🏁 Lap 14 : Tragedi🏁

159 30 2
                                    

Restoran mewah bergaya klasik dipilih Dimas untuk makan sore kali ini.  Rayyan masuk pintu kaca diimpit  oleh kedua orang tuanya. Posisinya Dimas di sisi Kanan, Rayyan di tengah dan Nadine di sisi kiri. Rayyan yang awalnya bercanda saling mengejek dengan Dimas terhenti. Senyuman lebarnya semakin menyusut tatkala melihat pemandangan di depannya.

Dia mengira hanya dirinya saja, ternyata tidak sesuai harapan. Di table 12 sudah ada Athar, Athalla dan Oma. Bahkan makanannya pun sudah dipesan. Rayyan yang berdiam diri dirangkul Dimas. Dia mencoba meyakinkan putranya jika semuanya akan baik-baik saja.

“Kalian ini mau makan bersama gak ngajak ibu. Apa mau kamu, Din?” belum juga duduk, Oma sudah menyemburkan kalimat yang menyudutkan lagi.

“Bukan begitu, Bu. Tadi kan Nadine sama Dimas lagi ada acara, jadinya sekalian ke sini. Itu pun setelah Abang kirim pesan,” jawab Nadine yang sepenuhnya berbohong.

Rencananya tidak begini, tapi entah kenapa Ibu dan keponakan sudah ada di tempat bahkan meja besar di hadapan sudah penuh makanan. Dia tidak enak dengan suami dan putra bungsunya. Seharusnya ini moment yang membahagiakan bagi keluarga mereka. Tapi, ya, nasi sudah menjadi bubur.

“Abang sudah pesankan, Ma, Pa dan Adik. Jadi harus menunggu lama. Ayo, duduk,” ujar Athar menengahi. Dia pun sama tidak ingin ada perdebatan lagi setelah kejadian di UKS tadi.

Truffle Truffle, Bone marrow, Angus Meatballs, Truffle Hunter, paliolitho, Pome Mojito tersedia. Rayyan yang tahu diri, dia duduk paling ujung. Dia tidak banyak bicara, ini moment yang jarang terjadi, jadi dia memutuskan untuk menjadi penonton. Diam-diam memotret dari ponselnya. Bahkan merekam obrolan Oma, Mama dan Kedua cucu Oma. Entah perasaan saja, kali ini Dimas tidak banyak komentar.

“Dim, kapan Athalla mendaftar sekolah di sekolah Abang?”

Dimas yang hendak menyuapkan potongan truffle terhenti. Dia tidak tahu tujuan mertuanya sudah sejauh apa. Bahkan mertuanya tidak membahas kedatangan Athalla sejak anak itu datang. Dan kali ini sudah menanyakannya kapan sekolah?

“Itu bisa dibicarakan nanti, Bu.”

“Ibu tidak mau kamu membedakan cucu-cucunya ibu. Athalla juga bagian dari keluarga kita,” kata Oma sambil mengambil gelas.

“Iya, Bu,” jawab Dimas singkat.

Athar yang duduk di samping Athalla melirik adiknya yang tidak peduli pembicaraan para orang tua. Anak itu makan dengan baik. Perhatian Athar pun diperhatikan oleh Athalla. Dari dulu dia tahu, Rayyan prioritas utama bagi kakak sepupunya itu. Bahkan Abang rela hujan-hujanan demi Rayyan sewaktu kecil walau pun besoknya terserang flu.

Selesai makan, Rayyan masih diam. Anak itu berdiri paling belakang di antara yang lain. Oma dan Athalla memasuki mobil yang di sopiri Mang Agus, sedangkan Dimas kembali bersama Nadine.

“Abang masuk!”

Athar yang masih berdiri di luar tampak ragu menaiki mobil yang sudah ada Oma di dalamnya.

“Abang sama adik, Oma.” Putusnya sambil merebut kunci motor dari tangan adiknya.

“Susah diatur!”

Mang Agus mulai menjalankan mobil, begitu pun Dimas yang sebelumnya meminta kedua anaknya berhati-hati. Kini tinggal Rayyan dan Athar.

“Resek banget, cucunya Oma, bisa-bisa adik yang dijulidin di rumah,” kata Rayyan sambil menyerahkan helm kepada kakaknya.

“Biarin aja, kan ada Abang yang belain,” kata Athar yang kali ini mengemudikan Pepa.

Mereka berkendara sesuai peraturan, untungnya Rayyan selalu menyediakan helm cadangan di bagasi motor. Sehingga jika keadaan darurat dia bisa memakainya.

Udara malam semakin dingin, Athar tersenyum kecil melihat adiknya bernyanyi dengan gerak sana sini. Setidaknya dia bisa memastikan kondisi hati adiknya baik-baik saja. Selama perjalanan ke rumah mereka berhenti dulu di toko Jersey.

“Bang?”

“Pilih perlengkapan balap buat kejurnas nanti. Pokoknya harus dipakai.”

Rayyan tersenyum lebar, Athar tahu apa yang dia sukai. Jangan salahkan kalau dia akan khilaf menguras uang Athar dengan percuma. Dengan riang Rayyan memilih sepatu bot, google dan body protector. Jersey biasanya akan diberikan oleh Bang Jay beberapa hari kemudian sebelum pertandingan di mulai. Kejurnas kali ini menjadi penentu baginya. Karena jika naik podium juara satu, dia berniat memberikan piala dan hadiah uangnya untuk Oma. Salah satu strategi untuk meluluhkan hati Oma. Semoga dengan begitu, Oma akan mengakuinya sebagai cucu.

Nadine dan Athalla sedang menikmati waktu berdua di halaman belakang. Mereka duduk berdampingan namun ada jarak di antara mereka. Athalla tipe anak pendiam, jadi sulit untuk menebak apa yang dia pikirkan berbanding terbalik dengan Rayyan. Anak itu kelewat polos sampai hampir semua diceritakan. Kecuali beberapa hari ini.

“Bagaimana kabar Kakek sama Nenekmu?”

“Baik.”

Nadine memperhatikan wajah Athalla yang  tampan. Dari segi mana pun anak itu mirip sekali dengan Mario. Tetapi tidak dengan bakat dan kebiasaan. Sifat dan sikapnya persis Bella. Benar-benar buah hati Mario dan Bella.

“Oma menyuruh kamu tinggal di sini? Maksud Tante, kenapa mendadak? Kalau Tante tahu sebelumnya, Tante akan siapkan kamar.”

“Jadi, apa Athalla boleh tinggal di sini?”

“Tentu, sayang. Kamu anak Tante juga. Jangan sungkan ya, bilang Athalla butuh apa aja ke Tante.”

Athalla hanya tersenyum kecil. Tidak lagi memperpanjang obrolan mereka. Selebihnya mereka habiskan waktu dengan keheningan. Akhirnya Nadine pamit lebih dulu karena Dimas memanggilnya. Tinggallah Athalla sendiri menatap air kolam yang tenang.

Rumah ini masih sama seperti dulu. Di mana dirinya menghabiskan waktu kecilnya di sini. Bersama Athar dan Rayyan. Dulu mereka dekat bahkan Athalla tidak mau jauh-jauh dari Rayyan.

“Kodok, ada kodok!”

“Athalla, bukan Kodok!”

“Kodok! Kamu kan takut kodok!”

Rayyan kecil mengejek Athalla. Tidak lama, Athalla berlari menjauhi Rayyan. Anak kecil berambut jamur memakai kaos belang merah putih dengan celana jins kodok, beralir mengejar Athalla yang menjauhi kayak lompat di genangan air.

“Abaaaaaang! Adik jahat!”

“Bohong, Bang! Athalla yang takut!”

Aksi kejar-kejaran pun terhenti. Athalla terjatuh dalam kubangan air. Rayyan yang mengejar Athalla pun tertawa terbahak-bahak. Anak kecil bertumbuh gempal itu tengkurep dengan wajah basah. Bahkan topi koboi terbang akibat terjatuh.

Athalla sudah berkaca-kaca, bukan menolong saudaranya anak itu sibuk tertawa. Tanpa rasa belas kasih, Athalla mendorong Rayyan, akhirnya Rayyan jatuh juga. Athar terkejut, dia berniat memisahkan kedua adiknya ikut terjatuh juga. Alhasil mereka bertiga main air.

Lamunannya pecah, suara gela tawa Rayyan terdengar. Dibalik pintu kaca, Athalla menyaksikan betapa dekatnya Athar dan Rayyan. Mereka saling dorong mendorong kecil, sesekali Athar  menjitak kepala Rayyan.

“Kalian gak pernah berubah,” gumam Athalla dengan wajah datarnya.

Malam harinya Rayyan tidak bisa tidur, padahal perutnya kenyang sekali. Dengan langkah pelan mulai menuruni tangga. Tangan kanan memainkan ponsel dan mulai membalas pesan yang baru dibacanya. Tujuannya ke arah dapur. Dia ingin meminum cokelat hangat. Setidaknya bisa membantu mendatangkan rasa kantuk.

Mulutnya tidak berhenti bergumam lagu barat, tangannya memutar kran air dan mengisi teko khusus memasak air. Dirasa cukup untuk satu gelas, Rayyan mematikan kran dan mulai menyalakan kompor.

Kursi tinggi di mini bar ditariknya, duduk sambil memunggungi kompor. Fokusnya kini hanya ponsel. Ada beberapa informasi yang Bang Jay berikan yang harus dia pelajari. Entah saking fokusnya, air di dalam teko berbunyi berisik. Bau gosong mulai tercium, api mulai membakar teko yang airnya sudah menyusut.

Rayyan berdiri dengan tergesa, Athalla datang dan langsung mendorongnya. Berteriak meminta tabung Apar foam. Anak itu diam saja mencerna apa yang terjadi. Dimas yang mendengar keributan pun bergegas mengambil alat pemadam kebakaran yang diletakkan di sisi kanan dekat kamar mandi.

Napas Dimas memburu, begitu pun Athalla yang terkejut melihat api sudah melahap teko. Satu persatu anggota keluarga berdatangan. Nadine yang melihat kekacauan di dapurnya pun lemas seketika.

“Lo gila!” teriak Athalla. Anak itu masih terkejut. Bahkan tangannya masih tremor hebat.

“Kenapa bisa begini?” tanya Dimas yang berhasil memadamkan api.

Athalla menunjuk Rayyan dengan dagunya. “Aku ke sini api sudah besar.”

Dimas mengalihkan perhatiannya kepada putra bungsunya. Anak itu masih terdiam kaku melihat ke arah kompor. Bagian kecil kitchen set milik Nadine terbakar dan asap pun masih mengepul dalam skala kecil.

“Dik?”

Athar memegang pundak adiknya, anak itu masih diam seribu bahasa. Pandangan sama persis dengan kejadian di UKS tadi. Bola matanya fokus menatapnya.

“Gak apa-apa? Ada luka?”

“Kebiasaan bikin onar! Sudah kembali ke kamar masing-masing, ayo athalla,” Ajak Oma menarik tangan Athalla kembali ke lantai dua. Melupakan gelas yang minta diisi air.

Nadine  memeluk putra bungsunya, memberikan ketenangan. Nadine bisa merasakan detak jantung putranya yang cepat. Anak itu pasti merasakan ketakutan sampai tidak bisa berkutik sedikit pun. Dimas pun tidak tega, akhirnya ikut memeluk kedua orang yang sangat dicintainya. Berucap istighfar tepat di telinga kanan Rayyan. Setidaknya anak itu bisa lebih tenang.

“Kenapa?” kata tanya dalam diri Rayyan. Dia bingung dan takut secara bersamaan. Kejadian yang mengerikan hampir saja terjadi jika bukan karena Athalla yang menolongnya mungkin rumah ini akan terbakar hebat.

“Benar-benar pembawa sial,” dalam hati Rayyan.

🏁🏁🏁🏁

Alhamdulillah,
Selamat berbuka puasa Arafah bagi yang menjalankan hari ini🥰🥰

Alhamdulillah,Selamat berbuka puasa Arafah bagi yang menjalankan hari ini🥰🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayyan kecil yang jailll


Athalla yang takut kodok tapi dipaksa adik mengambil kodok🐸🐸🐸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Athalla yang takut kodok tapi dipaksa adik mengambil kodok🐸🐸🐸

Athalla yang takut kodok tapi dipaksa adik mengambil kodok🐸🐸🐸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abang Athar cuma merhatiin jarak jauh.

Tiga bersaudara yang berbeda karakter 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tiga bersaudara yang berbeda karakter 🥰

CrossOma (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang