BAB 5 - CALON PACAR

167 23 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangisan Namira mulai berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tangisan Namira mulai berhenti. Kini tersisa isakkan yang mengisi diantara mereka. Levin masih mengusap bahu kurus Namira.

Lelaki itu sudah bertekad akan membuat bahu Namira tidak sekurus ini. Bahkan saat mengusap tadi, Levin merasakan struktur tulang rusuk bagian belakangnya.

"Ma-maaf dokter, Namira malah nangis. Kaya anak kecil." Ucap Namira lirih. Tangannya masih sibuk mengelap air mata.

Levin memberikan Namira tisu. "Nggak papa. Nangis itu manusiawi Mira, bukan hanya untuk anak kecil saja."

Namira menatap Levin sebentar. Lalu dia langsung mengalihkan tatapannya ke tisu yang sedang dipegang.

"Sudah lebih baik?" Tanya Levin.

Namira mengangguk pelan. Dia malu sekali menatap sosok disampingnya. "Sudah dok, terima kasih."

Senyuman menghiasi wajah Levin. Dan mulai menjalankan mobilnya ke suatu tempat. Namira yang melihat laju mobil bukan ke arah jalan pulangnya, segera menoleh kembali ke arah Levin. "Dok... ini mau kemana?"

"Saya kemarin lihat ada danau sebelum menuju tempat kos kamu. Tapi kalau kita lewat jalur biasa, bisa kelamaan karena macet jam segini."

Namira hanya mengangguk saja. Toh dia mulai percaya dengan Levin. Sepertinya dokter ini baik.

DIKALA JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang