Tertangkap Basah

1.3K 43 1
                                    

Tadinya, Salma segan.

Sepanjang perjalanan pulang dia terus merenungkan semua. Dan bertemu keputusan untuk mengembalikan uang Bintang esok harinya.

Setibanya di rumah sang bude, Salma sengaja mengendap masuk ke ruang tamu saat mendapati wanita yang hobi marah-marah itu sedang menjemur pakaian di samping rumah.

Harapannya tentu saja, Salma tidak akan ketahuan olehnya. Karena nanti pasti akan langsung disidak. Namun sayang, Darta--kakak sepupunya yang pengangguran dan gila judol (jvdi online) tengah bermalasan di ruang tamu. Dan seketika, pemuda madesu itu pun meneriakinya secara lantang karena sudah ketahuan masuk sembari mengendap-endap, "Buk! Salma sudah balik nih!"

Akhirnya, Salma tertangkap basah dan harus rela saat uang dari Bintang langsung disita Sulastri.

"Niat ngumpetin uang dari Bude, kamu?!" Sulastri menuduh Salma di depan pintu kamar sambil menunjukkan uang yang berhasil diambilnya dari saku celana gadis itu.

"Dari mana kamu dapatkan ini? Kalau kamu punya uang, harusnya kamu langsung kasih ke Bude, bukan malah masuk rumah sambil mengendap kayak m4ling! Kamu kan tahu, kita ini kepepet kebutuhan setiap hari karena harus ngasih makan kamu! Bude sudah rawat dan gedein kamu dari kecil sampai sekarang. Beraninya kamu punya niat untuk ngumpetin uang ini?!"

"I-itu dikasih calon bos Salma, Bude. Salma nggak ada niat ngumpetin, kok." Salma menjelaskan antara takut dan juga sedih menatap semua uang yang kini dipegang oleh Sulastri. Niat hatinya memang ingin menyembunyikan uang itu, tapi malah ketahuan dan terpaksa berbohong padanya. "Salma baru mendapatkannya hari ini. Dan itu uang gaji yang Salma minta di muka. Sungguh, Salma nggak ada niat ngumpetin dari Bude."

"Alah, alasan aja kamu. Pinter ngomong kayak ibu kamu. Bantah aja bisanya kalau dikasih tahu." Sulastri menoyol kepala Salma kasar lalu segera menyimpan uang temuannya itu ke balik daster, tepatnya ke dalam kut4ang agar tak bisa diambip Salma kembali.

"Jadi, ini berarti kamu sudah dapat kerja, kan? Awas aja kalau berani bilang belum dan malah nekat pulang!"

Ngeri dipukul karena tangan kanan Sulastri sudah ambil ancang-ancang di udara, Salma akhirnya mengangguk keras dan meyakinkan, "I-iya, Bude. Besok, Salma akan mulai kerja."

"Bagus! Jadi mulai besok, kamu bisa mengurangi beban pengeluaran keluarga ini." Sulastri menyeringai sambil berkacak pinggang dan mendongakkan kepala.

Diangguki kembali oleh Salma meskipun sebenarnya dalam hatinya merasa kesal diperlakukan kasar begini.

"Satu lagi." Sulastri mengacungkan telunjuk ke depan muka Salma yang berniat masuk ke kamar.

"Apa lagi, Bude?"

"Kalau kamu dikasih uang lagi sama bos kamu, berapa pun itu, harus langsung kamu kasihkan ke Bude. Dan nanti, gaji kamu juga semua harus disetor ke Bude. Nggak boleh berkurang sepeser pun! Ingat, utang kamu itu buanyak sama Bude! Dan sekarang saatnya kamu ganti semuanya."

Tak menunggu tanggapan dari Salma yang masih mengkerut serupa kura-kura, Sulastri kemudian berlalu keluar dan melanjutkan kesibukannya menjemur baju.

Sekarang, uang satu juta itu sudah raib.

Mau tak mau, besok Salma harus datang dan menyanggupi semua syarat yang sudah Bintang katakan karena dia tidak mungkin bisa mengganti uangnya dalam semalam.

"Makan tuh omelan. Makanya, jadi orang jangan miskin. Jangan numpang. Jangan sengsara. Biar nggak nyusahin keluarga. Nggak enak, kan, tiap hari kena omelan?" Darta cengengesan meledek Salma yang sudah kembali berkaca-kaca di depan pintu kamarnya.

Sepupu lelakinya itu hanya terpaut usia dua tahun lebih tua saja darinya. Namun entah mengapa, semenjak kecil, Darta hobi sekali mengusik Salma. Bahkan bisa dibilang, wataknya sebelas dua belas dengan budenya yang hobi menindas.

"Apaan malah melototin aku?! Nantangin?"

Tidak ingin semakin gusar dan nekat melemparkan sandal ke arah Darta bila berlama di sana, Salma pun gegas masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu tanpa menggubrisnya.

Bukannya Salma takut pada laki-laki madesu itu. Masalahnya, Darta itu anak kesayangan bunda. Yang mana kalau nekat berurusan dengannya, otomatis Salma juga akan menghadapi budenya.

Darta itu laki-laki dengan mulut paling lemes yang pernah Salma kenal. Suka mengadu yang bukan-bukan. Dan pandai mengarang cerita.

Dikiranya, watak buruk itu akan berubah lebih baik seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, Darta malah menjadi semakin menjengkelkan setiap harinya. Apalagi dia tak kunjung mendapatkan pekerjaan semenjak lulus SMA.

"Kalau dipikir lagi, emang ada baiknya aku nerima tawaran gil4 Pak Bintang." Salma menjatuhkan tubuhnya ke kasur usai mengunci pintu. "Kalau aku menikah nanti, aku nggak harus lagi tinggal di sini dan menjadi bahan hinaan bude dan Darta. Biarlah aku disebut kecil-kecil jadi manten. Yang penting, aku bisa meninggalkan keluarga ini."

"Salma, jangan keenakan santai di kamar, kamu! Buruan keluar dan lanjutin jemur bajunya!" Sulastri menggedor jendela kamar Salma dari luar di saat Salma baru juga akan merebah.

Sungguh apes betul memang nasibnya.

Padahal pakaian-pakaian itu juga bukan miliknya. Tetapi karena selalu dianggap menumpang, Salma harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, termasuk mencuci baju semua orang yang tinggal di sana tanpa ada hari libur barang sehari saja.

"Buruan keluar kamu!" Sekali lagi jendela digedor.

Tak memberikan Salma pilihan selain menghela napas pasrah. "Iya, Bude. Salma keluar."

Semoga rencana besok berjalan dengan lancar. Hanya itu harapan Salma sekarang.

*





Terlalu Besar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang