𝐁𝐀𝐁 𝟏𝟎

41 8 3
                                    

─── 𝐄𝐩𝐢𝐥𝐨𝐠 ──

⋆⋅☆⋅⋆

Haikal terbangun saat indra pendengarannya menangkap suara burung bersahut-sahutan menyambut mentari yang muncul di awal hari. Netranya terbuka masih menyisakan seberkas jejak airmata akibat semalam, mengedarkan pandangannya ke sekitarnya dimana ia baru tahu jika rumah ini mempunyai loteng yang tersembunyi bahkan jalan masuknya hanya dari kamar neneknya.

Pandangannya terhenti saat melihat sebuah pintu kayu yang ia yakini tadi malam tidak ada disana. Haikal berdiri dan mendekati pintu tersebut, terdapat ukiran di pinggirannya dengan kenop pintu berwarna emas bentuk singa yang sangat jomblang dengan rumah ini sendiri.

Pintu itu seharusnya tidak ada disana, pikir Haikal.

Tangannya menjulur ke depan dan memegang kenop tersebut, tiba-tiba saat ia ingin memutarnya jantungnya berdetak kencang.

Sambil menenangkan dirinya, Haikal menarik napas sebelum membuka pintu tersebut. Seketika ia terkejut saat melihat pemandangan di depannya berubah dan itu adalah pemandangan dari Rumah Tua di Atas Tebing, bahkan ia bisa melihat ke arah desanya yang terlihat gelap.

Haikal kebingungan, bagaimana mungkin di tempatnya berdiri mentari bersinar terang tetapi bagaimana mungkin di hadapannya ada desa yang masih terlihat gelap dan hanya diselimuti warna merah akibat kebakaran.

Dadanya terasa sesak, matanya berair dan tangannya mencari pegangan hingga akhirnya ada tangan seseorang yang menopangnya.

❝Kau baik-baik saja?❞

Haikal menoleh pada suara tersebut tetapi saat ia mengalihkan kembali pandangannya ke depan tiba-tiba desa itu telah menghilang dan tergantikan dengan pandangan kota modern.

❝Marv,❞ tumpah sudah airmatanya saat melihat Marvel yang berdiri di sampingnya. Melihat Haikal, Marvel langsung memeluk tubuhnya dan memberikan kata-kata penenang untuk pemuda Gemini tersebut. Hampir setengah jam posisi mereka tidak berubah hingga akhirnya Marvel menggendongnya dan beralih ke sebuah sofa di dekat sana.

Napas Haikal sudah mulai tenang seiring dengan tangisannya yang mereda, selama itupun Marvel tidak mengatakan apa-apa hanya mengusap belakang kepalanya.

❝Marv, sebenarnya apa yang terjadi?❞ Tanya Haikal.

Marvel menghela napasnya dan melempar senyuman pada Haikal, ❝apa kau sudah siap mendengar ceritaku?❞

Walaupun Haikal tidak mengerti, sebisa mungkin ia mempercayai pria di hadapannya yang merupakan orang asing di hidupnya selama ini. ❝Aku tidak tahu, tetapi aku akan berusaha mempercayaimu.❞

Marvel menganggukkan kepalanya, ❝apa kau ingat saat dulu aku bilang kalau kami bukanlah manusia?❞

Ya, Haikal mengingat pertemuan ketiganya bersama keluarga ini. Marvel meneruskan ceritanya, ❝kami adalah makhluk abadi yang memang ditugaskan untuk menjaga Portal Waktu. Lebih tepatnya, aku dan Jordan sedangkan kau dan Nana adalah manusia biasa yang menjadi pasangan kami.❞

❝Portal Waktu?❞ Beo Haikal, wajahnya tidak bisa menyembunyikan ketidakpercayaannya.

Marvel tertawa geli melihat wajah Haikal yang terlihat lucu, ❝hm, Time Keeper namanya yang keren.❞

❝Jadi sebenernya kalian..❞

❝Tidak ada disini, iya. Rumah ini merupakan Portal Waktu, dimana kami bisa mengawasi dan menjaga keseimbangan paralel waktu. Kadang-kadang makhluk-makhluk lain akan mencoba untuk masuk dan mengacaukan waktu dunia hingga kami harus menanganinya.❞

[✓] 𝐌𝐇 [𝟒] 𝐄𝐍𝐈𝐆𝐌𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang