Lampu dalam rumah bercat putih biru tosca terlihat padam. Seluruh penghuni rumah sudah menempati kamar masing-masing. Kejadian beberapa lalu di meja makan membuat seluruh keluarga tidak bisa berkutik selain menyambut anggota baru keluarga mereka.
Remaja berusia tujuh belas tahun lebih mudah delapan bulan dari Rayyan itu tersenyum kecil di hadapan saudara dan nenek tercinta. Tatapan matanya yang tajam disambut penuh haru oleh Nadine.
"Ya Allah Athalla!" Pekiknya saat melihat keponakan tercinta memasuki ruang tamu.
Oma pun sama, menyambut cucu kesayangan dengan hangat. Memeluk dan mencium setiap inci wajah rupawan Athalla. Dimas terdiam melihat kedatangan keponakannya, pasalnya dia baru tahu jika Athalla akan datang. Nadine atau siapapun orang rumah tidak menghubungi dirinya.
Athar tidak kalah senang, dia menyambut sepupunya dengan antusias. Mereka mempunyai hobi yang sama, jadi Athar sudah membayangkan akan menghabiskan waktunya bersama Athalla selama anak itu menginap di rumah ini.
"Di tinggal lagi," lirih Rayyan sambil tersenyum lebar.
Dimas yang masih duduk memandang putra bungsunya. Dia mendengar apa yang diucapkan Rayyan, anak itu pasti merasa kesulitan. Oma saja belum selesai sekarang ditambah lagi dengan keberadaan Athalla. Akan semakin memanas jika hubungan mereka tidak selesai dengan cepat. Sebagai kepala keluarga dirinya harus menyatukan pecahan kecil di rumah tangganya. Setidaknya menjadikan rumah ini adalah rumah surga yang di mana semuanya saling mengingatkan dalam kebaikan.
Kini, Rayyan berdiam diri di kamar. Dia tidak mungkin ke kamar sang Abang. Athalla yang mendadak datang pasti tidur bersama Athar. Badannya pegal-pegal akibat kerja sore sampai malam tadi lumayan mengganggu. Akhirnya dia hanya menggulingkan badannya ke kanan dan ke kiri. Matanya ingin segera di pejamkan hanya saja, hatinya gelisah. Pembicaraan yang direncanakan sejak awal pun batal.
Kedua matanya melihat gitar di pojok kamar. Lebih baik dia bermain gitar saja sampai matanya mengantuk. Tapi, dia urungkan niatnya. Dengan perlahan dia keluar kamar dan menuruni tangga sampai ke lantai dasar di mana kamar orang tuanya berada.
Setelah mengetuk pintu, Rayyan masuk tanpa izin. Dia tersenyum melihat sosok orang tuanya tengah tidur bersampingan. Tanpa takut, Rayyan langsung berjalan perlahan dan duduk di sofa panjang di samping jendela. Dengan yakin dia mulai memainkan gitarnya.
"Pa, Ma. Selamat malam, maaf nih adik mengganggu waktu tidurnya. Adik mau numpang nyanyi ya, biar bisa tidur."
Rayyan memosisikan gitarnya dengan baik. Jari jemarinya mulai memetik gitar sesuai kunci gitar.
"ekheeemmm."
"Ah, lumayan."
Rayyan mulai bernyanyi diiringi petikan gitar duduk bersila di atas sofa sambil memejamkan matanya. Membayangkan wajah Dimas dan Nadine sewaktu dirinya kecil.
Saat yang lain tak bisa
Terima diriku apa adanya
Kaulah yang selalu ada
Temani diriku dengan setiaSaat takutku sedang melanda
Kau selalu bilang semua tak apa
Katamu aku sempurna
Saat yang lain tak ingin mengakuinyaDan akhirnya kutemukan
Diriku sempurna
Kaulah yang mengajari
Mencintai
Dengan setulus hati
Bersamamu
Ku merasa beruntung
Dapatkan kasih
Yang tak terhitung
Dan akhirnya kutemukan
Diriku sempurna
Kaulah yang mengajari
Mencintai
Dengan setulus hatiBersamamu
Kumerasa beruntung
Dapatkan kasih
Yang tak terhitung
Jika bukan karenamu
Aku tak pernah tahu
Apa itu bahagia
![](https://img.wattpad.com/cover/369921071-288-k963942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CrossOma (On Going)
Roman pour AdolescentsRayyan Samir, remaja 17 tahun sangat menyukai motocross. Dirinya bercita-cita ingin menjadi Crosser internasional, perjuangannya tidak mudah. Banyak rintangan yang menghadang. Bahkan dari keluarganya sendiri. Mampukah Rayyan melewati semua rintangan...