─── 𝐀𝐧𝐚𝐤 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐇𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢 ──
ෆ 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟐 ෆ
⋆⋅☆⋅⋆
Saat Haikal dan Elang sampai di rumah Rera—yang kebetulan juga berada tidak jauh dari rumahnya, ia bisa melihat banyak orang berkumpul di sana termasuk nenek dan ibunya.
❝Ekal, kemari.❞ Panggil neneknya.
Haikal langsung mendekat, seperti mendapatkan bangku di baris depan karena kedua wanita kesayangannya itu berada di dekat Ketua RT.
❝Jadi bisa Nak Rera ceritakan kemana kamu selama dua hari ini?❞ Tanya ayah Tama sementara Rera, gadis yang menghilang itu duduk di samping ibu dan ayahnya.
❝Rera juga gak tau kenapa bisa selama itu, padahal Rera inget pergi hanya semalam itupun hitungan jam.❞ Ujar Rera sama bingungnya.
❝Yaudah gak apa-apa, sekarang Nak Rera ceritakan apa saja yang Rera lakukan sebelum menghilang.❞ Ucap Nek Erina.
Gadis itu mulai bercerita, malam itu saat semua penghuni rumahnya tertidur ia seperti mendengar suara pria yang memanggil namanya dari arah luar rumah. Awalnya ia ingin menghiraukannya tetapi seruan itu tidak berhenti dan saat ia ingin membangunkan orangtuanya, ia urung karena mungkin itu hanya temannya. Karena tidak ingin membangunkan keluarga atau bahkan tetangganya, akhirnya ia beranjak dari tempat tidur dan pergi menuju pintu depan.
❝Halo, siapa disana?❞ Ucap Rera dengan suara pelan tetapi suara itu tidak berhenti dan seakan menjauh darinya. Rera memberanikan diri keluar dan saat ia memicingkan matanya, ia bisa melihat siluet dua orang yang berada tidak jauh dari jalan setapak. Salah satu siluet itu menggerakkan tangannya seolah memanggil Rera untuk mendekat.
❝Siapa sih?❞ Gumam Rera tetapi sepertinya dua orang itu tidak berhenti melambaikan tangannya. Takut jika dua orang itu memang membutuhkan bantuan, akhirnya Rera berniat mendekatinya.
Kakinya berjalan mendekati dua orang itu, jalanan setapak hanya dihiasi lampu minyak yang membuat suasana temaram. Saat ia mendekat, gadis itu terkejut pasalnya mereka yang ia kira warga desa ternyata bukan. Bahkan ia bisa melihat gigi-gigi tajam terbuka seolah-olah bersiap memangsa gadis itu, karena ketakutan ia berteriak tetapi sedetik kemudian dua orang itu melesat mendekatinya dan salah satunya membekap mulut Rera.
❝Jangan berteriak, anak manis,❞ ucapnya sembari memainkan lidah pada gigi tajamnya.
Rera yang melihat itu syok dan tidak sadarkan diri melihat pemandangan yang menakutkan di hadapannya. Tetapi sebelum ia menutup mata, ia bisa melihat ada tiga siluet yang datang mendekati.
❝Lalu, apa yang terjadi?❞ Tanya ayah Tama yang penasaran.
❝Yang aku ingat, aku terbangun di Rumah Tebing tadi dan pulang kemari.❞ Jawab Rera semakin membuat penasaran orang-orang kampung yang berkumpul di sana.
❝Berarti memang mereka di Rumah Di Atas Tebing itulah pelakunya, Pak RT.❞ Ujar salah satu bapak-bapak di sana mengundang kericuhan tetapi Haikal sangat tidak setuju dengan itu.
❝Kalau memang mereka pelakunya, lalu kenapa mereka melepaskan anak ini?❞ Ucap Haikal membuat mereka terdiam.
Benar apa yang Haikal bilang, jarang ada warga hilang yang selamat kecuali mereka yang ditemukan di Rumah Di Atas Tebing. Kalau mereka memang pelakunya, untuk apa orang yang diculik masih dibiarkan hidup.
❝Nak Haikal ada benarnya,❞ ucap ayah Tama. ❝Tetapi tetap saja kita harus memeriksa kembali rumah itu siapa tau orang yang minggu kemarin hilang bisa ditemukan.❞
❝Aku akan ikut kesana,❞ ucap Haikal membuat Erina dan Arin tidak berkata apapun membuat ayah Tama menaikkan alisnya.
❝Kamu hanya anak kota, tidak akan bisa melakukan pencarian seperti ini apalagi kamu pasti tidak tau apa yang ditakutkan di desa ini.❞ Ujar pria yang sebelumnya menuduh Rumah Di Atas Tebing.
❝Tidak perlu peduli dengan apa yang saya percayai.❞ Jawab Haikal dengan dingin membuat siapapun tidak bisa melawan.
❝Pergilah sekarang, mumpung matahari masih ada dan pulang sebelum matahari terbenam.❞ Ujar Erina pada Haikal.
❝Baik, Nek.❞ Ujar Haikal.
ʕ•㉨•ʔ
Haikal bersama empat orang berjalan menyusuri jalan setapak menuju ke Rumah Di Atas Tebing, Tama berjalan di sampingnya selalu menatap wajah Haikal dengan tatapan sulit dijelaskan.
❝Kenapa?❞ Tanya Haikal yang jengah melihat kelakukan bosnya itu.
Pria tersentak saat aksinya kepergok, ❝ti-tidak.❞
❝Hm,❞ jawab Haikal dengan acuh.
❝Kenapa kau mau ikut pencarian ini?❞ Tanya Tama yang akhirnya mengeluarkan rasa penasarannya.
❝Karena aku tau dan yakin jika tuduhan tentang penghuni rumah itu tidak benar.❞ Jawab Haikal tanpa menoleh pada Tama.
❝Kenapa kau begitu yakin padahal kau baru sekarang berada disini,❞ ujar Tama tidak habis pikir dengan pendapat pemuda yang baru dikenalnya.
❝Aku tau,❞ Haikal menghembuskan napas pelan, ❝karena aku mengenal mereka semua.❞
Tama menghentikan langkahnya, ❝tunggu, apa maksudmu?❞
Haikal tidak menggubrisnya dan masih berjalan mendahului Tama, mau tidak mau pemuda itu mengejar Haikal dan menyamakan langkahnya. Tidak butuh lama akhirnya mereka bisa melihat bangunan reot yang berdiri sendiri di atas tebing itu, Haikal memandang rumah yang tidak sama seperti di mimpinya tetapi perasaan nyaman dan rindu itu tidak berubah.
❝Aku pulang,❞ gumam Haikal yang sempat didengar oleh Tama tetapi ia tidak membiarkan dirinya bertanya lebih lanjut.
Mereka berempat menaiki undakan tangga dan berada di depan pintu rumah, Haikal mengetuk dengan pelan pintunya membuat kedua orang lainnya tertawa dan berkata, ❝untuk apa kau mengetuk kalau tidak ada orang?❞
Haikal dan Tama tidak menggubris perkataan itu dan dia membuka pintu reot yang tidak terkunci. Tanpa diberitahu, Haikal masuk ke ruangan dimana ada tiga lorong yaitu sebelah kanan menghubungkan ruang makan dan dapur, sebelah kiri menghubungkan ruang keluarga dan di sebelah tengah ada tangga yang menghubungkan ke lantai atas dimana terdapat banyak kamar.
Haikal menaiki tangga dan disusul oleh Tama, pria tinggi itu melupakan misi mereka untuk menjadi warga yang hilang dan malah mengikuti langkah Haikal karena penasarannya. ❝Kau sudah seperti tau akan kemana?❞
❝Memang,❞ ujar Haikal.
Di pintu kamar pertama berwarna putih gading Haikal berdiri, ❝ini kamar Nana dan Jordan.❞ Ujarnya pada Tama, ❝di sebelah itu kamar Julius, anak mereka.❞
Tama yang mendengar itu terkejut, bagaimana Haikal tau tentang nama-nama para penghuni rumah ini jika ia bahkan adalah pendatang di desa ini. Tetapi Tama belum membuka suaranya, seakan menunggu apa yang akan dikatakan oleh Haikal.
Sedangkan sosok di depannya kembali berjalan ke pintu lainnya. ❝Ini kamar Carden,❞ ucapnya tetapi kali ini ia membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya. Haikal menyentuh buku-buku yang tertata rapi di rak buku samping tempat tidur, ❝Carden selalu senang jika sang Papa membacakan dongeng sebelum tidur padahal umur anak itu bukan lagi bocah.❞ Ujar Haikal dengan tersenyum sendu.
Tidak butuh lama mereka keluar dari kamar itu dan Haikal membuka kamar terakhir di lantai itu. ❝Kamar ini punya Peter dan Marvel, mereka orangtua Carden.❞ Haikal duduk di atas ranjang menghadap ke Tama, ❝di kamar ini setiap malam Marvel selalu mengatakan ucapan cinta tak terhingga untuk Peter, mereka saling mencintai. Walaupun Peter begitu tidak mengerti kenapa ia bisa berada disini tetapi dalam waktu singkat ia bisa merasakan cinta semua penghuni tanpa terkecuali.❞
Tama yang sudah tidak bisa membendung rasa penasaran bertanya, ❝bagaimana kau tau semua tentang mereka?❞
❝Karena aku adalah Peter.❞
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐌𝐇 [𝟒] 𝐄𝐍𝐈𝐆𝐌𝐀
Fanfictionㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ♡· EᑎIGᗰᗩ ·♡ㅤㅤㅤ (n.) a person or thing that is mysterious or difficult to understand. . Haechan merasa janggal dengan semua hal yang ia alami di tempat baru ini. Mulai dari mimpi-mimpinya, cerita-cerita yang didengarnya bahkan kejadian malam...