𝐁𝐀𝐁 𝟒

52 11 0
                                    

─── 𝐃𝐞𝐬𝐚𝐬 𝐃𝐞𝐬𝐮𝐬 ──

⋆⋅☆⋅⋆

❝Bisa kau ceritakan tentang rumah di atas tebing itu?❞ Ucap Haikal pada Tama. Saat ini mereka berdua sedang menyantap makan siang setelah beberapa jam berkutat pada mesin kendaraan yang diperbaiki.

❝Kenapa kau penasaran sekali dengan rumah itu?❞ Tanya Tama sambil mengunyah makanannya.

❝Hanya penasaran saja, apalagi kalian bicara seolah-olah rumah itu ada hubungannya dengan anak yang hilang.❞ Jawab Haikal membuat Tama menganggukkan kepalanya. ❝Oke, aku akan cerita.❞ Ujarnya setelah menghabiskan makanannya.

Tama memposisikan duduk di depan Haikal, ❝kau percaya dengan makhluk mitologi?❞

Haikal yang sudah membereskan bekas makannya itu menoleh ke arah Tama dan mengangkat sebelah alisnya. ❝Tidak terlalu percaya, hanya cerita mistis biasa tanpa ada buktinya.❞

Tama menganggukkan kepalanya, ❝dulu, kata kakekku kalau semua itu nyata apalagi para penghuni di rumah tua itu.❞ Tama mulai bercerita sedangkan Haikal dengan seksama mendengarkan.

Cerita urban legend itu secara turun temurun memang sudah ada, bahkan setiap sepuluh tahun sekali menjadi momok menakutkan bagi warga desa karena akan merasakan langsung teror dari makhluk itu. Rendra yang merupakan kakek Tama masih kecil, dirinya bahkan 6 dasawarsa telah bertatap muka dengan makhluk itu hingga akhirnya cerita itu berlanjut ke generasi Tama. Tetapi anehnya, saat ayahnya Tama bertumbuh, teror itu tidak pernah datang lagi. Warga berpikir jika semuanya telah usai dan kehidupan mereka telah baik-baik saja. Tetapi tidak dengan para Tetua yang tersisa, mereka tidak yakin dengan itu dan menyakinkan jika makhluk itu akan kembali lagi. Cepat atau lambat. Ada yang bilang jika penghuni rumah tua itu tidak ada hubungan dengan makhluk yang meneror mereka tetapi ada satu yang pasti yaitu Rumah Di Atas Tebing bukanlah fenomena natural bagi para warga desa.

❝Seperti apa makhluk itu?❞ Tanya Haikal penasaran.

❝Makhluk itu mempunyai paras yang menawan dengan mata biru atau hijau yang menyala. Tetapi kata kakekku, ada saatnya mereka datang beriring-iringan menuju ke desa dan mengejar warga yang masih berada di luar rumah dengan wajah yang mengerikan. Mulutnya yang seperti sobek besar, gigi-gigi yang lancip juga tajam seperti gigi buaya dan hidungnya yang seperti ular.❞ Jawab Tama membuat Haikal merinding ngeri.

❛Tetapi di mimpiku mereka tidak seperti itu.❜ Ujar Haikal dalam hati tetapi ia sendiri sadar jika itu hanyalah mimpi―bunga tidur yang bisa saja tidak nyata adanya.

❝Lalu, apa yang membuat Rumah Di Atas Tebing itu dihubungkan dengan makhluk itu?❞

Tetua Desa meyakini jika Rumah Di Atas Tebing itu dihuni oleh satu keluarga yang sedikit aneh. Ini sudah lama dihuni bahkan sebelum kakek Tama lahir. Ada yang bilang jika para penghuni itu tidak pernah keluar atau bahkan bersosialisasi dengan warga sekitar. Awalnya para warga mengira kalau rumah itu sudah tidak berpenghuni karena beberapa kali mereka mendatangi rumah itu untuk sekedar ingin tahu seperti apa keadaan disana, rumah itu benar-benar kosong walaupun semua perabotan rumah tangganya masih tertinggal disana. Tetapi ada beberapa kejadian yang membuat ketakutan seperti ada suara musik dari dalam salah satu kamar, atau ada suara seperti seseorang berbicara padahal tidak ada dari mereka yang melakukan itu.

❝Tetapi sekarang tidak ada yang menghuni rumah itu ❛kan?❞ Tanya Haikal yang dibalas gelengan kepala oleh Tama.

❝Warga desa percaya jika rumah itu tetap dihuni,❞ jawab Tama membuat Haikal mengernyitkan dahinya. ❝oleh arwah penasaran.❞

Sontak membuat Haikal tertawa terbahak-bahak, ❝oh, God. Apa itu bukannya hal paling absurd?❞

❝Hei,❞ Tama terlihat sedikit offensive mendengar ucapan Haikal, ❝warga meyakini kemungkinan para makhluk yang meneror desa bersembunyi di rumah itu. Belum lagi setiap malam selalu terdengar suara teriakan dari rumah itu.❞

❝Tetapi kalian mengecek di pagi hari tidak ada siapapun?❞

❝Benar,❞ jawab Tama, ❝sudah ada beberapa orang yang menghilang di malam hari lalu ditemukan di rumah itu dalam keadaan tidak sadarkan diri, tetapi banyak juga yang tidak ditemukan.❞

Tama melihat raut wajah Haikal yang sepertinya tidak menyetujui ceritanya, ❝kau tidak percaya?❞

Haikal menghela napas pelan, ❝entahlah, aku berpikir jika itu tudingan yang serius tidak berdasar.❞

Haikal menghela napas pelan, ❝entahlah, aku berpikir jika itu tudingan yang serius tidak berdasar.❞

Tama tidak ingin memaksakan pendapat Haikal, biar saja pemuda itu tahu sendiri kebenarannya selama tinggal di desa itu. Akhirnya kedua pemuda itu berbincang-bincang sembari meneruskan pekerjaan yang tertunda hingga akhirnya matahari telah berganti warna menjadi jingga kemerahan yang berarti waktunya Haikal pulang dan beristirahat.

ʕ•㉨•ʔ

Haikal kembali bermimpi aneh, kini dirinya sedang berdiri di belakang rumah itu yang langsung memperlihatkan jurang dalam yang di bawahnya terlihat rumah-rumah warga. Bedanya saat ini matahari menyinari bumi dengan sinar hangatnya, jelas ia tahu jika apa yang ia rasakan itu hanyalah mimpi. Tetapi entah kenapa, ia merasakan semua itu nyata. Bagaimana rasa hangat mentari di kulitnya, bagaimana suara burung merdu di pendengarannya dan bagaimana halusnya suara pria yang memanggil namanya dari arah belakang.

❝Kenapa kau berdiri sendiri disini? Mana Carden, Peter?❞

Peter, nama yang selalu orang-orang itu berikan padanya. Ia tidak bisa mengatakan jika itu bukan namanya, bahkan ia tidak berusaha untuk pergi dari tempat itu.

❝Akhir-akhir ini kau suka sekali melamun, ada apa?❞ Tanya pria itu lagi yang sekarang sudah berdiri di samping Haikal.

❝Aku kenapa ada disini?❞ Pertanyaan yang sebenarnya membingungkan itu tidak begitu dipermasalahkan oleh lawan bicaranya.

❝Apa yang ingin kau ketahui, hm?❞ Tanya pria itu sembari mengelus kepala Haikal.

❝Aku mendengar desas-desus tentang rumah ini dan kalian,❞ ucap Haikal membuat pria itu hanya memandangnya tanpa ingin memotong pembicaraannya. ❝Apa benar kalian yang meneror para warga dan menculik orang-orang itu?❞

Pria bernama Marvel itu tertawa mendengar pertanyaan itu sedangkan wajah Haikal yang terlampau serius itu terlihat menggemaskan. ❝Apa yang kau dengar dari manusia-manusia itu?❞

Walaupun Haikal sedikit ragu tetapi ia tetap membicarakan tentang cerita yang ia tau dari Tama. Melihat respon Marvel yang hanya memandangnya dengan afeksi halus, Haikal tidak begitu mempercayai cerita Tama.

❝Apa kau percaya?❞ Tanya Marvel yang dibalas gelengan kepala. ❝Kenapa?❞

❝Entah, aku merasa jika kalian bukan yang seperti dikatakan. Kalian memang rupawan tetapi warna mata kalian tidak seterang yang mereka katakan lalu kalian tidak menyeramkan.❞

Marvel tersenyum, ❝mereka tidak salah walaupun juga tidak benar. Kami memang bukan manusia tetapi tidak seperti yang mereka kira.❞ Melihat Haikal yang kebingungan, Marvel kembali berbicara. ❝Kami bukan makhluk yang memakan para warga, keberadaan kami disini memang tidak pernah ada yang tau dan kami sebisa mungkin untuk tidak melibatkan diri dengan membantu para manusia itu.❞

❝Tetapi kenapa?❞ Tanya Haikal yang kebingungan tetapi itu tidak dijawab oleh Marvel hingga akhirnya mereka menikmati hari bersama dengan Carden juga keluarga lainnya.

[✓] 𝐌𝐇 [𝟒] 𝐄𝐍𝐈𝐆𝐌𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang