Seperti biasa jika sudah tidak ada tugas, Rion dan anak-anak lainnya akan bersantai di ruang tengah sambil membicarakan kegiatan mereka hari ini.
Melaporkan apa saja yang sudah mereka lalui dan temukan selama seharian penuh, dan yang tidak absen adalah laporan beberapa anak yang menjadi pendonor EMS.
Sangat kaya kan keluarga ini?
Bahkan pak Sui saja yang menjadi dokter pribadi mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menghela nafas lelah dengan kelakuan mereka.
Tidak berapa lama Caine dan juga Funin pulang sambil membawa beberapa tas belanjaan.
"Mamiii, banyak amat mih belanjaannya, ada Snack gak?" Tanya Selia sambil mendekat ke arah Caine dan mengambil salah satu tas belanjaan.
"Ada, tapi punya Garin, kalau mau tanya dulu ke Garin yah" Caine sudah mewanti, anak-anaknya yang lain pasti akan langsung mengambil Snack Garin jika tidak di ingatkan.
"Ah mami mah, kalo Garin tuh Snack nya satu untuk semua. Jadi kalo langsung di ambil gak kenapa-kenapa, iya kan sel?"
Selia yang di tanya tentu mengacungkan jempolnya.
"Gak boleh begitu, tanya dulu kalo di bolehin baru ambil" final Caine, mereka berdua memang harus di disiplinkan lagi. Mungkin tidak hanya mereka berdua, tapi semua anaknya. Dapat ia lihat tatapan lapar dari setiap mata yang ada di ruang tersebut.
"Kalian cuman berdua? Si kodok mana?" Tanya Rion, ketika tidak melihat anak kodoknya. Caine bilang jika ia akan belanja bersama Funin dan juga Garin. Tetapi mereka berangkat bertiga pulang berdua, dan tidak ada laporan jika Garin pulang sendiri.
"Yahh itu...." Ucapan Caine terhenti ketika terdengar suara pintu yang di buka tutup kasar, dan juga suara seseorang berlari. Dan sang pelaku utama pun mulai terlihat.
"Garin" Panggilan Rion menyadarkan Garin yang berniat langsung berlari ke kamarnya. Dengan wajah terkejut Garin menatap Rion dan juga saudara lainnya yang sedang berkumpul di ruang keluarga.
"Oh hai semua hehe" dengan gugup Garin menyapa keluarganya. Dan tidak ada tanggapan dari yang lainnya.
"Um,,, tadi aku mau tutup pintu tapi ada angin kenceng jadinya langsung ketutup kenceng deh pintunya hehe,, maaf yah pada kaget yah" keringat dingin mulai membasahi dahi Garin, ia tidak menyangka jika seluruh keluarganya tengah berkumpul. Ia mengira jika mereka semua masih di luar.
"Garin, are you okey?" Tanya Caine.
"I'm okey mami, don't worry about me" kata-kata itu lagi, setiap kali Garin berkata jika ia baik-baik saja itu artinya tidak baik-baik saja.
"Um,,, i'm gona go to my room so,,, aku duluan yah" dan Garin langsung berlari menuju kamarnya.
Hening menyelimuti ruangan tersebut.
Tanda tanya besar menyelimuti kepala mereka.
"Si Garin kenapa?" Krow memecah keheningan.
Jaki yang ada di sebelahnya menaikkan pundaknya tanda tidak tau.
"Garin tadi pulang sama siapa?"
"Tadi ketemu sama pak Marcell pih" Jawab Funin.
Mia dan Mako yang mendengar itu saling pandang. Ternyata dugaan mereka benar.
"Lah tumben si kodok rada bad mood, biasanya kalo ketemu pak Marcell mah udah kaya cacing kepanasan, jingkrak-jingkrak mulu"
"Tau ih, padahal pengen minta jajanan nya, tapi kalo orangnya lagi bad mood juga jadi gak enak"
"Ambil aja kali yak? Si kodok mah pasti iya iya aja"
"Lu kan pada punya duit nih, mending lu beli jajan sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
RomanceWARNING! . . BXB AREA! . . BAD WORD AREA! . . Bukankah Garin selalu tersenyum? Bukankah Garin selalu jahil? Bukankah Garin selalu membuat orang lain tertawa? Tetapi, Apa kalian tau perasaan Garin yang sesungguhnya? Apa hanya itu yang kalian tau? ...