─── 𝐓𝐚𝐤𝐡𝐚𝐲𝐮𝐥 𝐃𝐞𝐬𝐚 ───
ෆ 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟐 ෆ
⋆⋅☆⋅⋆
Haikal berada di halaman rumahnya dengan membawa sekantong besar garam dan berniat menaburkannya di sekeliling rumah, ia sengaja membuat gundukan tinggi agar tidak rusak jika ada angin dan semacamnya. Sementara itu di dalam rumah, Nenek Erina dan ibunya mempersiapkan perbekalan makanan untuk seminggu penuh karena ada kemungkinan mereka tidak akan keluar rumah selama Gerhana terjadi. Haikal bisa melihat tetangga lainnya melakukan hal yang sama, Tama benar-benar bisa menyakinkan ayahnya juga warga untuk bersiap-siap.
Hari mulai petang dan tidak ada siapapun di luar rumah mengingat sebentar lagi akan terjadi penyerangan secara tiba-tiba dari sosok yang masih belum diketahui, Haikal melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah setelah memandang jauh ke cakrawala berwarna jingga kemerahan.
❝Sudah semua, Haikal?❞ Tanya Erina melihat cucunya sudah menyimpan kantong garam ke ruang penyimpanan.
❝Sudah, Nek.❞ Jawab Haikal sembari berjalan mendekati meja makan.
❝Malam ini dan tujuh hari setelahnya akan lebih mengerikan daripada sebelumnya,❞ ujar Erina, ❝kau sudah tau kan?❞
Haikal menganggukkan kepalanya, ❝Marvel sudah memberitahukan tentang malam ini pada Ikal, Nek.❞
Erina tersenyum mendengar jawaban cucunya itu sedangkan Arin tidak banyak mengatakan apapun dan hanya menyimak pembicaraan dua orang beda generasi itu. Malam ini ketiganya berencana akan tidur bersama di kamar Erina, akan terlalu riskan jika mereka tidur terpisah dan terjadi hal-hal tak terduga.
Gelap baru hadir tetapi keduanya bisa mendengar teriakan yang bersahutan dari jauh, aktivitas perburuan di malam hari telah dimulai.
Haikal mengintip dari sela tirai melihat ke depan rumah yang gelap tanpa pencahayaan tetapi ia bisa melihat jika di luar sana ramai dengan dengusan napas seseorang dihiasi mata-mata berwarna merah terang seakan mencerminkan haus darah. Sedangkan kedua wanita yang dicintainya itu sedang berada di lantai atas untuk mempersiapkan kebutuhan tidur bersama mereka, Haikal hanya berdiam di depan jendela seolah menantang makhluk-makhluk itu.
❝Marvel, apakah aku dan keluargaku akan keluar dari sini dengan selamat?❞ Gumamnya pelan dengan mata yang tidak lepas dari memandang ke kegelapan.
Malam telah terlewati tetapi hari masih gelap walaupun jam wekernya menunjukkan jam 10 pagi, Haikal merenggangkan tubuhnya dan melihat ke sisi kanan ternyata tempat tidur yang digunakan nenek dan ibunya sudah rapi. Setelah membersihkan tubuhnya, Haikal turun ke lantai bawah bersiap untuk sarapan. ❝Selamat pagi,❞ sapanya saat melihat Erina dan Arin berada di ruang tamu sedang merajut sesuatu.
❝Pagi, Ikal, gimana tidurnya?❞ Tanya ibunya sambil melepaskan pandangannya dari benang-benang rajutan itu.
❝Stres karena mendengar teriakan sepanjang malam,❞ tutur Haikal dengan santai sembari mengambil piring dan diisinya dengan makanan sebelum bergabung di ruang tamu.
❝Teriakan itu juga masih ada sampai sekarang,❞ ujar Arin.
Memang benar teriakan itu selalu terdengar entah itu teriakan dari warga sekitar atau mungkin saja teriakan itu sengaja dikeluarkan oleh makhluk-makhluk itu untuk memancing para warga keluar.
Berbeda dengan keluarga Haikal yang melakukan kegiatan santai di dalam rumah, tetangga di sekitar rumah Haikal berbeda situasinya. Suasana mencekam dirasakan oleh mereka, rasa takut lebih mendominasi sehingga mereka hanya berdiam diri di dalam rumah tanpa berniat untuk menyantap makanan atau bahkan membersihkan diri. Dibandingkan Haikal yang belum pernah merasakan kejadian mencekam seperti ini, para orang tua merasakan sekali lagi kekhawatiran yang telah lama menghilang sekian lama.
Waktu berjalan lambat seakan setiap detik diselimuti kewaspadaan, tetapi sepertinya itu tidak berlaku untuk Erina yang sedari tadi membereskan setiap sudut rumah dibantu oleh Arin sedangkan Haikal sudah menyelesaikan 4 buku yang dibaca. Demi membunuh rasa bosannya ia rela membongkar buku bacaan mendiang kakeknya di lemari jati berukiran di kamar milik Erina.
ʕ•㉨•ʔ
Terhitung sudah 3 hari dilalui oleh ketiganya, tidak banyak yang berubah malah bahkan lebih parah. Selain teriakan misterius, ada beberapa orang yang terlihat berlarian keluar rumah akibat stres dengan keadaan tetapi belum lama akhirnya mereka ditangkap makhluk-makhluk yang menunggu di luar. Baik Erina, Arin maupun Haikal hanya bisa melihat dengan miris tanpa bisa melakukan apapun.
❝Ibu, tidak bisakah kita melakukan sesuatu?❞ Tanya Arin yang sudah tidak tahan dengan situasi ini.
❝Aku tidak tau,❞ jawab Erina, dirinya diambang kebimbangan. Jika mereka membukakan pintu maka makhluk itu ada kesempatan untuk mendobrak masuk sedangkan jika terus menerus tutup telinga maka akan banyak korban yang berjatuhan.
Di tengah perbincangan itu, tiba-tiba pintu rumah mereka digedor beberapa orang dengan teriakan yang meminta dibukakan pintu. Arin menoleh pada Erina dengan mata bergetar, takut jika yang mereka pikirkan akan terjadi.
Haikal mengintip dari jendela dan melihat benar ada lima orang di depan yang merupakan tetangganya, ❝garis garam sudah rusak.❞ Ujar Haikal membuat akhirnya Erina menyuruh mereka membukakan pintu. Dengan cepat Arin dan Haikal membuka pintu dan menyuruh orang-orang itu masuk, setelahnya Haikal mengunci pintu dengan kelima gembok yang telah dipersiapkan. Erina dengan gesit langsung pergi ke ruang penyimpanan untuk mengambil garam dan menaburkannya di balik pintu. Selama itu pula, makhluk-makhluk yang mengejar warga berhamburan dan mencoba mendobrak pintu tetapi beruntung gembok berfungsi dengan baik.
Erina berbalik dan menghadap kelima orang yang baru masuk itu, ❝apa kalian gila? Kenapa kalian malah keluar dari rumah?!❞
Pria yang Haikal perkirakan seumuran dengan ibu itu membuka suaranya, ❝mereka sudah masuk ke rumah yang lain dengan paksa tadi malam, kami merasa kalau tetap di rumah mereka juga akan menyerang kami.❞
Erina memijat keningnya sedangkan Arin tidak mengatakan apapun dan berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Haikal tetap memandang kelima orang itu yang bukan satu keluarga, ❝keluarga kalian yang lain bagaimana?❞
Salah satu anak perempuan akhirnya berkata, ❝aku berpencar dengan kakak dan ayah, aku tidak tau dimana mereka.❞
❝Rata-rata yang lain berlari ke arah yang berbeda, kemungkinan mereka sudah diserang oleh makhluk itu seperti istriku yang tertinggal di belakang.❞ Ucap pria sebelumnya.
Erina menghela napasnya, ❝baiklah, untuk sekarang kalian bisa disini karena tidak mungkin aku menyuruh kalian keluar sekarang.❞
Baru hari ketiga tetapi sudah banyak korban yang berjatuhan, Haikal tidak bisa memperkirakan apakah mereka bisa bertahan hingga hari ketujuh dimana matahari akan bersinar kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐌𝐇 [𝟒] 𝐄𝐍𝐈𝐆𝐌𝐀
Fanfictionㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ♡· EᑎIGᗰᗩ ·♡ㅤㅤㅤ (n.) a person or thing that is mysterious or difficult to understand. . Haechan merasa janggal dengan semua hal yang ia alami di tempat baru ini. Mulai dari mimpi-mimpinya, cerita-cerita yang didengarnya bahkan kejadian malam...