diantar oleh pelayan kafe ke meja mereka, Oline tetap senantiasa mempertahankan genggaman itu.
Erine jadinya terpaksa menggunakan tangan kirinya untuk mendekatkan posisi bable tea miliknya supaya dapat di minum,sedangkan Oline nampak tak merasa kerepotan harus menikmati americano dan roti bakar pesanannya hanya menggunakan satu tangan. Padahal Erine yang hanya melihatnya saja merasa repot melihat kegiatan Oline itu.
Oline menoleh saat merasa sejak tadi ada yang memperhatikan pergerakannya
"Kamu mau?"tawar Oline menyodorkan garpu berisi potongan roti bakar kepada Erine.

"Tidak, kamu saja yang makan"Erine berkata demikian menggelengkan kepala pelan.

"Aku kira kamu mau, soalnya sejak tadi menatap ku terus sih"tutur Oline.

"Oline"panggil Erine.

"Hm, kenapa?"saut Oline.

"Tidak berniat melepaskan ini?"tanya Erine sambil mengangkat gengaman jemari tangan mereka yang saling bertaut erat.

"Kenapa, kamu tidak nyaman?"Oline malah mengajukan pertanyaan bukan memberikan jawaban.

"Bukan begitu Oline, memangnya kamu tidak kerepotan makan hanya dengan satu tangan?"ujar Erine, membuat Oline langsung merespon dengan sebuah gelengan.
"Tidak, aku tidak kerepotan sama sekali. Jadi biarkan tetap begini, aku nyaman dan menyukai tangan kita bergenggaman seperti ini"tutur Oline sambil tersenyum manis lalu kembali menatap kearah piring tempat roti bakar miliknya.

Aku nyaman dan menyukai tangan kita bergenggaman seperti ini

Enteng sekali kata-kata tersebut keluar dari mulutnya, sialnya jantung gue malah berisik batin Erine menahan diri untuk tak terlihat tersipu.
Oline, teman segenerasinya ini memang aneh. Sering kali bertingkah clingy kepadanya disaat mereka hanya berdua atau lebih tepatnya saat off camera, dan akan berubah menjadi terlihat cool serta agak membuat jarak diantara mereka saat dalam pantauan camera atau publik ramai.
Eh, tidak. Setelah Erine pikir-pikir lagi, dirinya juga tak jauh berbeda dengan Oline. Dirinya hanya tak memasang image cool seperti yang Oline lakukan saja, mungkin ia lebih terlihat gengsi.

Tunggu! Jadi kesimpulannya mereka aneh?🤔



OS JKT48(Gen 12 vers.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang