BAB 17 - STATUS BARU

119 18 0
                                    

Selamat Membaca.

Tubuh Namira mematung di depan pintu Kamar Levin . Kamar yang kini menjadi miliknya juga. Tiba-tiba dia tidak memiliki tenaga untuk menemui lelaki itu. Lelaki yang sempat ia kira baik dan sangat menghargai perempuan, rupanya sama seperti ayahnya. Menelantarkan anak kandung sendiri.

Bedanya, Saga dirawat oleh sang nenek yang memiliki kemampuan financial. Sehingga bocah itu tidak perlu khawatir akan masa depannya.

Kepala Namira menoleh ke arah kamar sebelahnya. Rupanya Sagala keluar dari pintu tersebut dengan tumbler di tangannya. Apakah dia bangun karena kehausan?

"Tante ngapain?" Tanya Saga saat berlalu di hadapan Namira.

Namira memilih mengikuti Saga. "Kamu kenapa belum tidur?" 

Saga menoleh. Lalu menunjuk botol minum tadi.

"Ouh, memang di kamar kamu nggak ada dispenser?" Tanya Namira lagi. 

"Tante masuk aja ke kamarku, biar tahu ada atau enggak."

Namira meneguk ludahnya pelan. Bagaimana bisa tatapan anak sambungnya itu sama seperti Levin? Hanya saja versi yang lebih serius.

Seperti apa yang diucapkan Saga, Namira masuk ke dalam kamar bocah itu. Kamar yang cukup luas dengan nuansa Salah satu Hero dari keluarga Marvel mengisi ruangan tersebut.

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Namira. Jujur dia bingung mendekati Saga. Dia tidak memiliki kemampuan beradaptasi dengan anak kecil.

"Main game. Tante berantem sama Papa?"

"En-nggak kok! Kata siapa? Ehehe..."

"Kok nggak masuk ke kamar papa? malah ke kamar aku?"

Namira tertawa canggung. "Eumm.. Nggak papa sih, cuma main aja."

Saga mengalihkan tatapannya dari Namira. Kembali fokus ke layar game yang menyala dan sedikit berisik itu. "Kamu nggak belajar?" Tanya Namira kemudian. Besok hari senin, Saga malah bermain game.

"Nggak."

"Nggak ada tugas?" Tanya Namira lagi.

"Ada."

"Terus Kenapa nggak dikerjain?"

Saga menghembuskan nafasnya pelan. "Ngapain aku ngerjain tugas, orang aku udah tahu semua jawabannya. Soal dari Miss terlalu gampang buatku."

Namira diam. Dia belum leluasa untuh memerintah Saga. Perempuan itu memilih keluar dari kamar tersebut dan berjalan memasuki kamarnya dengan Levin.

Begitu masuk, Namira disuguhkan dengan ruangan yang sepi dan kosong. Tidak ada Levin disana.

Namira segera bergegas membersihkan tubuhnya serta mengganti kebaya menjadi piyama tidur. Sudah setengah jam dia menunggu Levin, namun suaminya itu tak kunjung datang.

Tubuh yang lelah seharian berdiri di atas pelaminan, membuat Namira tak lama akhirnya tertidur. Matanya sudah tidak kuat hanya sekedar menanti kedatangan suaminya yang entah kemana.

Semua pergerakan Namira tak luput dari pendengaran Levin. Lelaki itu sedari tadi ada di balkon duduk merenung seraya menikmati rokoknya. Pintu balkon memang ditutupi dengan korden. Maka dari itu Namira yang belum paham kondisi kamarnya, tidak mengira ada pintu yang tersambung ke arah balkon.

Pukul sebelas malam Levin memutuskan untuk kembali masuk ke kamar. Ia mendapati istri cantiknya sudah terlelap tidur. Dibenarkannya letak selimut yang terbuka menampilkan lengannya. 

"Terima kasih dan Maaf untuk semuanya." Ucap Levin diakhiri dengan kecupan singkat di dahi.

****

Keesokkan harinya, setelah mendapatkan wejangan dari sang ibunda akhirnya Saga berhasil di bawa oleh Levin dan Namira ke rumah baru mereka. Rumah hadiah atas pernikahannya itu.

DIKALA JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang